Xin Yue, seorang wanita cantik dengan kecerdikan yang mematikan, hidup dari mencuri dan membunuh. Namun, sebuah insiden membuatnya terlempar ke dunia kuno tanpa apa-apa selain wajahnya yang menipu dan akalnya yang tajam. Ketika dia mencuri identitas seorang wanita misterius, hidupnya berubah drastis—dari buronan kekaisaran hingga menjadi bunga paling dicari di Ruoshang, tempat hiburan terkenal.
Di tengah pelariannya, dia bertemu Yan Tianhen, pangeran sekaligus jenderal dingin yang tak pernah melirik wanita. Namun, Xin Yue yang penuh tipu daya justru menarik perhatiannya.
Dipaksa berpura-pura menjadi kekasihnya, keduanya terjebak dalam hubungan yang penuh intrik, adu kecerdikan, dan momen-momen menggemaskan yang tak terduga.
Akankah Xin Yue berhasil bertahan dengan pesonanya, atau akankah hatinya sendiri menjadi korban permainan yang ia ciptakan?
Tagline: Di balik wajah cantiknya, tersembunyi rencana yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 : Meminjam tubuhmu, Li Zheng menjadi gila
Xin Yue tahu dia tidak punya banyak waktu. Suara langkah para prajurit semakin dekat, dan dia harus segera bertindak sebelum identitasnya terbongkar. Dengan mata penuh tekad, dia menatap pria di depannya yang masih berdiri diam, jelas terkejut dengan situasi ini.
"Maaf," bisiknya pelan, namun penuh keyakinan. "Sepertinya aku harus meminjam tubuhmu."
Tanpa menunggu jawaban, Xin Yue melangkah maju, tangannya meraih bahu pria itu, menariknya mendekat dengan kekuatan yang mengejutkan. Sebelum Yan Tianheng bisa bereaksi, bibirnya sudah bertemu dengan bibir gadis itu dalam sebuah ciuman yang mendadak dan penuh keberanian.
Yan Tianheng membelalakkan matanya, tubuhnya yang biasanya kokoh dan tidak tergoyahkan kini terkejut oleh tindakan gadis itu. Dia, yang dikenal sebagai pria kuat dan tak terkalahkan, ditarik begitu saja oleh seorang wanita mungil yang tampaknya tidak memiliki kekuatan sebesar itu. Namun, saat ciuman itu semakin dalam, sentuhan lembut di bibirnya membuat pikirannya sejenak kosong.
Dia tidak sadar kapan tangannya bergerak, tapi kini tangannya sudah melingkar di pinggang Xin Yue, menahannya agar tidak pergi. Meski dia belum sepenuhnya memahami situasi ini, ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya enggan melepaskan gadis itu.
Xin Yue, di sisi lain, memanfaatkan momen ini untuk bersembunyi dalam pelukan pria itu. Dia tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya dari para prajurit. Namun, di dalam hatinya, dia merasa sedikit kesal. Kenapa pria ini harus begitu tampan dan... berbahaya? pikirnya.
Ketika langkah para prajurit akhirnya mencapai pintu, Yan Tianheng segera menyadari situasi di luar. Dengan satu gerakan cepat, dia membalikkan tubuhnya, memeluk Xin Yue lebih erat, dan membelakanginya dari pandangan siapa pun yang masuk.
Para prajurit itu menerobos masuk, namun mereka langsung terpaku di tempat. Di depan mereka, seorang pria dengan tubuh besar dan berwibawa sedang berada di kolam, memeluk seorang wanita dengan erat. Wajah para prajurit berubah merah, dan mereka segera menundukkan kepala saat menyadari siapa pria itu.
"Pangeran Kesembilan...!" seru salah satu dari mereka dengan suara gemetar.
Yan Tianheng menatap mereka dengan dingin, ekspresinya begitu tajam hingga udara di sekitarnya terasa membeku. "Keluar," katanya singkat namun penuh perintah.
Tanpa berani membantah, para prajurit segera mundur, meninggalkan ruangan dengan langkah cepat. Mereka bahkan tidak berani menoleh ke belakang.
Ketika ruangan kembali sunyi, Yan Tianheng melepaskan pelukannya perlahan, namun tatapannya tetap tertuju pada Xin Yue. "Sekarang," katanya dengan nada rendah namun mengancam, "jelaskan apa yang sebenarnya kau lakukan di sini."
Xin Yue hanya tersenyum tipis, mencoba menenangkan dirinya. "Bukankah aku sudah bilang? Aku hanya meminjam tubuhmu... untuk sementara."
Tatapan Yan Tianheng semakin tajam, dan Xin Yue tahu bahwa pria ini bukanlah seseorang yang mudah ditipu, jadi dia dengan cepat mengganti strategi. Dengan sedikit rasa malu yang dibuat-buat, dia menutup tubuh bagian atasnya, menyembunyikan ekspresinya di balik tangan yang terangkat. "Aku... malu," katanya dengan suara lembut, berusaha menampilkan ketidaksanggupan.
Seketika, dia melepaskan pakaiannya dan melompat ke dalam air panas. Hanya saat itu dia menyadari bahwa tubuhnya tidak mengenakan pakaian apa pun.
Yan Tianheng, yang awalnya terkejut, menatap wajah Xin Yue yang tampak malu. Tanpa sadar, matanya beralih, menghindari tatapannya. Dengan nada yang lebih lembut, dia memberi isyarat agar Xin Yue mengenakan pakaiannya tanpa khawatir. "Kau bisa memakai pakaianmu. Aku tidak akan mengintip."
Xin Yue tidak langsung menjawab. Dia perlahan keluar dari kolam, tubuhnya masih basah, namun senyum licik sudah mulai muncul di wajahnya. Dengan cepat, dia mengenakan pakaiannya dan, meski tahu bahwa dia berhasil mengelabui Yan Tianheng, dia tidak bisa menahan tawa kecil di dalam hatinya. Tanpa sepatah kata pun, dia berjalan pergi, menghilang begitu saja dari ruangan itu.
Yan Tianheng menunggu beberapa saat, matanya tertuju pada pintu, berharap Xin Yue akan kembali atau setidaknya memberikan penjelasan. Namun, waktu berlalu, dan dia mulai menyadari sesuatu. Gadis itu telah menghilang tanpa jejak, bahkan tanpa mengucapkan terima kasih atau permintaan maaf.
Tersenyum tipis, Yan Tianheng menyandarkan tubuhnya ke belakang. Ternyata aku ditipu... pikirnya, namun ada sedikit rasa penasaran yang tumbuh di dalam dirinya. Siapa sebenarnya gadis ini?
Xin Yue baru saja sampai di Ruoshang, langkahnya cepat dan pasti. Namun, sebelum dia bisa masuk lebih jauh, tangan Ru Jian dengan sigap menariknya ke samping. "Sst... jangan berisik," bisik Ru Jian dengan wajah serius.
Xin Yue yang merasa heran, menatap Ru Jian dengan bingung. "Ada apa?" tanyanya, masih belum mengerti apa yang sedang terjadi.
Ru Jian menatapnya sejenak sebelum menjawab dengan nada rendah, "Berita tentang Li Zheng yang mabuk dan kehilangan kemampuan pria-nya sudah menyebar dengan sangat cepat. Sekarang dia menggila, mencari-cari kamu."
Xin Yue terkejut mendengar itu. Dia tidak menyangka bahwa apa yang terjadi malam itu akan begitu cepat menyebar. Li Zheng, yang seharusnya merasa malu, malah menjadi bahan pembicaraan. Dia tidak bisa menahan senyum kecil yang muncul di wajahnya. Ternyata, dia yang seharusnya merasa malu, malah membuat dirinya menjadi bahan gosip, pikir Xin Yue dalam hati.
Namun, dia tahu bahwa dia harus tetap waspada. Jika Li Zheng benar-benar menggila, dia mungkin akan mencari cara untuk membalas dendam. "Terima kasih sudah memberitahuku," kata Xin Yue sambil memandang Ru Jian. "Aku akan berhati-hati."
Ru Jian mengangguk, memberi isyarat agar Xin Yue masuk lebih dulu. "Jaga dirimu," katanya, sebelum dengan cepat melangkah pergi.
_ _ _
Li Zheng Mencari Xin Yue di Ruoshang
Ru Jian menarik tangan Xin Yue ke sudut ruangan, wajahnya terlihat tegang. "Xin Yue, kau harus tahu ini. Li Zheng sedang mencari-cari dirimu di Ruoshang sekarang," bisiknya cepat.
Xin Yue mengangkat alisnya, merasa bingung. "Mencari aku? Untuk apa?"
Ru Jian menghela napas, matanya berputar seolah mencari cara terbaik untuk menjelaskan. "Dia... dia membuat keributan besar di bawah. Katanya dia ingin memastikan kau tidak mendengar rumor tentang dirinya."
Xin Yue menyeringai, matanya menyipit dengan penuh ejekan. "Rumor apa?"
Ru Jian mendekat, berbisik pelan, "Bahwa dia... kehilangan kemampuannya sebagai pria."
Untuk sesaat, Xin Yue terdiam, lalu sudut bibirnya perlahan naik membentuk senyuman jahat. "Cih, dasar orang tua gila. Bahkan jika dia sehat, aku tetap tidak akan pernah pergi dengannya."
Suara ribut di lantai bawah semakin keras, terdengar suara Li Zheng memanggil nama Xin Yue dengan nada putus asa. "Xin Yue! Di mana kau? Keluar dan temui aku sekarang!"
Ru Jian menggigit bibirnya, terlihat khawatir. "Dia benar-benar kehilangan akal. Kalau dia tidak menemukanmu, dia mungkin akan membuat kekacauan lebih besar."
Namun, bukannya merasa takut, Xin Yue malah terlihat santai. Dia melipat tangan di depan dadanya dan berkata dengan nada sarkastik, "Biarkan saja dia menggila. Apa aku harus merasa kasihan padanya sekarang?"
Ru Jian menatapnya dengan ekspresi tak percaya. "Kau benar-benar tidak peduli?"
Xin Yue mendekati Ru Jian, menepuk bahunya dengan ringan. "Tentu saja tidak. Kalau dia terus membuat keributan, Madam Hua pasti akan turun tangan. Aku tidak perlu repot-repot menghadapi dia sendiri."
Namun, saat langkah kaki Li Zheng terdengar semakin dekat, Xin Yue memutar otaknya dengan cepat. Dia tahu ini bukan saatnya untuk bersantai. "Tapi, aku juga tidak ingin melihat wajahnya sekarang. Ru Jian, bantu aku keluar dari sini tanpa terlihat."
Ru Jian mengangguk, dan bersama-sama mereka menyelinap keluar dari ruangan, meninggalkan Li Zheng yang terus memanggil nama Xin Yue di tengah keributannya. Xin Yue berjalan menjauh dengan langkah ringan, senyuman licik masih terukir di wajahnya. "Li Zheng, kau pikir aku akan takut padamu? Tunggu saja, permainan ini baru saja dimulai."