“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!” hardik Peter.
“Mohon maaf Pak, belum ada kepastian jaringan normal kembali. Namun, sedang diusahakan secepatnya,” tutur Disra.
“Saya tidak mau tahu, harus sekarang aktifnya!” ucap Peter masih dengan nada tinggi.
Disra berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut. “Terserah loe! Sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!” tantang Disra.
“Apa kamu bilang? Bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?” tanya Peter emosi.
Disra panik, wajahnya langsung pucat, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah. Sehingga, pelanggan bisa mendengar umpatannya.
Gawat, pelanggan denger makian gue!
***
Novel pengembangan dari cerpen Call Center Cinta 🥰
Ikuti kisah seru Disra, yang terlibat dengan beberapa pria 😁
Happy Reading All 😍
IG : Age_Nairie
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon age nairie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 1 Tahun Pacaran
"Apa jika cita-citamu belum terwujud, kau tak akan menikah?" tanya Melvin.
Disra bingung, tidak mungkin dia mengiyakan, tak mungkin juga selamanya tak menikah. "Emmm, aku sedang menikmati masa mudaku terlebih dahulu dan mencoba untuk meraih cita-citaku," jelas Disra.
"Apa yang membuatmu tertarik menjadi astronot?"
"Em, hanya terlihat keren saja. Terbang tinggi ke angkasa, tanpa terlibat peliknya kehidupan, berjalan di bulan yang tak ada penghuninya."
"Memang di bulan tak ada penghuninya?" tanya Melvin.
Disra terdiam, mana dia tahu akan hal itu. Dia hanya asal bicara saja. "Karena itu aku mau ke sana. Ingin membuktikan pada diriku sendiri, ada atau tidak kehidupan di sana," kilahnya.
"Apa masih ada kemungkinan untuk menjadi astronot?" tanya Melvin lagi.
"Aku percaya, selama kita bernapas, tidak ada yang tidak mungkin bukan?"
"Iya, hanya saja ... bukankah hal itu seperti mustahil? Memang tidak ada yang tidak mungkin, tapi kita bisa menakar sesuatu itu, peluangnya besar atau tidak. Jika sudah tampak peluang itu kecil, bukan kah lebih baik memilih jalan yang berbeda. Mungkin, kau bisa meraih yang masih bisa digapai."
"Apa kau percaya keajaiban?" tanya Disra menelisik.
"Ha?"
"Jika dipikir secara logika, kita tak akan pernah bisa membelah lautan dengan tongkat. Tapi, ada manusia bernama Musa, bisa membelahnya hanya dengan tongkat. Apa kau percaya manusia bisa menghidupkan orang mati? Tentu kau tidak akan percaya, bahkan kloning pun masih kontroversi yang sangat kabur kebenarannya. Namun, ada manusia bernama Isa yang bisa menghidupkan orang mati. Apa kau percaya?"
"Tapi, itu nabi," timpal Melvin.
"Ya, maksudku, mukjizat nabi yang luar biasa seperti itu, dengan mudah Tuhan menunjukkannya. Apalagi hanya dengan diriku yang hanya ingin ke bulan? Bukankah bukan sesuatu yang tak mungkin? Apalagi, jika kita masih terus berusaha,” ucap Disra percaya diri. Ucapan yang diucapkan hanya untuk menghentikan pembicaraan dengan Melvin.
Dirinya pun tak yakin bisa ke bulan. Bukan meragukan Tuhan tidak bisa mengabulkannya. Dia tahu Tuhan bisa melakukan apapun. Namun, siapa dirinya? Apakah dirinya sudah bisa meyakinkan Tuhan untuk mengabulkan keinginannya? Sudahkah ibadahnya cukup untuk meyakinkan Tuhan untuk mengabulkan semua permintaanya? Sedangkan banyak ahli ibadah dan manusia baik lainnya yang jika dipikirkan, mereka lebih besar peluangnya mendapat prioritas dikabulkan permintaannya oleh Tuhan.
Namun, Disra selalu meyakini Tuhan itu baik, semua bisa berjalan atas izinnya dan dia sebagai manusia hanya berusaha, biarkan Tuhan yang menentukan hasil akhirnya, karena Dialah yang Maha Tahu.
Melvin hanya mengembuskan napasnya pelan. "Baiklah, kejar cita-citamu. Aku akan mendukungmu. Menikah bukan halangan untuk menggapai cita-cita. Aku, sebagai suamimu tidak akan menentang apa yang ingin kau raih. Malah, aku akan membantumu untuk mengejar cita-citamu itu," jelas Melvin.
Gila! Gila! Fix, loe gila Melvin!
Disra membulatkan matanya dan hanya bisa memaki Melvin dalam hati. Penolakan halusnya tak berlaku untuk Melvin. Entah apa yang ada dipikiran pria itu.
Disra menarik napasnya panjang. "Baiklah, sepertinya aku sudah cukup bersabar. Aku tidak ingin menikah. Lebih tepatnya, tidak ingin menikah denganmu."
"Kenapa tak ingin? Banyak yang ingin menjadi kekasihku dan aku memintamu bukan hanya sebagai kekasih melainkan sebagai istri. Bukankah itu merupakan suatu kehormatan untukmu?" tanya Melvin tak habis pikir dengan pola pikir Disra. Seharusnya, wanita itu tersanjung bisa dicintai pria sepertinya.
Disra semakin mengerutkan dahinya. "Aku tidak peduli dengan wanita lain yang sangat menginginkanmu menjadi kekasihnya. Aku adalah aku, memiliki pemikiranku sendiri. Bagiku, apa yang kau tawarkan padaku sangatlah konyol. Apa yang membuatmu ingin menikah muda? Aku tahu umurmu masih 24 tahun. Usia itu, bukankah masih tergolong sangat muda untuk seorang pria menikah?"
"Batas umur minimal pernikahan 19 tahun dan aku rasa, aku sudah cukup usia," timpal Melvin.
"Oke, merujuk usia angka memang sudah masuk dalam kategori. Namun, bagaimana dengan usia mental? Pernikahan tidak semudah membalikan telapak tangan, segala sesuatunya harus dengan kesiapan mental. Usia 24 tahun, menurutku usia yang sangat muda. Aku yang wanita, malah ada keinginan untuk menikah di usia 25 tahun. Itu pun usia minimal. Artinya, aku tidak mau menikah diusia kurang dari itu," papar Disra.
“Jadi, aku harus menunggumu 4 tahun lagi?” tanya Melvin.
“Ha?”
Disra mengedipkan matanya, tak sadar dirinya telah menceritakan keinginannya menikah di usia 25 tahun. Ya, Disra memang pernah ada keinginan menikah di usia tersebut. Dia pikir usia tersebut adalah usia yang sangat pas untuk perempuan menikah.
“Usiamu, kini 21 tahun bukan?” tanya Melvin memastikan.
“Bagaimana kau tahu?” tanya Disra memicingkan matanya.
Melvin terdiam, tak mungkin dirinya mengatakan bahwa dirinya meretas biodata Disra. Ya, meskipun, dia melakukannya pada saat belum mengetahui Disra adalah Angel. Seorang agent call center yang berseteru dengannya.
“Tidak sulit bagiku tahu identitasmu. Kau lupa aku adalah dosenmu? Lalu, bagaimana kau tahu usiaku 24 tahun?” tanya balik Melvin.
Kini, Disra yang mengedipkan matanya. “Itu … aku tahu dari rumor yang beredar. Seorang dosen muda berusia 24 tahun. Langganan akselerasi saat sekolah. Hingga, bisa menjadi seorang dosen di usia yang sangat muda.”
“Baiklah, aku sudah tahu dirimu dan kau pun tahu diriku. Jadi, kita putuskan saja tanggal pernikahan kita. Atau kita minta pendapat orang tuamu dulu?” tawar Melvin. "Aku juga harus melamar secara resmi dulu," tambahnya.
Disra menggaruk kepalanya. Terlalu berbelit, terlalu bertele-tele. Sepertinya dia harus mengatakan dengan jelas pada pria di depannya bahwa dia tak bersedia menikah dengan Melvin. Meskipun, sebelumnya dia sudah mengatakan dengan sangat jelas. Harus menggunakan bahasa apalagi agar pria itu mengerti bahwa dirinya tak bersedia menikah.
“Melvin, tolonglah berhenti. Aku bilang sekali lagi padamu aku tidak ingin menikah! Usiaku yang terbilang sangat muda dan aku yakin orang tuaku pun tak akan setuju aku menikah sekarang dan satu lagi, aku tidak mencintaimu!”
“Kalau orang tuamu setuju, apa kau mau menikah denganku?”
Disra mengurut dahinya. “Aku tidak tahu apa yang membuatmu sangat ingin menikah denganku. Tapi, ini merupakah hal ….”
“Karena aku menyukaimu, karena aku mencintaimu. Maka, aku menginginkan dirimu menjadi istriku," ujar Melvin memotong ucapan Disra.
"Cinta itu tidak hanya sepihak, harus dari dua belah pihak," terang Disra.
"Kalau begitu, menikah denganku dan aki akan membuatmu jatuh cinta padaku," jelas Melvin.
Disra menggigit pelan bibirnya. "Tolonglah, Melvin, aku tak bisa seperti ini. Tidak bisa menikah secara tiba-tiba."
"Jadi, kau mau hubungan kita seperti apa? Sepasang kekasih? Kau ingin kita pacaran terlebih dahulu? Jika itu maumu, baiklah. Kita pacaran dulu, Aku beri waktu maximal 1 tahun untuk pacaran. Setelah itu kita menikah. Tapi, aku berharap kurang dari waktu setahun, kita sudah menikah."
Otoriter! M*niak! Sinting!
Makian untuk Melvin hanya berputar di otak Disra. Bukan tak ingin memaki secara langsung. Namun, semua karena lidahnya seakan membeku dan tak bisa mengeluarkan kata-kata lagi karena keanehan pria di depannya.
dandan yg cantik, pake baju kosidahan buat Dateng kondangan Marvin /Facepalm/