Arya Perkasa seorang teknisi senior berusia 50 tahun, kembali ke masa lalu oleh sebuah blackhole misterius. Namun masa lalu yang di nanti berbeda dari masa lalu yang dia ingat. keluarga nya menjadi sangat kaya dan tidak lagi miskin seperti kehidupan sebelum nya, meskipun demikian karena trauma kemiskinan di masa lalu Arya lebih bertekad untuk membuat keluarga menjadi keluarga terkaya di dunia seperti keluarga Rockefeller dan Rothschild.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chuis Al-katiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Langkah Pertama Menuju Mimpi - Bagian Kedua
Bab 14: Langkah Pertama Menuju Mimpi - Bagian Kedua
Hari Senin: Demo di Lapangan Sekolah
Hari Senin tiba, dan suasana sekolah SD terasa lebih semarak dari biasanya. Tim DreamWorks, yang sudah menyusun rencana sejak hari Minggu, memutuskan untuk mengadakan demo game mereka di lapangan sekolah saat jam istirahat.
Sebelumnya Arya sudah minta izin ke kepala sekolah untuk mengadakan acara kecil di lapangan sekolah dan kepala sekolah mengizinkan selama tidak ada keributan atau perkelahian.
Arya, Saka, Abdi, Mitha, dan Amanda tiba lebih awal dari biasanya. Mereka membawa dua prototipe game elektronik, tic-tac-toe dan Simon Says, yang ditempatkan di atas meja sederhana yang sudah dipersiapkan di sudut lapangan. Spanduk kecil bertuliskan “Demo Game Elektronik DreamWorks” terpampang dengan tulisan tangan Mitha yang rapi.
“Kita sudah siap?” tanya Arya sambil memastikan semua perangkat bekerja.
“Sudah, semuanya aman,” jawab Saka. “Semua kabel dan komponen sudah aku periksa tadi pagi, batre nya juga sudah aku isi yang terbaru.”
Abdi berdiri di depan meja, seperti seorang MC yang siap menarik perhatian kerumunan.
"Teman-teman yang terkasih, datang dan kunjungilah demo game tercanggih abada ini" “Ayo, siapa yang mau mencoba duluan?” teriaknya lantang ketika bel istirahat berbunyi.
Kerumunan anak-anak segera berlari ke arah mereka, penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Beberapa guru yang melihat dari kejauhan mulai tertarik dan mendekat.
***
Antusiasme di Lapangan
Seorang anak laki-laki dari kelas empat maju dengan ragu-ragu. Arya menyambutnya dengan senyum. “Ayo, coba permainan ini. Ini namanya Simon Says. Kamu harus mengikuti pola lampu yang menyala. Kalau salah, kamu kalah.”
Anak itu mencoba bermain, dan beberapa detik kemudian dia tertawa karena salah menekan tombol. Anak-anak lain mulai tertarik dan berteriak, “Aku juga mau coba!”
Mitha dengan sabar menjelaskan cara bermain tic-tac-toe kepada sekelompok anak perempuan yang berdiri di sisi lain meja. Amanda, yang menjadi maskot tim, sibuk membagikan brosur kecil buatan tangan mereka.
Guru olahraga mereka, Pak Darma, akhirnya mendekat. “Apa ini, Arya? Kalian membuat permainan sendiri?”
“Iya, Pak,” jawab Arya. “Kami membuat game elektronik sederhana. Kalau Bapak mau coba, silakan.”
Pak Darma mencoba permainan tic-tac-toe, dan dalam beberapa menit dia tampak sangat menikmati permainan tersebut. “Kalian hebat sekali. Ini inovasi yang luar biasa.”
Murid-murid lain yang melihat antusiasme Pak Darma semakin ramai berkumpul. Dalam waktu singkat, lapangan penuh dengan anak-anak yang berebut untuk mencoba permainan mendekat.
***
Keberhasilan Demo
Ketika bel masuk berbunyi, kerumunan mulai bubar. Beberapa anak mendekati Abdi untuk bertanya apakah mereka bisa meminjam game tersebut.
“Kalian bisa menyewa untuk satu hari. Nanti kami akan bawa lagi besok,” jawab Abdi dengan percaya diri.
Setelah kerumunan pergi, tim DreamWorks berkumpul kembali untuk mengevaluasi acara tersebut. “Menurutku, ini sukses besar,” kata Mitha. “Banyak yang tertarik.”
“Benar,” tambah Saka. “Tapi kita butuh lebih banyak unit. Kalau cuma dua seperti ini, kita tidak bisa memenuhi semua permintaan.”
Arya mengangguk setuju. “Aku akan coba cari cara untuk meningkatkan produksi. Kita butuh tempat khusus untuk membuat lebih banyak unit.”
***
Ide Membuka Bengkel
Malam itu, setelah mereka kembali ke rumah Arya, Nadya datang untuk melihat perkembangan mereka. Arya menceritakan kesuksesan demo di sekolah dan tantangan yang mereka hadapi.
“Kalian memang luar biasa,” kata Nadya. “Tapi kalian benar, tanpa fasilitas yang memadai, kalian tidak akan bisa memenuhi permintaan pasar.”
Saka mengusulkan ide untuk membuka bengkel kecil di dekat rumah. “Bengkel itu bisa jadi tempat kita membuat lebih banyak unit, sekaligus memperbaiki barang elektronik untuk menambah pemasukan.”
Nadya mengangguk. “Ide yang bagus, selama pabriknya belum berdiri untuk awal kita bisa membuka bengkel kecil. Aku akan membantu mencarikan tempat dan mengurus dokumen legalnya. Tapi kalian harus bersiap, karena membuka bengkel juga membutuhkan modal.”
Arya merenung sejenak. “Aku punya modal yang cukup. Kita bisa mulai dengan bengkel kecil dulu, sambil mencari cara untuk berkembang lebih besar.”
Amanda, yang duduk di pangkuan Nadya, tiba-tiba berkata, “Kak Arya, apa Amanda bisa bantu di bengkel?”
Semua tertawa mendengar pertanyaan polos itu. Arya mengelus kepala Amanda. “Tentu saja, Amanda. Kamu maskot DreamWorks, jadi kehadiranmu sangat penting.”
***
Langkah Awal Menuju Bengkel
Malam itu juga, Brata, ayah Arya, pulang lebih awal dan bergabung dalam diskusi mereka. Setelah mendengar cerita Arya dan timnya, Brata merasa bangga. “Kalian benar-benar luar biasa. Kalau kalian butuh tempat, aku punya teman yang punya ruko kecil di dekat pasar. Mungkin dia bisa menyewakannya dengan harga murah.”
Mendengar itu, semua langsung bersorak gembira. “Serius, Ayah? Itu akan sangat membantu!” seru Arya.
“Ayah akan bicara dengan temanku besok,” jawab Brata.
Mereka melanjutkan diskusi hingga matahari terbenam, menyusun rencana untuk mengisi bengkel dengan peralatan yang diperlukan. Nadya mencatat semua kebutuhan mereka, mulai dari komponen elektronik hingga alat kerja tambahan.
***
Harapan Baru
Hari itu diakhiri dengan semangat yang membara. Tim DreamWorks merasa bahwa langkah kecil yang mereka ambil mulai membawa mereka lebih dekat ke impian besar mereka. Meskipun masih anak-anak, mereka tahu bahwa kerja keras dan kreativitas akan menjadi kunci keberhasilan mereka.
Dengan dukungan Nadya dan Brata, mereka yakin bahwa bengkel kecil mereka akan menjadi pijakan awal yang kuat untuk membangun perusahaan besar di masa depan. DreamWorks baru saja memulai perjalanannya, dan mereka tidak sabar untuk melihat ke mana langkah ini akan membawa mereka.
kopi mana kopi....lanjuuuuttt kaaan Thor.....hahahahhaa