Alea, seorang gadis yang menjadi korban perkosaan di hotel tempat dimana ia bekerja. Alea yang kala itu sedang bertugas membersihkan salah satu kamar hotel karena dia merupakan seorang office girl, harus menerima kenyataan pahit ketika seorang laki-laki asing menjamahnya. Penderitaan tak sampai disitu, ketika Alea di paksa harus menikah dengan pria paruhbaya yang berkuasa di wilayahnya, dan hal yang lebih mengejutkan ketika Alea tahu jika orang yang telah menjadi suaminya adalah ayah dari laki-laki yang sudah tega menodainya. bagaimana Alea harus menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan dari Arthur
Carlos mengambil paksa ponsel Arthur dari saku celananya. Arthur berusaha merebut ponselnya kembali namun dihalangi oleh anak buah Carlos.
"Bawa dan sekap dia di dalam kamarnya. Lakukan penjagaan yang ketat agar dia tidak kabur," titah Carlos.
"Baik, Tuan besar."
Mereka kembali menyeret tubuh Arthur masuk kedalam mansion.
"Arthur, sayang." Samantha langsung memeluknya. "Singkirkan tangan kalian! Berani sekali kalian melakukan ini terhadap putraku!" bentak Samantha. Dia pun memegangi kedua sisi pipi Arthur dan menatapnya lekat. "Sayang wajahmu memar, siapa yang berani melakukan ini kepadamu?"
Namun Arthur hanya diam saja.
Plak.
Plak.
Samantha menampar kedua pria yang menyeret Arthur. "Berani sekali kalian melakukan ini kepada anakku!" amarah Samantha meluap.
"Aku yang melakukannya!" Carlos yang tiba-tiba masuk langsung menghampiri istri pertama.
"Lagi-lagi kau berani menyakiti anak kandungmu sendiri." Samantha meneteskan air matanya.
"Ini akibatnya karena dia sudah berani menentang ku!" bentak Carlos. Dia menatap satu persatu semua orang yang ada disana termasuk istri dan anaknya. "Siapa pun yang berani menentang ku, aku tidak akan segan-segan untuk menghukumnya. Sekalipun dia itu adalah anakku! Darah dagingku! Ini peringatan kecil untuk kalian semua!" sarkas Carlos dengan tegas.
"Tapi aku ibunya! Dan aku yang telah melahirkannya," ucap Samantha seraya menarik kerah baju yang dikenakan Carlos. "Aku tidak terima kau menyakiti Arthur!" lanjut Samantha dengan mata merah menyala. Ibu mana yang akan terima melihat putra kesayangannya di perlakukan seperti itu di hadapannya sendiri.
Carlos menepis tangan Samantha, lalu mengusap-usap kerah bajunya. "Jangan melewati batasan! Kau tahu kalau aku paling menghormatimu diantara istriku yang lainnya. Hingga detik ini aku bahkan belum pernah melayangkan pukulan di tubuhmu."
"Aku tidak peduli! Jika kau ingin memukulku, pukul saja!" bentak Samantha, "tapi jangan pernah sakiti anakku."
Tidak ingin meladeni Samantha. Carlos pun pergi menyusul anak buahnya yang sudah lebih dulu membawa Arthur kedalam kamar.
"Aku tidak tega melihat kak Arthur diperlakukan seperti itu. Ayah memang sungguh kejam!" batin Rachel. Menatap tajam kepergian Carlos yang sedang menaiki anak tangga.
Carlos masuk kedalam kamar Arthur. Dia menoleh kearah kedua tangannya yang sudah di ikat kuat oleh anak buahnya. "Kau itu anak pertama Ayah! Ayah sangat menyayangimu lebih dari kedua adik-adikmu. Beberapa aset kekayaan yang Ayah punya, sudah Ayah atas namakan dirimu tanpa sepengetahuan Chamela dan Stevani. Ibumu sendiri bahkan tidak mengetahui hal itu! Jadi Ayah minta, jangan korbankan dirimu hanya untuk melindungi orang asing seperti Alea," tegas Carlos.
Tanpa sepengetahuan mereka, diam-diam seseorang ternyata sedang menguping pembicaraan.
Carlos menatap layar ponsel Arthur yang terkunci dengan sidik jari. Dia menarik telunjuk Arthur untuk membuka kuncinya dan akhirnya berhasil.
"Apa yang Ayah lakukan? Jangan macam-macam dengan ponselku!" teriak Arthur saat melihatnya keluar.
Tap. Tap. Tap.
"Berhasil." Carlos tersenyum menyeringai setelah pesannya berhasil terkirim.
Alea baru saja keluar dari kamarnya. Dia heran saat melihat Calista mondar-mandir tak karuan. Saat melihat Alea, Calista langsung menghampirinya.
"Alea, Apa Arthur menghubungimu?" tanyanya.
"Tidak. Memangnya kenapa?"
"Dari tadi aku telepon dia, tapi tak diangkat-angkat!"
"Mungkin tuan Arthur sedang sibuk. Kenapa kau tidak telepon tuan Chris saja dan tanyakan padanya," saran Alea.
"Dari tadi aku sudah mencoba menghubungi Chris, tapi nomernya tidak aktif," ujar Calista. "Apa aku datangi saja apartemennya?"
Alea mengangguk. "Ya, kalau kau memang merindukannya sebaiknya memang begitu," jawab Alea.
"Ini bukan tentang rindu saja. Tapi aku mengkhawatirkannya, karena tidak biasanya Arthur seperti ini. its oke kalau sibuk Arthur memang jarang sekali mau mengangkat telepon dariku. Tapi setelah aku meneleponnya berkali-kali, akhirnya dia pasti mau mengangkat walaupun hanya semenit dua menit," jelas Calista panjang lebar.
Alea tertegun mendengar ucapan Calista. "Seharian ini tuan Arthur juga tidak menghubungiku. Apa dia baik-baik saja?" batinnya.
Calista mengambil kunci mobil. "Alea apa kau mau ikut?" tanyanya.
"Kalau aku disini saja, kau tidak keberatan 'bukan?" Alea malah balik bertanya.
"Kalau begitu aku pergi dulu ya. Kau hati-hati dirumah. Ingat, jangan kemana-mana, atau Arthur akan menyalahkan ku jika kau hilang," ucapnya sebelum pergi.
Alea mengangguk dan tersenyum kecil. "Ya, tuan Arthur memang tidak mengizinkanku untuk berkeliaran diluar," gumam Alea. Dia pun akhirnya kembali ke kamarnya dan langsung meraih ponsel yang dia taruh di atas laci.
"Eh, ada pesan dari tuan Arthur," gumam Alea. Dia langsung membacanya. "Tuan Arthur memintaku datang ke taman?" seketika Alea mengingat kembali ucapan Arthur kalau dia melarang Alea untuk keluar dari area apartemen. Dia pun mencoba untuk menelepon nomor Arthur namun tidak ada jawaban. "Nomernya aktif, tapi kenapa tuan Arthur tidak menjawab telepon dariku?" Alea berusaha berpikiran positif. Tanpa rasa curiga dia pun langsung menuruti permintaan dari si pengirim pesan untuk datang ke taman.
Chris langsung membuka pintu, ketika seseorang menekan tombol bel apartemennya.
"Chris, Wajahmu kenapa?" tanya Calista yang terkejut melihat wajah Chris memar-memar. "Arthur mana?" Dia terlihat panik dan langsung mencari keberadaan sang pujaan hati.
"Arthur dibawa pergi oleh ayahnya."
"Apa?! Kok bisa?"
"Tadi ayahnya datang kemari bersama beberapa anak buahnya, dan membawa paksa Arthur."
"Lalu kenapa kau tidak mencegahnya?"
"Apa kau tidak lihat? Wajah tampanku ini sampai babak belur akibat berusaha untuk membantu Arthur agar anak buah ayahnya tidak membawa dia."
"Ceritakan padaku, sebenarnya Alea itu siapa? Kenapa Arthur begitu peduli padanya, hingga Arthur rela mempertaruhkan hidup hanya untuk melindunginya?"
Akhirnya Chris pun menceritakan semuanya kepada Calista. Calista tampak sangat terkejut, dia tidak menyangka kalau gadis secantik dan semuda Alea ternyata istri dari tuan Carlos yang usianya jauh lebih tua. Namun Chris juga menceritakan alasan mengapa Alea mau menikah dengan tuan Carlos karena di jebak oleh ibu angkatnya sendiri.
"Dimana Alea? Apa dia tidak ikut denganmu?" tanya Chris.
"Alea aku tinggal sendirian."
"Kenapa kau meninggalkannya?"
"Itu karena nomer telepon mu tidak bisa ku hubungi. Aku sangat mencemaskan Arthur makanya aku kemari."
"Kalau begitu kita pergi sekarang!" Chris langsung menarik tangan Calista.
"Tunggu! Kita mau kemana?"
"Ke apartemen mu, untuk memastikan kalau Alea baik-baik saja."
"Bagaimana dengan Arthur?"
"Kau tenang saja. Sekeras-kerasnya tuan Carlos, Arthur itu anak kandungnya, jadi tuan Carlos tidak mungkin menghabisinya," kata Chris.
"Tapi bagaimana kalau tuan Carlos memukulnya?"
"Paling lecet dikit," sahut Chris dengan entengnya.
"Chris..." Rengek Calista.
"Bercanda." Chris terkekeh.
"Kau ini!! Dalam situasi seperti ini, masih sempat-sempatnya untuk bergurau," gerutu Calista.