NovelToon NovelToon
Sea Lovers

Sea Lovers

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:486
Nilai: 5
Nama Author: Humairah_bidadarisurga

Sea adalah gadis yang selalu menemukan kedamaian di laut. Ombak yang bergulung, aroma asin yang menyegarkan, dan angin yang berbisik selalu menjadi tempatnya berlabuh saat dunia terasa menyesakkan. Namun, hidupnya berubah drastis ketika orang tuanya bangkrut setelah usaha mereka dirampok. Impiannya untuk melanjutkan kuliah harus ia kubur dalam-dalam.

Di sisi lain, Aldo adalah seorang CEO muda yang hidupnya dikendalikan oleh keluarga besarnya. Dalam tiga hari, ia harus menemukan pasangan sendiri atau menerima perjodohan yang telah diatur orang tuanya. Sebagai pria yang keras kepala dan tak ingin terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, ia berusaha mencari jalan keluar.

Takdir mempertemukan Sea dan Aldo dalam satu peristiwa yang tak terduga. Laut yang selama ini menjadi tempat pelarian Sea, kini mempertemukannya dengan pria yang bisa mengubah hidupnya. Aldo melihat sesuatu dalam diri Sea—sebuah ketulusan yang selama ini sulit ia temukan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

Sea terdiam dalam pelukan Aldo, tetapi pikirannya terus berputar. Semua ini terlalu rumit. Ia mencintai Aldo, tetapi jika kebersamaannya justru menjadi kelemahan yang bisa dimanfaatkan Hugo, bukankah lebih baik ia pergi?

Aldo melepaskan pelukannya perlahan, tetapi tangannya tetap menggenggam erat pundak Sea. Tatapannya tajam, penuh harapan sekaligus ketakutan.

“Sea, dengarkan aku.” Suaranya serak. “Jangan percaya apa pun yang keluar dari mulut Hugo. Dia hanya ingin menghancurkan kita.”

“Tapi apa yang dia katakan tentang bisnismu… itu tidak sepenuhnya salah, kan?” Sea menatapnya dengan mata penuh kebimbangan. “Kau bilang sendiri bahwa kau pernah bekerja sama dengannya.”

Aldo menghela napas panjang. Ia berjalan ke arah jendela, menatap keluar dengan ekspresi yang sulit dibaca. “Dulu, aku memang terlalu ambisius. Aku ingin membangun perusahaan ini dengan cepat, dan Hugo adalah jalan pintas yang menjanjikan. Tapi aku segera sadar bahwa uangnya berasal dari sumber yang kotor. Jadi aku mundur.”

Sea menggigit bibir. “Tapi dia tidak membiarkanmu pergi begitu saja?”

Aldo mengangguk. “Sejak itu, dia mulai menjebakku. Aku kehilangan beberapa klien besar karena ulahnya. Reputasiku hampir hancur. Tapi aku tidak menyerah.” Ia menatap Sea dengan intens. “Aku tidak akan membiarkan dia menang.”

Sea ingin mempercayai Aldo, tetapi pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran. “Lalu… apa yang harus kita lakukan?”

Aldo meraih tangan Sea dan menggenggamnya erat. “Kita lawan dia bersama.”

“Tapi bagaimana jika aku benar-benar menjadi kelemahanmu?” Suara Sea bergetar. “Bagaimana jika karena aku, Hugo bisa menemukan celah untuk menjatuhkanmu?”

Aldo mengepalkan rahangnya. “Jangan pernah berpikir begitu.” Ia menatap Sea dengan penuh keyakinan. “Kau bukan kelemahanku. Kau adalah alasan aku bertahan.”

Sea terdiam, hatinya bergetar mendengar kata-kata Aldo. Tapi di dalam hatinya, ada ketakutan yang tidak bisa ia abaikan.

---

Keesokan harinya, Sea merasa tidak tenang sepanjang waktu. Ia terus berpikir tentang pertemuannya dengan Hugo dan kemungkinan bahaya yang akan mereka hadapi. Ia bahkan tidak bisa menikmati sarapan bersama Aldo.

“Aku harus pergi ke kantor,” kata Aldo sambil mengenakan jasnya. “Jangan keluar rumah tanpa pengawal, oke?”

Sea mengangguk pelan. Biasanya, ia akan membalas dengan candaan atau protes karena merasa diperlakukan seperti tahanan, tetapi kali ini ia terlalu tenggelam dalam pikirannya.

Aldo tampak menyadari perubahan sikap Sea. Ia mendekat dan meraih dagu Sea, membuat gadis itu mendongak menatapnya. “Jangan terlalu banyak berpikir. Aku akan menangani ini.”

Sea mencoba tersenyum, tetapi senyum itu terasa hambar. Aldo mengecup keningnya sebelum pergi, meninggalkan Sea dengan berbagai pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban.

Beberapa jam kemudian, teleponnya berdering. Sea melihat layar ponselnya dan hatinya mencelos. Hugo.

Ia ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangkatnya. “Apa lagi yang kau inginkan?” tanyanya dengan suara tajam.

Di seberang telepon, Hugo terkekeh. “Aku hanya ingin bertanya… apakah kau sudah memikirkannya?”

Sea mengepalkan tangan. “Aku tidak akan meninggalkan Aldo.”

“Tentu saja kau akan mengatakan itu.” Hugo terdengar santai. “Tapi bagaimana jika aku memberimu alasan yang lebih kuat?”

Sea merasakan ketegangan dalam suaranya. “Apa maksudmu?”

“Coba buka emailmu.”

Jantung Sea berdebar saat ia buru-buru membuka laptopnya dan masuk ke email. Sebuah pesan masuk dari alamat yang tidak dikenalnya. Ia membukanya, dan saat melihat isinya, darahnya seakan membeku.

Foto-foto Aldo. Beberapa di antaranya memperlihatkan Aldo di kantor, tetapi ada satu foto yang membuat Sea terperanjat. Aldo sedang berdiri di depan mobilnya, sementara di kejauhan, seseorang mengarahkan sesuatu ke arahnya. Sebuah titik merah kecil terlihat di dadanya.

Sebuah bidikan sniper.

Sea menutup mulutnya, matanya membesar ketakutan. “Apa yang kau lakukan?!” serunya di telepon.

Hugo tertawa pelan. “Aku tidak melakukan apa-apa… untuk saat ini. Tapi jika kau tetap bersamanya, mungkin aku harus mengambil tindakan.”

Sea merasa tubuhnya bergetar. “Kau tidak akan berani.”

“Kau mau mencoba?” Hugo berkata dengan nada dingin. “Satu pelatuk saja, dan Aldo bisa lenyap dalam hitungan detik.”

Sea mengepalkan tangan, mencoba menahan ketakutannya. “Apa yang sebenarnya kau inginkan?”

“Aku sudah bilang.” Suara Hugo terdengar santai tetapi mengancam. “Tinggalkan Aldo. Itu saja.”

Telepon terputus. Sea merasa tubuhnya lemas. Ia menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong.

Ia harus melakukan sesuatu. Tapi apa?

---

Malam itu, Sea tidak bisa tidur. Pikirannya terus-menerus dipenuhi kekhawatiran. Jika Hugo serius dengan ancamannya, Aldo benar-benar dalam bahaya. Dan satu-satunya cara untuk menghentikan ini adalah… meninggalkannya.

Tapi bisakah ia melakukannya?

Sea duduk di tepi tempat tidur, menatap Aldo yang tertidur di sampingnya. Wajah pria itu terlihat damai, tidak menunjukkan beban yang ia pikul selama ini. Sea mengulurkan tangan, mengusap wajah Aldo dengan lembut.

“Aku mencintaimu,” bisiknya pelan.

Air mata menggenang di matanya. Jika ini adalah cara untuk melindungi Aldo, maka ia tidak punya pilihan lain.

Dengan hati berat, Sea berdiri dan berjalan menuju lemari, mengambil koper kecil. Ia mulai memasukkan beberapa pakaiannya dengan cepat, berusaha tidak mengeluarkan suara.

Tapi saat ia berbalik, ia tersentak.

Aldo sudah terjaga dan sedang menatapnya dengan ekspresi tajam. “Apa yang kau lakukan?”

Sea terdiam, tangannya masih menggenggam pegangan koper. “Aku… aku harus pergi.”

Aldo berdiri, matanya menatap Sea penuh ketegangan. “Ini tentang Hugo, bukan?”

Sea mengalihkan pandangannya. “Aku tidak bisa tinggal di sini, Aldo. Aku tidak bisa membiarkanmu dalam bahaya.”

Aldo melangkah mendekat, suaranya rendah tetapi tegas. “Jadi kau ingin menyerah? Kau benar-benar akan membiarkan dia menang?”

Sea mengepalkan tangannya, menahan isakannya. “Ini bukan tentang menang atau kalah. Ini tentang menyelamatkanmu.”

Aldo mencengkeram kedua pundaknya dengan erat. “Sea, dengarkan aku. Jika kau pergi, Hugo akan berpikir dia sudah menang. Dia tidak akan berhenti sampai aku benar-benar jatuh.”

“Tapi—”

“Aku tidak peduli dengan ancamannya,” Aldo memotong. “Yang aku pedulikan hanyalah kau. Aku tidak bisa kehilanganmu.”

Sea menatap mata Aldo yang penuh dengan keteguhan. Ia tahu pria itu tidak akan menyerah begitu saja. Tapi bagaimana jika ia benar-benar dalam bahaya?

Sea menghela napas berat. “Lalu apa yang harus kita lakukan?”

Aldo menatapnya dalam. “Kita lawan dia. Bersama.”

Sea terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk.

Ia tidak akan lari.

Ia akan melawan, demi Aldo.

Demi cinta mereka.

---

Pagi itu, Aldo mengumpulkan tim kepercayaannya. Mereka membahas strategi untuk menghadapi Hugo. Sea duduk di sampingnya, berusaha memahami situasi yang semakin rumit ini.

“Kita harus mencari bukti kejahatannya,” kata Aldo. “Jika kita bisa menyeretnya ke pengadilan, dia tidak akan punya kekuatan lagi.”

Salah satu orang kepercayaan Aldo, Reza, mengangguk. “Kami sudah mulai menyelidiki. Ada beberapa transaksi ilegal yang bisa kita gunakan sebagai bukti.”

Sea mendengarkan dengan saksama. Ia tidak terbiasa dengan dunia bisnis yang penuh intrik seperti ini, tetapi ia tahu satu hal—Hugo harus dihentikan.

Malam harinya, Sea dan Aldo kembali ke vila. Mereka tahu ini bukan akhir dari segalanya, tetapi mereka telah mengambil keputusan.

Mereka tidak akan menyerah.

Mereka akan melawan.

Dan mereka akan menang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!