Alena merupakan putri dari pasangan Abimanyu dan Zahra. Abimanyu merupakan pengusaha yang sangat sukses. Kekayaannya tidak main-main. Mungkin sampai tujuh turunan kekayaan itu tidak akan habis.
Alena merupakan anak tunggal. Dia selalu dimanja dan dilimpahi kasih sayang yang berlimpah. Meski begitu tidak membuat Alena menjadi sombong.
Kehidupan Alena berubah seratus delapan puluh derajat semenjak tragedi yang menimpah keluarganya.
Kedua orang tua Alena terbunuh saat mereka sedang merayakan ulang tahun Alena yang ke tujuh belas tahun. Keduanya di tembak di depan matanya.
Alena sendiri berhasil selamat dari kejaran pembunuh, karena loncat kedalam jurang. Beruntung nyawanya masih bisa terselamatkan.
Bagaiamana Alena melanjutkan hidupnya?
Akankah ia berhasil membalas orang yang sudah membunuh kedua orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tatapan Arka
Deg... deg....deg
Degup jantung keduanya saling bersahutan. Alena masih terpaku oleh pelukan Arka yang tiba-tiba. Sedangkan Arka serasa mimpi bisa bertemu lagi dengan Alena setelah sekian lama.
"Ehm, tolong lepaskan pelukan Anda Tuan, " pinta Alena datar.
Mendengar ucapan Alena yang terdengar datar, Arka pun melepaskan pelukannya. Namun dia tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Dia menatap Alena tanpa kedip. Membuat Alena merasa risih.
"Kembali ke kursi Mu, Ar! " ucap Daffa dengan tegas. Arka seolah tuli akan ucapan kakaknya. Dia masih tidak beranjak dari sana. Alena juga masih tetap berdiri di posisinya. Hanya saja gadis itu menundukkan kepalanya.
"Apa kamu ingin aku membawa Rara kembali ke Bandung?!!! " tekan Daffa dengan tegas.
Deg!!!
Arka tidak mungkin membiarkan hal itu terjadi. Delapan tahun bukan waktu yang sebentar. Dia sudah kehilangan Alena sebelumnya, kini ia tidak akan membiarkan Alena jauh dari pantauan nya. Arka pun kembali ke kursi kebesarannya.
"Jadi Alena yang akan menjadi asisten ku? " tanya Arka tanpa mengalihkan pandangannya dari Alena.
"Siapa Alena? " bukan Daffa yang bertanya. Melainkan Alena dengan ekspresi serius. Seolah-olah dia tidak mengenal Alena.
"Jangan bercanda! bukankah kamu Alena? "
"Sepertinya ada kekeliruan disini. Apa tuan Daffa tidak memperkenalkan nama saya, " bantah Alena dengan tatapan tajamnya. Entahlah kenapa ia merasa kesal melihat wajah Arka. Padahal selain kedua orang tuanya, wajah Arka lah yang sering muncul dalam ingatannya.
Arka pun menatap Daffa dengan tanda tanya di kepalanya. Daffa dengan santainya menjawab, "Namanya Aurora biasa dipanggil Rara. Duduk Ra!"
"Baik tuan."
Alena memilih duduk di sofa. Arka pun kembali berdiri dan mengikuti Alena duduk di sofa. Tatapannya tak beralih sekalipun dari wajah Alena.
"Aku tidak ingin bertele-tele. Kalian berdua pasti saling kenal, kan? " tanya Daffa dengan serius. Nadanya sangat tegas.
Baik Arka maupun Alena saling diam. Alena melirik Arka yang ternyata sedang menatapnya. Alena menundukkan kepalanya.
"Kalau di tanya itu dijawab, bukan malah saling lirik. Gengsi di gedein," sindir Daffa saat Arka maupun Alena tidak mengeluarkan suaranya.
"Maaf Tuan. Sebenarnya kami memang pernah satu sekolah, " jawab Alena dengan jujur. Daffa salut akan kejujuran Alena. Padahal ia sudah mengetahuinya.
"Benar, Ka?" kini Daffa tanya pada sang adik.
"Benar. Alena _" Arka tidak melanjutkan ucapannya, karena Daffa lebih dulu memotongnya.
"Kamu pasti sudah mendengar dan melihat semua beritanya. Alena berhasil selamat dari kecelakaan waktu itu. Karena sebenarnya kecelakaan itu sengaja dibuat untuk mengecoh publik, " ucap Daffa memberi penjelasan.
"Maksudnya? " sepertinya Arka melupakan tragedi yang sempat menghebohkan dunia maya. Dia masih belum faham dengan apa yang diucapkan oleh kakaknya.
"Alena memang jatuh kedalam jurang, namun bukan karena Kecelakaan mobil seperti yang diberitakan di media. Alena jatuh ke jurang karena lari dari para penjahat yang mencoba mencelakai nya, " jelas Daffa. Wajah Alena mengeras mengingat peristiwa itu. Hal itu disadari oleh Arka.
Daffa terus menceritakan semua yang diketahui olehnya. Bukan hanya Alena saja yang merasakan kemarahan. Arka pun sampai mengepalkan kedua tangannya untuk meredakan emosinya.
Cukup lama mereka berbincang. Daffa mendominasi perbincangan bersama Arka. Sedangkan Alena hanya sesekali mengeluarkan suaranya.
"Sekarang aku titipkan Rara padamu. Ingat untuk merahasiakan semuanya, " ucap Daffa pada Arka sebelum pergi dari sana.
"Abang tenang saja."
"Ra... aku akan kembali ke Bandung bersama Aletta sore ini. Kamu akan bekerja bersama Arka untuk sementara waktu. Pelajari semua dengan baik. Kamu pasti faham dengan apa yang harus kamu lakukan."
"Siap Tuan."
"Sudah waktunya aku pergi. Assalamualaikum. "
"Waalaikumsalam."
Kini tinggallah Alena bersama Arka di ruangan itu. Keduanya masih terdiam di posisi sebelumnya. Namun akhirnya Arka mengeluarkan suaranya.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Arka agak kikuk.
"Baik, " jawab Alena singkat.
"Sudah lama kan kita tidak bertemu. Meski terlambat, aku turut bersedih akan kejadian yang sudah kamu alami."
Arka berkata dengan lembut, sampai Alena terpukau akan kelembutannya. Selain itu untuk pertama kalinya Arka berbicara panjang dengan nnya. Bukan dengan wajah datar yang sering ditampilkan Arka diwaktu dulu. Kini Arka menatapnya dengan lembut.
"Terimakasih."
"Kamu sudah tahu tugas asisten kan? " tanya Arka mencoba untuk bersikap profesional.
"Pertama mengatur dan mengelola jadwal atasan, mulai dari jadwal rapat hingga jadwal perjalanan.
Kedua Menyiapkan dokumen penting, seperti laporan, presentasi, dan sebagainya.
Ketiga Mengurus semua hal yang berkaitan dengan administrasi.
Keempat Mengorganisir dan merencanakan pertemuan.
Kelima Membuat notulen rapat. "
Alena menjelaskan semua yang ia ketahui tentang tugas sebagai seorang asisten pribadi.
"Apa bedanya dengan Sekretaris? "
"Sekretaris lebih fokus pada urusan kantor . Sementara asisten pribadi selain untuk urusan kantor, juga bertugas mengerjakan hal-hal personal. "
"Jadi kamu faham kan maksudnya? "
"Insya Alloh faham."
"Karena kamu sudah faham Aku tidak perlu lagi menjelaskan. Tapi Kamu harus siap dua puluh empat jam, " ujar Arka dengan santai. kedua mata Alena langsung membola mendengar perkataannya.
"Mana bisa begitu. Aku kan juga butuh istirahat, " protes Alena tak terima.
"Maksudku... meski kamu sudah pulang, seandainya Aku butuh ,kamu harus siap sewaktu-waktu."
Alena memikirkan dengan seksama dan kemudian menyetujuinya.
"Oke lah kalau begitu."
Arka kembali ke kursi kebesarannya dan meminta sekretaris masuk kedalam ruangannya. Tak lama kemudian seorang wanita berpenampilan seksi masuk. Dia melirik Alena yang masih duduk di sofa.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya sang sekretaris dengan lembut.
"Panggil beberapa orang untuk menyiapkan meja dan kursi buat Asisten baru! " titah Arka dengan serius.
"Di taruh dimana Tuan? " tanya Sekretaris heran.
"Bawa ke sini dulu. Urusan lainnya menyusul. "
"Apa tidak di luar saja Tuan? "
"Siapa pemimpin disini! "
Deg!!!!
Tubuh sekretaris itu menegang. Dia lupa jika atasannya ini tidak suka dibantah. Tapi dia kan juga tidak rela jika wanita baru itu satu ruangan dengan atasannya. Diam-diam sekretaris Diana menyukai Arka. Tidak sekali dua kali ia mencoba merayunya.
"Maaf Tuan. Akan saya laksanakan sekarang, " ucap sekretaris Diana dengan gugup.
"Keluar! "
Sekretaris Diana keluar dari ruangan itu dengan cepat.Tak lama kemudian beberapa orang datang membawa kursi dan juga meja. Arka meminta mereka untuk meletakkannya di pojok ruang.
"Mulai saat ini kamu duduk di sini. Ingat kamu harus datang sebelum aku tiba! "
"Baik Tuan."
Setelah itu Arka. memberikan tugas yang perlu Alena kerjakan. Barulah ia mengerjakan tugasnya.
semangat terus berkarya kak author 🙏👍🏻
Tetap semangat kak author dalam berkarya 👍👍♥️