Sienna Saamiya Albinara gadis muda yang terpaksa menikahi Samudera Bagaskara lelaki dingin penuh misteri, karena sebuah alasan konyol.
Dera, yang mencurigainya menjebaknya dalam pernikahan tanpa cinta.
"Ditempat ini semua yang terjadi harus atas izinku!" - Samudera
"Jika bukan karena itu semua, aku takkan sudi terkurung bersamanya!" Binar.
Dulu aku mengagumimu, sekarang aku membenci perlakuanmu, namun putus asa ku menaruh harap padamu - Sienna Saamiya Albinara.
Aku terlalu marah hingga tak merasa telah begitu banyak cinta yang tumbuh untukmu - Samudera Bagaskara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cotton Candy Zue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 21 : Hurt
Sierra merasa tidak tenang, ia mondar-mandir dengan cemas dari tadi.
"Ra, kamu bisa tenang gak sih?" tanya Dipta yang ikut kebingungan melihat istrinya yang baru ia nikahi seminggu yang lalu mondar-mandir tidak jelas.
"Gimana bisa kita ketemu mereka?! Mas, kalau cuma Binar gak apa-apa tapi ini ada dia juga, aku takut." jawab Sierra mendekati suaminya untuk mencari rasa aman dalam pelukan suaminya.
"Kamu mau menghindari dia? Tapi mau sampai kapan kita kaya gini?" tanya Dipta lembut, ia selalu bicara lembut pada Sierra sikapnya itu jugalah yang membuat Binar sulit melupakannya.
"Aku gak tau, tapi aku takut dan merasa bersalah."
"Tapi, Sierra dengar aku. Aku rasa dia baik, dia sepertinya menerima Binar dan dia pasti sudah melupakan kamu." terka Dipta yakin.
"Mas! Dera dan keluarganya itu saja mampu menekan keluargaku dan bisa berbuat apapun!" sentak Sierra yang sudah di selimuti rasa cemas, namun sikap Dipta tetap tenang dan sabar tidak ikut terbawa emosi.
"Tapi kamu tega menumbalkan adik kamu kan, padahal kamu tahu seperti apa keluarga mereka?" tidak emos, namun Dipta selalu berhasil membuat Sierra tertampar akan kata-kata dalam ketenangannya.
"Aku-
"Sudah, tenang. Semoga tuan muda itu baik sama Binar." potongnya berusaha membuat Sierra tetap tenang.
"Aku takut dia mau balas dendam." cicitnya dalam pelukan hangat seorang Dipta.
"Berhenti berpikir negatif, lebih baik kita minta maaf pada mereka besok, supaya kamu dan aku tenang." putus Dipta yang di balas anggukan dari Sierra.
Sedangkan di sisi lain, Binar pergi mendahului Bram dan Dera, ia berlari membuat suaminya ikut heran, "Bram, kenapa dia seperti terkejut? Apa dia terkejut karena rahasianya segera terbongkar?" tanya Dera pada asistennya sekaligus temannya itu.
"Menurutku tidak begitu." jawab Bram singkat.
"Lalu?"
"Menurutku kali ini, nona tidak tahu apapun tentang mereka berdua." Dera hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban Bram, kemudian mencari istrinya di seluruh sudut villa.
Namun nihil, entah kemana perempuan itu pergi.
"Bram!" ia beteriak memanggil Bram hingga lelaki itu buru-buru naik ke lantai dua dimana sang tuan berada.
"Dimana perempuan itu?!" teriak Dera sambil memeriksa lemari kalau-kalau Binar kabur, entah kenapa ia takut perempuan itu kabur juga seperti kakaknya dulu.
Bahkan, sekarang perasaannya diliputi rasa gelisah yang tak menentu.
"Cari dia, Bram!" titahnya,karena sang asisten hanya diam saja dari tadi.
Dia mengusap wajahnya kasar, membuka pintu balkon lalu menghembuskan napasnya kasar, "Binara!" teriaknya berharap perempuan itu menjawab panggilannya, tapi tetap saja tidak akan ada jawaban karena Binar tidak ada di sekitar villa itu.
Binar yang duduk di pinggir danau mendengar seseorang memanggilnya dengan samar-samar namun ia sedang tidak ingin peduli dengan hal itu.
Ia ingin ketenangan hati, dengan memandangi tenangnya air danau dan indahnya bunga enceng gondok yang sedang mekar berwarna ungu.
Ia ingin menangis tapi sudah tak bisa rasanya, apa air matanya kering?
Ia terus memikirkan segala yang terjadi, andai waktu itu ia tidak lemah dan mampu menolak permohonan Sierra, ia tidak akan merasa sesakit ini.
Namun, bagaimana lagi ?
Ia juga merasa bersalah pada Sierra karena pernah berada di antara Sierra dan Dipta, ia merasa bersalah meski saat itu Dipta lah yang memilihnya!
Dan ia ingin menebus hal yang belum tentu salahnya itu dengan cara konyol seperti ini.
Terjebak pernikahan konyol tanpa cinta dan di benci oleh Dera, suaminya!
"Arghhhh...kenapa?!!!" teriaknya kemudian, merasa cukup lega ia kembali berteriak sekeras-kerasnya, hingga tangisnya pecah.
"Bodoh aku bodoh!" rutuknya sambil memukul dadanya yang terasa sesak.
"Aku harus lupain, kak Dipta, hahaha mereka menikah, mereka ..." kata-katanya terhenti karena isakan tangis yang semakin tersedu-sedu.
"Aku bahkan masih ingat janji kamu yang mau membahagiakan aku, hidup bersama aku, mewujudkan mimpi kita bersama." lirih Binara dalam tangisnya.
Di villa, Dera mencoba menelepon Binar tapi sial, perempuan itu tidak membawa ponselnya!
Hari sudah mulai sore, ia bahkan sudah meminta Bram bahkan pengurus vila untuk mencari istrinya namun hasilnya tetap sama, tidak ketemu !
"Kemana dia, astaga Binar!"
"Pasti masih di sekitar sini tuan, nona tidak akan berani pulang sendirian." jawab Bram.
"Iya aku tahu, tapi masalahnya sekarang sudah sore dan perempuan itu masih belum ketemu, pulang saja tidak!" ucapnya frustrasi.
Di danau, Binar sudah melihat pantulan senja di air, ia tersenyum remeh, "Orang bilang,senja datang lalu pergi, berjanji untuk datang lagi setiap hari, padahal mendung bisa saja menghalanginya."
"Aku seperti senja yang tidak di takdirkan untuk pagi, karena yang berhak atas pagi adalah fajar, dan yang berhak untuk kak Dipta sekarang cuma Sierra, hha."
Lalu, dengan lunglai ia melangkah pergi dari sana, ia berjalan melewati pepohonan pinus bersamaan dengan langit yang perlahan menggelap di tambah senja yang baru saja muncul tertutup mendung.
Gerimis datang secara perlahan juga, hujan jatuh dengan deras.
Binar menangis dalam hujan, setidaknya air matanya akan tersamar oleh air hujan.
Kenapa nasib percintaannya harus terlalu begini?!
Dicintai oleh lelaki yang kakaknya cintai, lalu berada di antara keduanya.
Di tinggalkan untuk kembali lagi, namun nyatanya lelaki itu kembali bukan untuknya,tapi untuk Sierra!
Terkadang takdir begitu kejam mempermainkan kehidupan setiap manusia.
Dia yang pintar, Sierra yang di banggakan.
Dia yang cantik, Sierra yang di puji.
Dia yang terus tidak beruntung, karena keberuntungan hanya milik Sierra.
Menikah dengan orang yang di cintai adalah impian setiap wanita bukan hanya impian Sierra!
Rasanya,ia juga ingin marah pada Sierra, bukankah Sierra egois?
Ya! Sekarang ia merasa bahwa kakaknya itu ternyata egois.
...****************...
Dera semakin khawatir saat tiba-tiba hujan deras di sertai angin kencang, apalagi perempuan itu belum juga ditemukan.
Entah dorongan dari mana ia berniat untuk keluar mencari istrinya, tapi baru saja ia membuka pintu villa, "Binar?"
Binar sudah sampai di teras villa dengan keadaan basah kuyup, mata sembab dan bibir pucat, bahkan kini ia menggigil kedinginan.
"Samudera." ia menyebutkan nama suaminya kala mata indahnya menangkap raut khawatir pada wajah lelaki itu, ia tersenyum tipis sembari berjalan mendekati lelaki itu yang masih mematung melihat dirinya, tapi kemudian, gelap.
"Binar!"