Muhasabah Cinta Hasna
Di ruang tunggu atau lounge kelas premium Saphire Plaza di gate 7 Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang memiliki fasilitas mewah bagi penumpang premium, tampak dua orang laki-laki sebaya duduk santai sambil menikmati fasilitas makanan A'la Carte yang di sediakan bagi penumpang fisrt class tersebut.
"Apa kau yakin hendak ke daerah itu? Daerah itu dingin lo?"
"Aku yakin sekali, di sana bukannya dingin tapi segar, udara pegunungan yang sejuk, aku yakin otakku bisa berpikir jernih sejernih udaranya, aku jadi menginginkan suasana itu, suasana Kota membuat ku jengah? Apalagi di sana, pasti ada bidadari yang masih polos dan suci, nggak seperti disini.."
"Jangan bilang kau mau lari dari Dini? Dan mau cari pengganti Dini di sana?"
"May be yes may be no, Kau tahu sendiri bagaimana aku menjaganya, tahu-tahunya ia sendiri yang nggak mau menjaga dirinya sendiri.. Entah apa yang ia harapkan dari laki-laki itu?" Ucapnya seketika mengingat kejadian dimana ia melihat sendiri sang kekasih berani berbuat diluar dugaan nya itu.
Tatapannya nanar ke arah Hery yang sedang menatapnya juga hingga membuat Hery prihatin pada laki-laki yang bernama Raihan itu, seorang putra tunggal dari pasangan Raam Jaya dan Lena. Raam Jaya adalah sekaligus nama perusahaan yang dikelola oleh Ayahnya Raihan. Perusahaan itu cukup maju di Kota Jakarta dan memiliki banyak anak cabang di beberapa daerah.
"Sabar Rai, aku juga heran laki-laki pewaris tunggal dari Raam Jaya saja di sia-siakan oleh Dini, dan malah lari pada laki-laki Playboy itu. Jangan sampai "habis manis sepah dibuang" berlaku pada Dini, dan setelah itu Dini baru menyesal karena telah meninggalkanmu."
"Semoga saja dia langgeng bersama laki-laki itu, aku kasian sama Dini.."
"Kau ini lucu Rai, udah disakiti masih saja kau mengasihaninya.."
"Bagaimana pun ia adalah cinta pertama ku Her, aku bermimpi bisa menjadikan ia pendamping hidup ku sampai akhir hayatku itu hanya ada dia, tapi.."
Seketika muncul bayangan ia yang akan datang melamar Dini setahun lagi setelah lulus kuliah dan itu membuat Raihan kembali sedih.
Raihan tampak hanya mengaduk-aduk makanan yang ada di depannya, ia sama sekali tak tertarik dengan makanan itu, selera Raihan cukup unik walau ia berasal dari keluarga Kaya namun Raihan lebih menyukai makanan dari pedagang yang berjualan di pinggir jalan di banding makanan yang tersaji di restoran mewah seperti yang ada di hadapannya sekarang.
Raihan pun juga sudah menolak agar ia bisa ikut penerbangan kelas ekonomi saja bahkan ia malah ingin naik bus menuju daerah yang akan ia tuju, tapi Lena Mamanya akan membatalkan perizinannya jika Raihan berani membantah. Itu saja Lena keberatan akan niat putra tunggalnya itu yang akan menginap selama sebulan di daerah yang belum sama sekali pernah ia kunjungi. Tapi karena Hery mengenal daerah itu akhirnya Lena mengizinkan Raihan untuk ikut dengan Hery, sang sahabat putranya yang sudah dekat dari kecilnya itu yang sudah seperti putranya sendiri.
"Udahlah Rai, bukannya kau udah bertekad untuk melupakannya.. Kenapa kau kembali sedih lagi seperti ini.. Aaah Cem.."
"Her, kau tahu kan daerah itu? Pastinya kau juga tahu bagaimana kehidupan para gadis di sana?" Ucap Rai semangat, ia seperti tak mau dikatakan cemen oleh Hery.
"Kau nggak usah ragukan itu Rai, aku pernah tinggal di sana walau hanya seminggu tapi cukup membuat ku nyaman, apalagi aku juga ingin kembali bertemu sang gadis pujaan, ya Allah.. wajah ayu nya sungguh sulit ku lupakan Rai..." Hery tersenyum sambil melamunkan sang gadis pujaannya.
"Dasar kau ya, jadi sebenarnya kau ingin bertemu bidadari mu, kenapa juga kau kemarin sok menolak begitu?"
"Bukan apa-apa Rai, aku hanya segan saja sama Mamamu, yang pastinya akan memberikan fasilitas mewah seperti ini. Dan itu hanya basa-basi ku saja Rai, hahaha."
"Dasar, kau seperti tak tahu Mama saja, ia tak akan biarkan anaknya pergi sendirian. Kau juga seperti sama siapa aja, apa kau tak menganggap Mama seperti Ibu kandung mu sendiri? Kalau beneran nggak, ntar aku bilangin Mama lo.."
"Dasar tukang ngadu kau Rai, kebaikan Mama Lena padaku selama ini sungguh aku tak akan sanggup membalasnya, hanya saja aku masih merasa segan takutnya suatu saat nanti aku tak bisa membalas budi beliau."
"Mama tak menuntut mu balas budi kok, cukup kau temani aku saja, kau juga akan jadi sekretaris ku nanti saat aku sudah lulus kuliah dan masuk ke dalam Perusahaan Papa mengganti kan Papa."
"Sekretaris? Kau yang serius lah kalau ngomong Rai, kau nggak mendambakan punya sekretaris yang seksi dan cantik begitu?"
"No way, nggak sama sekali.. Tapi kalau nanti istriku sendiri mau jadi sekretaris ku, kau baru angkat kaki dari sana.."
"Sungguh teganya dirimu padaku.."
Sebuah rangkulan tangan Rai mendarat cantik di pundak Hery.
"Yuk lah berangkat, kau mau jumpa bidadari mu kan.." Ucap Raihan yang memang telah mendengar panggilan agar para penumpang bisa segera memasuki pesawat.
"Hahaha." Hery pun tertawa menanggapinya.
***
Raihan dan Hery begitu menikmati perjalanan mereka dari Ibu Kota Negara menuju Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat itu. Perjalanan pesawat hanya membutuhkan waktu selama 1 jam 45 menit. Raihan memang sudah beberapa kali ke Kota Padang karena ajakan Papanya yang juga mempunyai cabang perusahaannya di Padang, sebagai bentuk pembelajaran bagi Raihan agar nanti setelah lulus kuliah ia sendiri yang akan menggantikan Papanya bisa meniru seperti apa kepimpinan Papanya tersebut dalam mengendalikan Perusahaan.
Namun kali ini tujuan Raihan bukanlah Ibu kota Provinsi Sumbar itu tapi salah satu daerah yang ada di Kabupaten Solok. Raihan memang belum pernah sama sekali ke sana namun dari gambaran cerita Hery dan beberapa kali ia searching Google, Raihan tampak begitu antusias agar bisa segera sampai di sana.
Di Bandara Internasional Minangkabau yang berjarak sekitar 23 km dari pusat Kota Padang yang terletak di wilayah Ketaping kecamatan Batang Anai kabupaten Padang Pariaman itu, mereka dijemput oleh Pak Amir. Pak Amir adalah supir kepercayaan Pak Raam Papanya Raihan bila ia berada di Kota Padang itu. Dan Raihan tentu telah mengenal baik Pak Amir.
"Nak Raihan mau langsung jalan atau mau istirahat di penginapan dulu?" Tanya Pak Amir saat Raihan dan Hery sudah duduk manis dalam mobil yang digunakan Pak Amir itu. Pak Amir tak lagi memanggil Raihan dengan sebutan Tuan Muda karena Raihan sendiri yang melarangnya. Dan penginapan yang disebut Pak Amir adalah sebuah rumah yang memang telah disediakan Pak Raam untuk mereka istirahat selama di Padang. Dan rumah itu sendiri di tempati dan dirawat oleh Pak Amir dan istrinya.
"Langsung saja Pak Amir, saya sudah nggak sabar ingin merasakan bagaimana moment perjalanan kesana yang kata Hery cukup bikin nyali ciut ya pak?"
"Hehehe benar nak Raihan, waah kalau supirnya belum pernah lewat jalan itu jangan coba-coba deh.. sering gagal nanjak dibuatnya."
"Saya jadi penasaran Pak, sebagaimana nanjaknya itu jalannya, yang jika saya lihat di YouTube itu memang sering seperti itu gagal nanjak, apalagi seperti truk yang memiliki beban berat ya Pak?"
"Iya nak Raihan, tapi sebenarnya sekarang jalan nanjaknya yang dulunya begitu curam dengan belokan tajamnya sudah tidak seperti dulu lagi artinya sudah dibuat agak landai nak Raihan, tapi bagi yang baru coba masih terkesan mengerikan."
"Aku aja sampai menahan napas Rai.." Sela Hery yang dari tadi diam.
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Gadih Hazar
Benar kak say, sitinjauk lauik nan bagala tanjakan maut..☺️
2023-10-09
1
auliasiamatir
semangat aku bacanya. 🥰
2023-10-09
1
auliasiamatir
si tinjau lauik kah...?
2023-10-09
1