NovelToon NovelToon
Duka Dua Garis Merah

Duka Dua Garis Merah

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:587k
Nilai: 4.7
Nama Author: alfajry

Pernikahan Brian Zaymusi tetap hangat bersama Zaira Bastany walau mereka belum dikaruniai anak selama 7 tahun pernikahan.

Lalu suatu waktu, Brian diterpa dilema. Masa lalu yang sudah ia kubur harus tergali lantaran ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya yang semakin membuatnya berdebar.

Entah bagaimana, Cinta pertamanya, Rinnada, kembali hadir dengan cinta yang begitu besar menawarkan anak untuk mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yang mana Rinnada?

Sudah empat hari Rinnada tidak memberi kabar. Dia juga tidak terlihat diantara teman-temannya. Nampaknya hal ini memang sering terjadi. Pasalnya, bukan sekali duakali Rinnada tidak bisa dihubungi.

Setelah liburan di pantai kemarin, ia memang sempat mengatakan pada Brian bahwa mungkin dia tidak bisa dihubungi untuk dua hari kedepan. Saat ditanya, jawabannya selalu sama. Kesibukan yang merajalela. Tetapi kali ini sudah lewat dari hari yang diucapkannya, dia tidak kunjung juga menampakkan dirinya.

Karena sudah khawatir sekaligus tak kuat menahan rindu lagi, Brian memutuskan untuk datang ke rumahnya siang ini. Kalau bertemu keluarganya, sekalian saja dia berbicara tentang niatnya untuk melamar Rinnada. Begitu pikirnya.

Sesampainya di depan rumah Rinnada, Brian memencet bel di gerbangnya. Seperti biasa, seorang wanita paruh baya keluar dan memberi salam.

"Selamat siang, Nak Brian. Mau ketemu nona?" Sapanya pada Brian yang sudah ia kenali saat pertama ia berkujung.

"Benar, Bi. Apa Rinnada ada?" Tanya Brian sopan. Matanya berbinar karena tidak sabar ingin melihat Rinnada yang berada di rumahnya.

Bi Sum membukakan pintu gerbangnya. "Oh, Nona Rinnada sedang...."

"Kak!" Teriak seseorang yang berdiri di depan pintu rumah yang besar itu.

Dia terlihat gembira. Memakai kaos berwarna hitam, celana pendek yang menampakkan lututnya dan rambutnya di gulung di atas kepalanya. Brian tersenyum melihatnya. Khawatir yang ada di dalam pikirannya seketika hilang melihat gadis itu melambaikan tangannya dengan senyum yang amat lebar.

Rinnada berlari kecil menemui Brian. Dia tak segan memeluk pinggang lelaki itu di depan Bi Sum. Rasa rindunya sudah tidak terbendung lagi.

"Aku rindu sekali." Ucapnya lembut. Lalu dia menggandeng lengan Brian menuju rumahnya. "Ayo, masuk. Apa kakak kemari mau bertemu Bunda?" Raut wajahnya terlihat amat sangat bahagia.

"Bolehkah?" Tanya Brian yang mengikuti arah jalan Rinnada.

"Tentu saja!" Jawabnya dengan setengah berteriak karena senangnya.

"Bi, tolong buatkan teh, ya". Ucapnya pada Bi Sum dan mendapat anggukan.

Rinnada mempersilakan Brian duduk di kursi kayu panjang depan teras yang dikelilingi bunga-bunga indah. Sangat terlihat pemilik rumah ini menyukai tanaman. Halaman rumah Rinnada benar-benar terawat.

Seketika dia mengingat Rinnada memang orang yang selalu mengerjakan hal dengan sempurna dari segala sisi.

Contohnya saja saat Brian memasukkan headsetnya kedalam tas dengan asal-asal, Rinnada mengambilnya lagi dan melipatnya dengan benar. Katanya, supaya Brian tidak kesusahan membukanya saat akan digunakan lagi. 'Ah.. Rinnada memang luar biasa' batinnya saat itu.

Rinnada berbicang banyak hal kepada Brian. Gadis itu terus bersandar manja dan sesekali menciumi lengan Brian.

Bi Sum datang membawa makanan Ringan dan teh untuk Brian dan Nonanya.

"Kenapa tidak masuk, Non?" Bi Sum memberi saran. "Cuaca mau hujan". Sambungnya lagi.

"Bibi masuk saja". Ucap Rinnada pelan namun dengan ekspresi dingin.

Melihat itu, Bi Sum langsung masuk ke dalam rumah dengan nampan di tangannya.

"Apa sedang sakit, Rin?" Tanya Brian pada Rinnada sambil meneguk teh yang dibuatkan Bi Sum tadi. Walau yang dilihatnya, sekarang Rinnada sangat riang gembira.

"Tidak. Aku sangat sehat. Apalagi kakak datang kemari. Aku jadi semakin sehat". Dia memeluk lengan Brian. Entah mengapa Brian merasa Rinnada terlalu bersemangat hari ini.

"Sudah makan? Apa menginginkan sesuatu?" Tanya Brian lagi. Karena dia lupa membeli sesuatu untuk Rinnada sebelum datang ke rumah ini.

Rinnada menggeleng. "Kehadiran kakak di rumah ini saja sudah sangat membahagiakanku." Ucapnya lagi. Kata-kata manis terus keluar dari bibir mungilnya.

"Apa kakak mau melamarku sekarang?"

Brian sejenak terdiam. "Apa Bunda ada di dalam?"

"Tidak. Padahal waktunya sangat pas, ya." Rinnada terlihat sedikit berpikir.

"Kalau begitu, apa kakak bisa datang minggu depan? Hari senin. Bagaimana?" Katanya mengusul. "Aku akan suruh Bunda libur satu hari supaya kakak bisa bertemu dengan bunda." Rinnada antusias dengan idenya sendiri.

"Benarkah? Baiklah, aku akan datang". Brian mengepalkan tangannya semangat. Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, pikirnya.

"Apa langsung melamar, kak? Apa kakak datang bawa cincin?"

"Ah, aku belum membelinya, sayang. Mau kita beli bersama?" Brian mengusulkan hari yang pas untuk membelinya. Namun Rinnada sepertinya menolak karena jadwal yang terbentur.

"Bukannya di hari itu jadwal kita sama, Rin?"

"Ah, ada pergeseran jadwal kak". Rinnada merapatkan duduknya. "Apa tidak bisa sekarang?" Ucapnya sambil berbisik. Wajah imutnya membuat Brian ingin sekali menciumnya.

"Mau sekarang?"

Rinnada mengangguk cepat.

"Baiklah. Ayo". Kata Brian sambil berdiri. Dia pun ikut semangat. Apalagi melihat perubahan Rinnada.

Kemarin saat di pantai, mereka bahkan masih berdebat tentang janji yang mereka ucapkan.

"Aku ganti baju dulu, ya. Kakak tunggu disini, oke?" Rinnada beranjak cepat dari kursi panjang. Dia terlihat sangat bersemangat.

Brian duduk dengan tenang di depan teras. Dia hanya memandangi halaman rumah Rinnada yang rapi dan terawat. Tak lama, seseorang membuka pintu gerbang. Mobil hitam yang pernah ia naiki bersama Rinnada masuk ke dalam halaman lebar itu.

'Apa bunda Rinnada?' pikir Brian. Dia pun mulai menyusun kalimat di pikirannya. Kata-kata apa yang cocok untuk di ucapkan supaya dia diterima oleh Nyonya di rumah ini.

"Kak, Ayo kita pergi." Gadis itu menggandeng tangan Brian.

Brak!

suara pintu mobil ditutup. Seorang gadis keluar dari sana. Mamakai rok pendek polos berwarna biru, atasan putih, dan rambut bergelombang yang tergerai indah di punggungnya. Gadis itu berdiam diri menatap ke arah mereka.

Begitu juga Brian. Matanya terbelalak melihat siapa yang di depannya. Badannya kaku. ada getaran di tubuhnya melihat pemandangan di rumah ini. Lalu dia melihat siapa pula yang memeluk tangannya.

"Kak, ayo kita pergi" Gadis itu menarik paksa tangan Brian. Namun, kaki Brian tidak bergerak.

Matanya tidak lepas dari seorang yang keluar dari mobil barusan. Tatapan hangat gadis itu mengingatkannya dengan seseorang.

"Rinnada". Gumaman kecil keluar dari mulutnya. kalimat itu terdengar gadis di sebelahnya.

"Kak, ayo. Dia itu kembaranku. kakak tak usah hiraukan dia." Gadis di sebelahnya terus mengajaknya bergerak.

"Apa.. kalian.. kembar?" Ucapan Brian terbata. Sosok gadis yang berdiri di halaman rumah Rinnada persis seperti kekasihnya. Lalu saat ia memandang gadis yang memeluk lengannya juga persis kekasihnya. Hal ini membuat dirinya bingung.

"Rin, aku.." Brian melepaskan tangannya dari Rinnada. Dia terduduk disitu. Benar-benar situasi yang amat sangat membingungkan hatinya.

"Kenapa kakak terlihat bingung? Apa kakak tidak mengenal dengan baik yang mana kekasih kakak?" Tanyanya kesal. Suaranya meninggi dan menatap marah kepada gadis di halamannya.

"Hei. kau, Dinnara. Pergilah." Teriak gadis itu pada kembarannya. "Dia kembaranku, kak. Dia Dinnara. Jangan pedulikan dia". Teriak gadis itu.

Brian tak putus memandang gadis itu. Dia berpikir keras. Yang mana sebenarnya Rinnada? Kenapa mereka mirip sekali. Semua hal yang ada di diri mereka sama. Brian tak bisa membedakan walau sedikit. Tapi, kenapa yang dipanggil Dinnara itulah yang ia rasa adalah kekasihnya?

Bersambung....

1
Cana Galak
Luar biasa
Cana Galak
Lumayan
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
yg menghancurkan rumah tangga mu bkn dinnara atau siapapun itu tpi dirimu, dirimu sendiri yg menghancurkan itu
Gesuriwati Damiri
Biasa
Gesuriwati Damiri
Buruk
Pingkan Tumbuan
kayak muter2 ceritanya
Elok Pratiwi
cerita yg burukkk ... alur cerits yg ga jelas ... apa yg msu diceritakan ....
Ooem Ummiyati
Kecewa
Ooem Ummiyati
Buruk
zahra ou
gila ja sendiri gk usah bawa temen, ntar tk lapori sama pak pur. polisi baik yg suka giring org model kamu buat dsembuhin
zahra ou: biar joged asolole tak dung dung
total 1 replies
zahra ou
mampus lu
cow gk tahu diuntung
Amilia Indriyanti
jangan biarkan kemungkaran terus merajalela.... 💪💪💪💪💪💪
Amilia Indriyanti
aku paling seneng sama perempuan tegas seperti ini
cinta semu
ngebut baca ny ...Sampek lupa piring dari pagi belum di cuci😁😂next thor
cinta semu
Rinnada itu sakit parah loh....benar kata dokter Revi ...😁😂ichhh....serem
cinta semu
pelakor ny ngamuk gaess 😂😁hancur semua barang2...
cinta semu
baru baca dah nyesek Thor...😢apalagi zaira yg baca hasil tulisan di kertas itu ya.... penasaran 🤔🤔
Npy
klw aku..akupun akan mengambil keputusan yg sama sprt Zaira🍀😊
Tri Astuti
hahaha
Tri Astuti
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!