Daniel Van Houten, mafia berdarah dingin itu tak pernah menyangka dirinya di vonis impoten oleh dokter. Meski demkian Daniel tidak berputus asa, setiap hari ia selalu menyuruh orang mencari gadis per@wan agar bisa memancing perkututnya yang telah mati. Hingga pada suatu malam, usahanya membuahkan hasil. Seorang gadis manis berlesung pipi berhasil membangunkan p3rkurutnya. Namun karna sikap tempramental dan arogannya membuat si gadis katakutan dan memutuskan melarikan diri. Setelah 4 tahun berlalu, Daniel kembali bertemu gadis itu. Tapi siapa sangka, gadis itu telah memiliki tiga anak yang lucu-lucu dan pemberani seperti dirinya.
____
"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" Azkia
"Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." Azam
"Talau olang dahatnya atang agi. Tami atan ucil meleka." Azura.
_____
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Usia kandungan Ayang kini sudah memasuki delapan bulan, dimana prediksi dokter ia akan melahirkan di bulan ini. Sewaktu memeriksakan kandungan beberapa bulan yang lalu, Ayang dan Udin kaget dengan apa yang di sampaikan dokter. Dalam rahimnya ada tiga calon bayi. Awalnya Ayang tidak mempercayai hal itu, namun saat dokter memperlihatkan layar USG, baru lah ia percaya. Rasa haru juga menyelimuti hati Udin saat itu. Pemuda itu sampai menitikkan air mata ketika menyaksikan layar monitor yang di tunjukkan dokter.
Selama tinggal di rumah kontrakan, Ayang tidak pernah keluar rumah, kecuali Udin membawanya ke rumah sakit untuk memeriksa kandungan. Ayang takut bertemu dengan Daniel atau pun Dani, abangnya. Untuk menghilangkan kejenuhan di kontrakan, Ayang menyibukkan diri dengan berjualan pop Ice di depan rumah, meski Udin sudah melarang, tapi Ayang tetap saja ingin berjualan. Selain untuk mengusir rasa jenuh karna tak ada kegiatan, Ayang juga senang bisa mendapatkan pemghasilan setiap harinya
Sementara Udin sendiri, pemuda itu juga telah membuka salon di sebelah kontrakan tempat mereka tinggal. Usaha salon yang baru di rintisnya lumayan berkembang. Bahkan pemuda itu telah berencana dalam waktu dekat akan membuka cabang di pusat perbelanjaan. Tujuanmya menargetkan pelanggan untuk kalangan menengah keatas.
Selama tinggal di kontrakan itu, Udin mengaku pada tetangga serta RT setempat, kalau ia dan Ayang adalah pasangan suami istri. Udin melakukan itu agar bisa tinggal satu rumah dengan Ayang, jadinya ia bisa bersiaga jika Ayang merasakan atau pun menginginkan sesuatu. Meski mereka tiada memiliki pertalian darah atau pun ikatan lain. Akan tetapi hubungan mereka melebihi saudara kandung, Udin benar-benar menyayangi Ayang seperti adik kandung sendiri. Bahkan pekerjaan rumah, seperti mencuci baju, memasak terkadang Udin juga yang melakukan.
Sebagian tetangga ada yang bertanya-tanya, bahkan awalnya ada yang tidak mempercayai jika Ayang dan Udin adalah pasangan suami istri. Selain penampilan Udin yang seperti perempuan, mereka juga tidak memiliki dokumen yang bisa membuktikan kalau mereka pasangan suami istri. Tapi Udin berkilah jika ia dan Ayang menikah siri karna pilhak keluarga menentang mereka.
"Aya, mulai hari ini kamu jangan berjualan dulu. Ingat kata dokter kemarin, mungkin kamu akan melahirkan dalam minggu ini," peringat Udin saat melihat Ayang akan bersiap mengeluarkan barang dan peralatan dagangannya.
Ayang menulis sesuatu di kertas kecil yang selalu digantungnya di leher. Kak Dini tenang saja, Ayang masih lama kok lahirannya. Sampai sekarang aja belum merasakan apa-apa.
"Pokoknya kamu gak boleh jualan lagi, Aya!" Udin berkata lebih tegas meski suaranya masih mendayu.
Ayang tak membantah, hanya wajah cemberut di tampilkan sebagai bentuk protes.
"Aku mau buka salon dulu. Ingat, jangan melakukan apapun!" Udin kembali mengingatkan sebelum keluar rumah. Kali ini ia tidaklah peduli dengan wajah Ayang yang cemberut. Padahal selama ini, ia selalu mengalah dan menuruti keinginan Ayang.
Ayang duduk di depan TV setelah Udin keluar. Siaran TV di gonta-ganti karna tak terima larangan pria itu.
Tok tok tok
Ayang menghentikan gerakan tangannya yang sedang memencet-mencet.
"Iya, sebentar." sahutnya. Kandungan yang semakin membesar membuatnya kesusahan untuk berdiri.
"Mbak Ayang hari ini gak jualan ya?" tanya seorang wanita yang berdiri di depan pintu.
Ayang menggeleng.
"Tuh, Tante Ayangnya gak jualan. Kita beli es di tempat lain saja yuk." Wanita itu bicara pada anaknya yang sejak tadi merengek meminta minuman dingin racikan Ayang.
"Gak mau, maunya es tante Ayang."
Ayang tersenyum, lalu mengusap kepala anak kecil itu. Ia memberi isyarat pada mereka agar menunggu sebentar, karna ia akan membuatkan minuman yang di minta anak tersebut.
"Emang gak apa-apa ni, mbak?"
Ayang mengangguk, lalu pergi kedapur mengambil belender dan peralatan lainnya yang biasa di gunakan meracik minuman yang banyak di gemari anak-anak sekitar tempat ia tinggal. Namun, ketika akan kembali kedepan, tiba-tiba saja perutnya terasa melilit.
Pranggg!
Seketika peralatan yang di bawanya terlepas.
"Ya Allah, Mbak Ayang kenapa?" Wanita yang menunggu di luar segera masuk ke dalam rumah, lalu memapah tubuh Ayang dan membawa duduk di kursi.
"Sindi, panggilkan Om Udin di sebelah. Cepat!" perintah wanita itu pada anaknya.
"Iya, Ma." Anak kecil itu segera berlari keluar dan tidak lama ia kembali bersama Udin.
"Ya ampun, Aya. Kamu kenapa?" Udin menjerit histeris melihat Ayang yang meringis kesakitan.
"Sepertinya istri bang Udin akan melahirkan," ucap wanita yang membantu memapah tubuh Ayang.
"Hah? Melahirkan?" Udin kaget, "Aduh, bagaimana ini?" gumamnya dalam kepanikan tak tahu harus berbuat apa.
"Bang Udin, kita harus segera membawa mbak Ayang kerumah sakit."
"Eh, iya.... iya rumah sakit."
.
.
.
.
Lebih dari satu jam, barulah Ayang tiba di rumah sakit 'IBU DAN ANAK', lantaran gang tempatnya tinggal tidak bisa di lalui kendaraan roda empat. Alhasil Ayang harus berjalan di papah Udin dan wanita tadi, menuju simpang yang jaraknya lumayan jauh dari rumah kontrakan tempat mereka tinggal, di tambah kondisi Ayang yang kesakitan tak mampu berjalan cepat.
Kini Ayang telah berada di ruang persalinan. Dokter yang akan menangani juga sudah memeriksa jalan lahir Ayang yang telah terbuka sempurna.
Di luar ruang persalinan, Udin tampak panik. Ia memilih menunggu di luar, karna Phobia dengan darah.
"Ya Allah, lancarkanlah persalinan Ayang di dalam sana." Doa itu selalu meniti di bibir Udin sambil mondar-mandir di depan ruang persalinan, terkadang ia juga mengintip ke dalam ruangan dari jendela kaca yang di tutup tirai.
Labih dari satu jam lamanya, barulah pintu ruangan persalinan itu terbuka. Udin lansung menghampiri dokter yang baru saja keluar.
"Dokter bagaimana ke adaan istri saya?" Tanya itu spontan meniti di bibirnya. Selama tinggal di kota ini, ia memang selalu mengaku pada orang lain jika ia dan Ayang adalah pasangan suami istri.
Dokter tersenyum. "Bapak tenang lah, Istri dan ketiga anak Bapak baik-baik saja."
Mendengar kabar baik itu, Udin lansung melakukan sujud syukur. "Alhamdulillah ya Allah."
Setelah melakukan sujud syukur, Udin kembali berdiri. "Aku boleh masuk gak, Dok?"
"Oh, tentu saja. Silahkan Pak," balas dokter dengan senyum ramah.
"Terimakasih, Dok." Udin bergegas masuk kedalam ruang persalinan.
"Aya." Mata Udin berkaca-kaca melihat tiga bayi di samping Ayang. Pemuda itu melangkah cepat mendekati ranjang persalinan. "Ya ampun Aya, mereka lucu-lucu benget!" Udin begitu histeris melihat tiga bayi yang masih merah itu.
"Aya, kamu sudah siapkan nama untuk mereka belum?"
Ayang mengangguk pelan, melahirkan normal membuatnya kehabisan tenaga. "Azkia, Azura, Azam." Hanya bibirnya yang bergerak lemah tanpa mengeluarkan suara.
***
Not: Haiii! Kakak-kakak semua, aku author yang nulis cerita ini hadir menyapa. Jangan lupa tinggalkan like dan komennya ya? Biar aku yang gak bisa nulis ini semakin semangat.
Yang nanya kapan trio cadel keluar. Nah, sekarang udah brojol mereka. Hehehe 😆😆 Tungguin mereka ketemu sama Daniel yang kejam dan Dani yang otaknya miring sebelah. Minal aidzin walfaizin, mohon maaf lahir batin. Selamat menjalankan ibadah puasa.
yg ada ayang tambah stres dan membenci danil
lanjut kak/Drool/
hadirkan kebahagiaan untuk ayang
sudah 3 THN kok masih asih Tor...?
Ayahnya Ayang ada sangkut sama si Daniel?
vote untuk mu thor