Clara Alaysya mahasiswi cantik dan pintar yang harus berjuang seorang diri untuk menyambung hidupnya. Clara terkenal dengan sikap keras kepala dan juga cerobohnya.
Suatu hari Clara mengalami kesialan yang sangat lengkap. Clara di pecat dari pekerjaannya dan juga terancam di keluarkan dari kampus karna telat membayar uang semester.
Hingga akhirnya dia mendapat tawaran bekerja di istana pengusaha ternama yang terkenal arrogant. Di tambah lagi pertemuan mereka yang sangat aneh membuat keduanya saling membenci satu sama lain.
"Kenapa ada pria kulkas seperti dia di dunia ini?" Clara Alaysya.
"Semua wanita sama saja! mereka tidak pernah menghargai cinta yang tulus. Mereka hanya menghargai harta dan tahta saja" Rafi Alexander
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
"Maksudmu apa? Aku tidak perlu melakukan apapun sebelum berbicara dengan wanita miskin sepertimu" ucap Rania geram.
"Kau memang tidak perlu melakukan apapun sebelum bicara denganku. Itu semua karna kau tidak punya ini" ucap Clara tersenyum sinis sambil menunjuk isi kepalanya.
"Aku memang miskin bahkan aku harus bekerja keras untuk menyambung hidupku. Tapi, setidaknya aku tidak menjadi benalu untuk kedua orang tuaku. Sekaya apapun dirimu jika kau masih meminta uang dari orang tuamu maka sama saja kau jauh lebih miskin dariku. Masih berada di bawah ketiak orang tuamu saja kau sudah bangga" ucap Clara tersenyum sinis sambil menatap remeh Rania.
Mendengar ucapan Clara, Rania hanya mampu mengepalkan tangannya geram. Dia menatap Clara yang ingin melangkah, dengan cepat Rania menghalagi jalan Clara sehingga Clara tersandung dan jatuh ke lantai.
"Aw!" pekik Clara ketika siku tangannya terbentur ke lantai dan sedikit terluka.
"Miskin saja belagu. Ingat kau itu hanya wanita miskin yang hanya akan jadi parasit di kehidupan Kak Rafi. Seharusnya kau itu sadar diri! Seorang rakyat jelata bermimpi menjadi ratu. Itu tidak akan pernah terjadi." ucap Rania tersenyum sinis.
"Clara!" ucap Rafi berlari kecil lalu menolong Clara yang masih tergeletak di lantai.
"Kamu kenapa bisa jatuh seperti ini?" ucap Rafi khawatir sambil melihat luka di siku tangannya.
"Apa kau yang melakukannya?" ucap Rafi menatap tajam Rania.
"Kakak ipar! Aku tidak melakukan apa apa. Dia yang menghinaku dan ingin mendorongku" ucap Rania membela diri.
"Aku tidak bodoh! Aku tau seperti apa Clara. Jika sekali lagi kau mengusik kehidupannya, akan ku pastikan kau tidak akan pernah hidup dengan tenang di dunia ini" ucap Rafi menatap tajam Rania.
"Dan ingat satu lagi! Aku bukan kakak iparmu" ucap Rafi kembali lalu membawa Clara pergi dari sana.
Rafi membawa Clara kembali ke mobilnya. Dia mendudukkan Clara di samping bangku pengemudi lalu mencari kotak p3k yang selalu dia sediakan di mobilnya. Rafi mengobati luka Clara dengan begitu hati hati sambil meniupnya kecil. Melihat kelembutan Rafi senyuman di wajah Clara terukir dengan indahnya. Dia tidak menyangka jika pria menyebalkan di depannya ternyata bisa selembut ini.
"Kenapa kau melihatku seperti itu? Apa aku tampan?" ucap Rafi ketika sadar dengan tatapan Clara.
"Pede amat! Aku hanya bingung kenapa pria menyebalkan seperti tuan ternyata bisa selembut ini" ucap Clara mengalihkan pandangannya.
"Hanya kau wanita yang mengatakan aku menyebalkan. Tapi, apa benar aku menyebalkan?" ucap Rafi berpikir kenapa wanita yang dia cintai selalu meninggalkannya.
"Menurut, Tuan?" ucap Clara tidak mau salah bicara ketika melihat wajah sedih Rafi.
"Aku tidak tau! Aku juga bingung kenapa semua wanita yang aku cintai pergi meningalkanku begitu saja"
"Mungkin mereka bukan wanita yang terbaik untuk, Tuan. Apa tuan tau Allah akan mengambil yang dia kira tidak baik untuk kita dan Allah akan mengantinya dengan sesuatu yang jauh lebih baik lagi"
"Apa ada wanita yang baik di dunia ini?"
"Ada! Bahkan masih bayak jika tuan memang bersunguh sunguh ingin mencarinya"
"Tumben kamu pintar" ucap Rafi tersenyum tipis.
"Jadi selama ini aku bodoh" ucap Clara menatap tajam Rafi.
"Siapa yang mengatakan kau bodoh. Aku tidak mengatakannya, kau yang mengatakannya sendiri" ucap Rafi.
Mendengar ucapan Rafi, Clara langsung terdiam. Melihat Clara yang diam tidak bisa menjawab Rafi tersenyum kecil sambil mengingat kelakuan Clara yang selalu menjawab perkataannya.
"Sudah! Terima kasih atas plasternya. Aku pamit masuk kelas dulu" ucap Clara menatap lukanya yang sudah di tutupi plaster oleh Rafi.
"Jika wanita itu berani menyakitimu lagi kau jangan diam saja. Lawan sekuat tenangamu jangan takut selama kau berada di jalan yang benar" ucap Rafi melayangkan senyuman manisnya.
"Baik, Tuan!" ucap Clara tersenyum lalu keluar dari mobil Rafi.
"Ini ponselmu! Tadi ketingalan di mobil" ucap Rafi mengingat alasannya kembali ke kampus Clara.
"Ya ampun! Terima kasih, Tuan. Maaf sudah ngerepotin, Tuan" ucap Clara mengambil ponselnya yang ada di tangan Rafi.
Tidak mau membuang kesempatan Rafi mengengam tangan Clara dengan kuat sehingga Clara menatapnya binggung.
"Tuan, lepaskan" ucap Clara menatap daerah sekitarnya.
"Kenapa? Apa kau takut jika pacarmu melihatnya?"
"Aku tidak punya pacar. Tapi, tidak enak di lihat orang, Tuan"
"Aku akan melepaskannya. Tapi dengan satu syarat" ucap Rafi tersenyum penuh kelicikan.
"Apa! Tuan jangan macam macam" ucap Clara waspada.
"Terserah!" ucap Rafi menarik tangan Clara sehinga Clara terjatuh kedalam pelukannya.
"Aw! Kakiku, Tuan" pekik Clara ketika kakinya masih tergantung di luar mobil.
"Itu gampang" ucap Rafi menarik tubuh Clara agar semua tubuh Clara masuk ke dalam mobil lalu Rafi menutup pintu mobilnya dan menguncinya.
"Kenapa pintunya di tutup, Tuan?" ucap Clara panik.
"Kau belum memenuhi syarat dariku. Jadi, kau tidak bisa keluar dari mobil ini"
Mendengar ucapan Rafi, Clara membuang napasnya kasar lalu menatap Rafi dengan penuh kekesalan.
"Memang tuan mau apa?"
"Nah! Gitu dong. Kau boleh keluar dari mobil ini dengan aman dan selamat asalkan..." ucap Rafi menunjuk bibirnya.
"Idih! Apa tidak ada wanita yang mau mencium tuan sehingga tuan memaksaku untuk mencium, Tuan?"
"Terserah! Jika kau tidak mau maka, bersiap siaplah di dalam mobil ini sampai kelasmu selesai" ucap Rafi duduk santai sambil meletakkan kedua tangannya di kepalanya.
Cukup lama Clara terdiam berpikir, dia melirik jamnya yang menunjukkan jika kelas akan segera di mulai. Jika dia menolak permintaan Rafi maka sudah di pastikan dia akan terjebak dalam mobil itu bersama Rafi.
"Baiklah!" ucap Clara penuh kekesalan.
"Baik apa?" ucap Rafi pura pura bodoh.
"A... Aku mau melakukan syarat yang tuan minta" ucap Clara menunduk malu.
"Memangnya aku meminta syarat apa?"
"Tuan!" ucap Clara kesal sambil menatap tajam Rafi.
Cupp...
Rafi langsung menempelkan bibirnya ke bibir Clara. Rafi menahan tengkuk leher Clara lalu melahap bibir Clara dengan takusnya. Clara yang terbuai dengan permainan Rafi mencoba memejamkan matanya dan menikmati ciuman yang baru dia rasakan saat ini.
"Bibirmu sangat manis" ucap Rafi melepaskan ciumannya sambil menatap Clara dengan penuh hasrat.
"Maaf, Tuan! Saya harus masuk kelas dulu" ucap Clara menunduk malu.
"Baik! Nanti aku akan menjemputmu" ucap Rafi mengelap bibir Clara yang basah dengan sapu tangannya.
"Permisi, Tuan" ucap Clara keluar dari mobil lalu berjalan dengan tergesa gesa.
Rafi menatap punggung Clara yang berlahan menjauh dengan perasaan yang tidak menentu. Rafi memengang bibirnya dan membayangkan bibir Clara yang kini sudah menjadi candunya.
"Kau adalah wanita yang ku cari selama ini, Sayang" gumam Rafi tersenyum lalu melajukan mobilnya menuju kantor.
Bersambung....
apa kata maaf itu, menurunkan derajat kaum adam..
otak kerdil..
subhanallah.. apa susahnya mengakui.. takut dibully
sebelum di ip dak diteliti dulu