"Sungguh ketulusan Cinta Allah kepada hamba-Nya tidak akan bisa dibandingkan dengan tulusnya cinta manusia kepada manusia. Namun, dengan menyebut nama Allah aku Raihan Raam Jaya begitu tulus ingin mencintaimu dengan sepenuh hatiku dan berniat mengkhitbahmu sekarang juga Hasna."
"Aku minta tolong buk Par untuk memberitahumu agar kamu bisa menikahi ku segera. Tapi nyatanya kamu lah yang duluan menyampaikannya. Awalnya aku bahagia saat mendengar ucapan mu.. tapi sekarang aku tak tahu Rai.. apa aku harus menerima lamaran mu atau tidak?"~ (Hasna)
Raihan dan Hasna sama-sama mengalami masa lalu yang menyakitkan, Allah seolah ingin menyatukan mereka melalui musibah yang menimpa mereka yaitu tenggelam di danau kembar.
Butir butir cinta air mata Hasna, akankah Muhasabah Cinta Hasna membawa ia berumah tangga dengan Raihan kelak? Yuk ikuti kisah nya..! Dan mohon dukungannya ya sobat...🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadih Hazar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCH 22
Malam itu hari sudah menunjukkan pukul 12 malam, Raihan masih setia menunggu Hasna di Rumah Sakit dengan dua bodyguard yang juga masih standby berdiri di depan pintu ruang rawat Hasna tersebut.
Tiba-tiba Hery menghubunginya dan memberi tahu bahwa Roby telah berhasil ditangkap di rumah Dini, menurut laporan Polisi Dini lah yang melaporkan Roby ada di sana. Daftar kejahatan Roby semakin bertambah yaitu memaksa Dini berbuat asusila di rumahnya.
Tak lama setelah Hery menelpon, Raihan juga mendapatkan telpon dari Satpam yang menjaga di Komplek Perumahannya. Sebenarnya Pak Satpam curiga tak biasanya Dini berkunjung malam-malam. Kemudian Pak Satpam langsung berinisiatif menghubungi Raihan untuk memberitahu bahwa Dini datang berkunjung ke rumah Bu Lena.
Raihan seperti memiliki firasat tak enak dengan Mamanya. Ia pun pamit pada dua bodyguard yang menjaga agar selalu waspada menjaga Hasna, walaupun Raihan tahu Roby sudah berhasil ditangkap namun siapa tahu orang suruhan Roby masih merajalela mengincar Hasna. Sedangkan Hasna sudah terlelap dalam istirahat malamnya.
Setiba di komplek Perumahannya Raihan tak melihat lagi Satpam yang berjaga.
"Pak Tono kemana ya, nggak biasanya Pos ditinggal kosong seperti ini?" Ucap Raihan yang merasa heran dengan ketidakadaan Satpam yang menjaga. Sedangkan Pak Tono jugalah yang memberitahu Raihan atas kedatangan Dini.
Raihan melajukan mobilnya pelan memasuki gang rumahnya. Tepat di depan rumahnya Raihan merasa kaget karena melihat pintu yang terbuka lebar.
Perasaan Raihan semakin tak karuan, ia segera turun dari mobil setelah memarkirkan mobilnya asal di depan rumahnya itu.
Raihan segera berlari masuk ke dalam rumah, dan ia pun kaget melihat Dini tergeletak dilantai bersimbah d*rah di pangkuan Mamanya.
"Apa yang telah terjadi Ma?"
"Raihan, kebetulan sekali kamu datang nak... Cepat bantu bawa Dini ke Rumah Sakit.."
"Ba-baik Ma.." Raihan menjawabnya dengan patuh. Ia tak mungkin bertanya banyak hal dulu sementara Dini butuh pertolongan segera.
"Kamu bawa ia duluan Rai, Mama nanti nyusul, Mama mau bantu melepaskan bik Minah dulu.."
Raihan hanya menganggukkan kepalanya. Ia pun akhirnya membawa Dini ke rumah Sakit sendirian.
Setiba di rumah Sakit, Dini langsung ditangani oleh Tim Dokter yang jaga.
Raihan yang duduk di ruang tunggu merasakan dirinya begitu sangat lelah, ia pun terlelap di sana. Hati Raihan seolah sudah mati pada Dini, ia menolong Dini hanya mengikuti rasa kemanusiaannya saja, tidak lagi seperti dulu saat Dini juga masuk Rumah Sakit karena kecelakaan, Raihan sampai nggak bisa tidur dan ikutan sakit juga memikirkan keselamatan Dini.
Waktu begitu cepat berputar.
"Rai, bangun nak, sudah subuh.. Kamu sholat dulu habis itu temui Mama lagi disini.."
Raihan membuka matanya saat pundaknya diguncang oleh Bu Lena yang ingin membangunkannya.
"Hasna baik-baik saja kan Ma..?" Ucap Raihan sambil merentangkan dua tangannya ke atas untuk meluruskan tubuhnya yang terasa pegal. Raihan seolah lupa akan kejadian semalam dan iapun tak sedikitpun menanyakan keadaan Dini pada Mamanya, ia malah menanyakan Hasna pada Mamanya.
"Iya, ia baik-baik saja.. Kamu sholat dulu sana.." Ucap Bu Lena yang canggung dan serba salah dengan kondisi tersebut, karena Bu Lena melihat begitu besarnya perasaan putranya itu pada Hasna. Sedangkan ia sendiri sudah berjanji pada Dini akan menikahkan Raihan dengannya. Tapi sebelumnya Bu Lena sudah bertanya pada bodyguard yang menjaga Hasna tentang keadaan Hasna.
"Baik Ma.." Raihan pun bangkit dan beranjak dari situ. Ia menuju Mushalla yang ada di Rumah Sakit itu.
"Rai, maafkan Mama nak..." Ucap Bu Lena sambil menatap punggung anaknya yang sudah jauh darinya.
Sedangkan dalam ruang rawat Hasna, Hasna telah selesai melakukan sholat subuhnya. Keadaan Hasna sudah jauh lebih membaik, menurut Dokter yang memeriksa semalam, hari itu ia sudah bisa pulang.
"Hery?" Sebut Hasna saat melihat Hery yang masuk ke ruangannya itu.
"Iya Na, bagaimana keadaanmu?"
"Alhamdulillah aku udah baikan Her, hari ini aku sudah bisa pulang."
"Syukurlah.. Nanti aku yang akan mengantarkan mu pulang.."
"Lho maksudnya..?" Ucap Hasna yang bingung mendengar ucapan Hery.
"Raihan sudah menyiapkan sebuah rumah untukmu, nanti aku yang akan mengantarkanmu."
"Lalu Raihan dimana Her, kenapa ia tak menemuiku?"
"Raihan ada urusan penting Na, jadi ia mewakilkannya padaku... Kamu bisa tinggal di rumah itu sampai urusanmu dengan Roby selesai. Tapi kamu tenang saja Roby sudah ditangkap Polisi dan insyaallah urusan perceraian mu dengan Roby juga bisa cepat selesai."
"Baiklah.. Terimakasih Her.." Ucap Hasna dengan mata berbinar, ia begitu bahagia karena ia sudah terlepas dari Roby dan Raihan berjanji akan menikahinya.
"Na, maaf.. aku terpaksa tak memberitahumu dulu tentang Raihan karena Raihan yang meminta, sungguh aku sangat kasihan dengan nasib yang kamu alami Na.." Ucap Hery dalam hatinya. Ia merasa iba dengan Hasna.
Dan hari itu juga, Hasna dibawa Hery ke rumah yang sudah disiapkan Raihan. Rumah itu cukup jauh dari rumahnya Bu Lena, Mamanya Raihan.
Setelah menempuh perjalanan satu jam, mereka sampai di sebuah rumah minimalis. Nuansanya begitu asri dan lingkungannya juga nyaman karena jauh dari sesak suasana perkotaan.
"Masyaallah, aku suka sekali tempatnya Her, tolong sampaikan ucapan terimakasih ku pada Raihan.."
Hasna tampak begitu bahagia. Ia berdiri terpaku di depan rumah itu.
"Ini Raihan menitipkan untukmu."
Hery menyerahkan sebuah bingkisan berbentuk kotak pada Hasna. Dan Hasna menerimanya.
"Apa ini Her?"
"Buka saja.."
Ternyata Raihan memberikan sebuah ponsel untuk Hasna. Dan Hasna sangat senang menerimanya.
"Alhamdulillah.. sekali lagi terimakasih.." Ucap Hasna dengan mata berbinar, ia memang membutuhkan ponsel itu karena ponselnya hilang saat kecelakaan itu.
"Di dalamnya sudah ada nomorku dan Raihan, jadi kamu bisa menghubungi kami bila membutuhkan sesuatu."
Hasna tersenyum pada Hery sambil manggut-manggut. Wajah bahagia Hasna malah membuat Hery semakin merasa bersalah dan bertambah kasihan.
Tiba-tiba seseorang wanita paruh baya membukakan pintu rumah itu.
"Kalian sudah sampai ternyata, mari masuk..!"
"Iya Bik Ina, terimakasih Bik.." Sahut Hery ramah.
"Oh ya Na, ini Bik Ina, beliau yang akan menemani mu selama disini." Ucap Hery kemudian dibalas anggukan oleh Hasna.
"Hasna Bik.." Hasna langsung memperkenalkan dirinya pada Bik Ina, ia menyalami tangan Bik Ina lalu mencium tangan itu.
"Non Hasna, maaf.. tangan Bibik kotor.." Ucap Bik Ina yang canggung tangannya dicium Hasna.
"Nggak apa Bik.. bersih gini kok dibilang kotor.. Oh ya, Bibik panggil Hasna saja.. Nggak usah ada kata Nonanya.."
"Non Hasna ini sama saja seperti Tuan Muda Raihan nggak mau dipanggil Tuan Muda.. hehehe Kalian sungguh cocok deh.." Ucap Bik Ina dengan senyuman yang terkembang di bibirnya.
"Bik, aku pamit dulu ya, ada kuliah siang ini soal nya."
"Ooh nggak masuk dulu nak Hery?"
"Nggak Bik, terimakasih.." Tolak Hery pada Bik Ina..
"Na, aku pamit ya, kalau ada apa-apa telepon saja.."
"Iya, terimakasih banyak Her, salam terimakasih buat Raihan juga."
Hery hanya menganggukkan kepalanya, ia pun meninggalkan tempat itu. Semakin lama ia disitu, ia semakin tak tega melihat Hasna. Jadi ia memutuskan untuk pulang saja. Sedangkan alasan kuliah hanya untuk bisa menghindar dari Hasna saja.
TBC...
semudah itu ya klo orang jht dpt alamat orang lain....hawdeeh thor
tenang aja,ado cowok kota yang lagi jalan ke alahan panjang, dia kayaknya jodoh kamu deh
🤭