Pernikahan seharusnya menjadi momen yang paling membahagiakan dan ditunggu oleh pasangan yang saling mencintai. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Noami dan Gilang.
Pasalnya, pernikahan mereka terjadi secara mendadak dan tak mengenakkan akibat kesalahpahaman warga yang mendapati mereka berada di dalam rumah kontrakan Naomi dalam kondisi yang cukup intim.
Warga yang mengira kalau Naomi dan Gilang sudah melakukan tindakan tercela yang mencoreng nama baik desa mereka, memaksa mereka menikah saat itu juga. Tidak punya pilihan, Gilang dan Naomi terpaksa menuruti keinginan warga demi menyelamatkan naman baik mereka sebagai pendatang di sana.
“Meski kita sudah menikah, tapi kamu tidak boleh menuntut hak apapun kepadaku!” Kata Gilang setelah tak lama mereka menjadi pasangan suami istri.
Begitu banyak kesepakatan menyakitkan yang dibuat oleh Gilang ditambah sikap Gilang yang sering mengacuhkannya setelah mereka menikah, membuat Naomi merasa pernikahan yang dijalaninya hanya membuatnya terluka.
Apakah Naomi mampu bertahan dengan pernikahan yang hanya membuat luka untuk dirinya meski sebenarnya tanpa diketahui oleh Gilang jika Naomi sudah mencintai Gilang sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PML 18 - Sudah Biasa Seperti Ini
Gilang terdiam beberapa saat. Rasanya dia sulit untuk menjawab pertanyaan Verel kali ini.
“Gilang, aku harap kamu bisa segera menyadari perasaan kamu sama Naomi sebelum semuanya terlambat.” Kata Kala. Wajahnya kelihatan serius saat berbicara.
“Apa maksudmu?” Tanya Gilang.
“Sikap kamu yang sulit ditebak seperti ini suatu saat nanti pasti membuat Naomi jadi jenuh. Dan bisa saja saat itu tiba dia meminta berpisah dengan kamu. Toh tidak ada hal lagi menurutnya yang bisa dipertahankan dalam hubungan pernikahan kalian karena kalian menjalaninya dengan terpaksa dan tidak ada cinta di dalamnya.”
Wajah Gilang nampak memerah setelah mendengar perkataan Kala. Entah mengapa dia tidak suka mendengar perkataan Kala barusan. Perpisahan? Meski Gilang menegaskan pada semua orang jika dia tidak mencintai Naomi, tapi Gilang merasa tidak ingin berpisah dengan Naomi.
“Kenapa? Kamu gak suka aku ngomong seperti ini?” Tebak Kala. Kali ini dia tidak ada takut-takutnya bertanya pada Gilang. Membuat Gilang menggeram kesal menatap wajahnya.
“Harusnya kamu bisa berpikir sendiri, Gilang. Wanita mana yang sanggup menjalani pernikahan tidak sehat seperti yang Naomi jalani saat ini. Apa lagi semenjak menikah kamu tidak pernah menyentuhnya. Bahkan kamu sering sekali meninggalkannya di rumah sendirian.”
“Tutup mulutmu. Aku rasa kamu sudah terlalu banyak berbicara dari tadi!” Komentar Gilang.
Kala akhirnya diam. Verel pun demikian. Mereka berdua membiarkan Gilang memikirkan apa yang dikatakan Kala tadi.
Merasa tidak punya solusi di apartemen Kala, Gilang akhirnya beranjak pergi. Sebelum benar-benar pergi meninggalkan apartemen, Gilang dibuat kesal mendengar perkataan Verel dan Kala.
“Naomi itu cantik dan dia adalah seorang dokter. Pria mana yang tidak suka padanya? Andai saja dia belum menikah dengan kamu, mungkin aku juga mau dengannya.”
“Benar. Di luar sana begitu banyak pria yang menginginkan Naomi menjadi milik mereka. Jangan sampai kamu menyesal karena sudah menyia-nyiakan intan permata yang sudah berada di depan kamu!” Timpal Kala.
**
Perasan Gilang terasa kacau mengingat perkataan kedua sahabatnya. Untuk menenangkan hati dan pemikirannya, Gilang memilih untuk pergi ke sebuah coffe shop dan menikmati secangkir kopi dulu di sana sebelum akhirnya pulang ke rumah.
Pukul sepuluh malam, Gilang nampak sudah kembali dengan rambut yang nampak berantakan. Naomi yang melihat kepulangan Gilang memilih acuh saja sambil terus fokus memainkan ponsel di tangannya.
“Dia sama sekali tidak peduli dengan kepulanganku?” Geram Gilang.
Naomi yang tidak mengetahui kalau saat ini Gilang sedang kesal padanya masih fokus dengan ponsel di tangannya hingga akhirnya berbaring untuk tidur.
“Lagi-lagi dia tidur menggunakan hijab.” Gilang dibuat heran dengan tingkah Naomi. Namun, untuk kali ini dia memilih untuk tidak mempermasalahkannya.
Keesokan paginya, Naomi terlihat sedang bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Seperti biasanya, dia bakalan berangkat bekerja duluan dibandingkan Gilang. Pagi itu Naomi tetap membuatkan sarapan pagi untuk Gilang dan menyiapkan pakaian ganti meski Naomi tahu kalau Gilang tidak meminta untuk mengurusnya.
Tanpa kata, Naomi melewati tubuh Gilang yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Dia tidak berpamitan pada Gilang untuk pergi seperti biasanya. Toh Gilang juga mengajarinya agar bersikap sesuka hatinya seperti Gilang bersikap padanya.
“Apa kamu gak punya sopan santun main pergi begitu saja tanpa berpamitan pada suami kamu lebih dulu?” Tanya Gilang sambil menatap tajam wajah Naomi.
Langkah Naomi seketika terhenti. Dia menatap wajah Gilang dengan datar. “Bukannya kita sudah terbiasa seperti ini. Lantas, apa masalahnya sama kamu?” Tanya Naomi balik menyerang Gilang.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya. Terima kasih🌺
Gilang marah tidak ya Naomi pulang ke rumah mamanya untuk menemui kak Nadira tidak mengajaknya