Sekelompok anak muda beranggotakan Rey Anne dan Nabila merupakan pecinta sepak bola dan sudah tergabung ke kelompok suporter sejak lama sejak mereka bertiga masih satu sekolah SMK yang sama
Mereka bertiga sama-sama tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena terbentur biaya kala itu Akhirnya Anne melamar kerja ke sebuah outlet yang menjual sparepart atau aksesories handphone Sedangkan Rey dan Nabila mereka berdua melamar ke perusahaan jasa percetakan
Waktu terus berlanjut ketika team kesayangan mereka mengadakan pertandingan away dengan lawannya di Surabaya Mereka pun akhirnya berangkat juga ke Surabaya hanya demi mendukung team kesayangannya bertanding
Mereka berangkat dengan menumpang kereta kelas ekonomi karena tarifnya yang cukup terjangkau Cukuplah bagi mereka yang mempunyai dana pas-pasan
Ketika sudah sampai tujuan yaitu stadion Gelora Bung Tomo hal yang terduga terjadi temannya Mas Dwi yang merupakan anggota kelompok suporter hijau itu naksir Anne temannya Rey.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanyrosa93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan-Jalan ke Villa
Ketika diriku masih sakit dan kekasihku, Yuda, sedang sibuk dengan banyak kerjaan di kantornya, sementara Rey dan Nabila hari ini ada kegiatan family gathering ke sebuah vila di daerah pegunungan, aku hanya bisa terbaring di kamar. Rasanya tubuhku begitu lemas, kepala berat, dan tenggorokan kering. Sejak tadi pagi, aku hanya menghabiskan waktu dengan memandangi langit-langit kamar, mendengarkan suara hujan yang turun di luar jendela.
Aku melirik ponsel di meja samping tempat tidur. Tak ada pesan baru dari Yuda. Aku tahu dia sibuk, tetapi tetap saja ada sedikit harapan dia akan mengirimkan pesan sekadar menanyakan keadaanku. Namun, sejak semalam, dia hanya mengirimi pesan singkat,
Yuda
[ Jangan lupa minum obat. Aku sibuk banget hari ini.]
Setelah itu, tak ada kabar lagi darinya. Aku menghela napas.
Mungkin aku yang terlalu manja, tapi saat seperti ini, aku ingin sekali ada seseorang di sampingku. Rey dan Nabila jelas tak mungkin kuandalkan karena mereka sudah sejak pagi berangkat ke vila bersama teman-teman mereka. Aku membayangkan mereka sedang menikmati udara segar, tertawa-tawa bersama, sementara aku hanya terbaring di sini, merasakan kesunyian yang menyesakkan.
Aku mencoba bangkit dan berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air. Langkahku terasa berat, kepalaku sedikit berputar, tetapi aku memaksakan diri. Begitu tiba di dapur, aku bersandar sebentar di meja sebelum akhirnya menuang air ke gelas dan meminumnya pelan-pelan.
Saat itulah ponselku bergetar. Aku buru-buru mengambilnya, berharap itu dari Yuda. Namun, ternyata bukan. Nama yang muncul di layar adalah seseorang yang tak kusangka akan menghubungiku—Dion.
Dion adalah teman lama yang dulu pernah dekat denganku sebelum aku bersama Yuda. Kami sudah lama tidak berbicara, dan tiba-tiba dia mengirim pesan,
Dion
[ Hai, aku dengar kamu sakit. Kamu baik-baik saja?]
Aku mengernyit. Dari mana dia tahu?
Anne
[ Aku baik-baik saja,]
balasku singkat, tidak ingin membuka percakapan lebih jauh.
Namun, dia segera membalas,
Dion
[ Aku lagi di dekat rumahmu. Mau kubelikan sesuatu? Bubur atau jus?]
Aku ragu. Haruskah aku menerimanya? Ataukah ini akan menjadi masalah jika Yuda tahu?
Sementara aku berpikir, ponselku kembali bergetar. Kali ini dari Yuda. Dengan cepat aku membuka pesannya, tetapi hanya ada satu kalimat,
Yuda
[ Hari ini aku lembur yank. Mungkin nggak bisa kasih kabar banyak, maaf ya.]
Aku menatap layar ponsel lama, lalu beralih pada pesan Dion yang masih menunggu balasan. Aku merasa kesepian, tapi aku juga tak ingin melakukan sesuatu yang akan membuatku menyesal nantinya.
Dengan ragu, aku mulai mengetik
balasan untuk Dion…
***
Sementara di tempat lain, Rey dan Nabila sedang berada di Villa daerah pegunungan menikmati alam.
Rey tiba-tiba menarik tangan Nabila.
“ Mau apa sih, Rey?” tanya Nabila heran.
“ Sini deh pokoknya, Nab sayang.”
Rey lalu menarik tangan Nabila sampai menuju ke belakang Villa, begitu sudah di belakang, Rey lalu meremas-remas gunung kembar Nabila dan sesekali mengisapnya.
“ Aduh Rey, sakit tahu kamu gigit ini.” teriak Nabila.
“ Sssttt...jangan kencang-kencang, nanti ketahuan orang, Nab.” ucap Rey sambil mengacungkan jari telunjuk ke depan bibir.
“ Udah ah Rey, nanti ketahuan orang lain.”
“ Ya sudah, rapikan bajumu ya, anggap tadi tidak ada kejadian apa-apa.”
Rey dan Nabila lalu kembali menuju ke depan villa setelah mendengar panggilan dari teman-teman mereka di perusahaan jasa percetakan. Suasana di halaman villa terasa ramai dengan tawa dan obrolan ringan. Beberapa teman mereka sedang memanggang jagung di atas bara api, sementara yang lain duduk melingkar menikmati suasana malam.
“Nah, ke mana saja kalian berdua?” tanya Rudi dengan nada menggoda. “Jangan-jangan habis kencan diam-diam?”
Nabila tertawa kecil sambil menyembunyikan wajahnya di balik rambut panjangnya. “Ah, nggak kok. Tadi cuma lihat-lihat bagian belakang villa,” jawabnya singkat.
Rey tersenyum santai, lalu mengambil sepotong jagung bakar dari piring. “Iya, sekalian menghirup udara segar.”
Teman-teman mereka hanya menatap dengan penuh arti tetapi tidak bertanya lebih lanjut. Suasana kembali mencair ketika Yuni mengajak semua orang untuk bermain permainan sederhana.
“Ayo kita main tebak kata! Yang kalah harus cerita sesuatu yang memalukan,” seru Yuni dengan semangat.
Semua orang setuju dan permainan pun dimulai. Nabila yang pertama kali maju ke depan. Dia harus menjelaskan kata yang diberikan tanpa menyebut kata itu sendiri. Dengan penuh semangat, dia mulai memberikan petunjuk.
“Ini sesuatu yang sering kita pakai buat bekerja! Bisa untuk mencetak dokumen!”
“Printer!” teriak Rudi.
“Benar!” Nabila bersorak senang.
Permainan berlanjut dengan penuh tawa dan keseruan. Rey pun kebagian giliran dan mendapatkan kata yang cukup sulit untuk dijelaskan. Namun, dengan sedikit trik, dia berhasil membuat teman-temannya menebak dengan benar.
Saat permainan hampir selesai, Dika tiba-tiba menatap Rey dan Nabila dengan tatapan penuh selidik. “Serius deh, kalian ini sebenarnya ada hubungan spesial nggak sih? Soalnya kelihatan akrab banget.”
Nabila tersentak, sementara Rey hanya tersenyum kecil. “Hmmm... gimana ya?” katanya sambil melirik Nabila yang wajahnya mulai memerah.
“Rahasia, ya?” goda Yuni.
Rey mengangkat bahu santai. “Biarkan waktu yang menjawab,” ujarnya, membuat teman-temannya semakin penasaran.
Malam itu pun berlalu dengan tawa dan kebersamaan. Rey dan Nabila saling bertukar pandang sesekali, menikmati momen-momen kecil yang hanya mereka yang mengerti. Meski tak terucap, ada sesuatu di antara mereka yang semakin berkembang—sesuatu yang mungkin lebih dari sekadar pertemanan.
Pagi harinya, Rey, Nabila beserta yang lain lalu berkemas karena akan kembali pulang ke rumah masing-masing. Acara liburan di villa telah selesai karena akan dipakai pengunjung yang lain.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, para peserta sudah berkumpul di depan villa, mereka segera menunggu instruksi bosnya untuk segera memasuki bus pariwisata.
Setelah semua peserta masuk ke dalam bus, bus pariwisata pun melaju menuju jalanan yang dikelilingi perkebunan teh dan pinus.
Sepanjang perjalanan, suasana di dalam bus terasa hangat. Beberapa peserta masih terlihat mengantuk, sementara yang lain sibuk berbincang, mengenang momen-momen menyenangkan selama liburan di villa. Rey duduk di dekat jendela, menikmati pemandangan hijau yang terbentang luas. Udara pagi yang sejuk menyelinap melalui celah jendela, membawa aroma khas daun teh yang segar.
Nabila yang duduk di sebelahnya menghela napas lega. “Rasanya baru kemarin kita datang ke villa, sekarang sudah harus pulang,” ujarnya sambil tersenyum kecil.
“Iya, cepat sekali waktu berlalu,” jawab Rey sambil menyandarkan kepalanya ke kursi.
Di barisan belakang, beberapa teman mereka tertawa riang, mengulang kembali kejadian lucu saat bermain game dan barbeque di malam terakhir. Salah satu dari mereka, Dito, tiba-tiba berteriak, “Hei, jangan lupa kirim foto-fotonya di grup, ya!”
Perjalanan berlanjut dengan suasana yang semakin hidup. Bus melaju melewati jalan berkelok, sesekali berguncang saat melewati tanjakan. Matahari mulai meninggi, sinarnya menerobos di antara pepohonan pinus, menciptakan bayangan-bayangan indah di jalan.
Meski perjalanan ini menandai akhir liburan mereka, kenangan yang tercipta selama di villa akan selalu tersimpan di hati masing-masing.
***