Lanjutan My Kindergarten Teacher dan The Five Brothers
Bagaimana jika kamu adalah putri dan cucu pemilik salah satu bank terbesar di Indonesia tapi dikira miskin oleh duda kaya hingga menawarkan menjadi Sugar Daddy nya supaya bisa berdekatan karena pria itu mengalami gynophobia.
Salasika Hadiyanto tidak menyangka jiwa gabutnya membuat dirinya memiliki Sugar Daddy bernama Lingga Xavier Horance. Part konyolnya, anak Xavier, Xander sangat dekat dan mendukung ayahnya tinggal bersama Sasa.
Bagaimana reaksi Dewa dan Sagara Hadiyanto saat tahu cucu dan putrinya memiliki Sugar Daddy akibat salah paham?
Generasi ke 8 klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Doa Sebelum Tidur
Sasa menyelesaikan semua pekerjaannya dan setelahnya dia kembali ke kontrakannya untuk mengambil motornya. Bukan apa-apa, dia lebih suka jalan sendiri naik motor apalagi kalau hanya ke sekolah atau supermarket dekat apartemen Xavier. Sasa juga mengambil bahan makanan dari kulkasnya untuk nanti dibagi-bagikan ke orang-orang yang membutuhkan seperti pemulung atau petugas orange.
"Sayang kalau dibiarkan disini dan bisa layu sayurnya. Apalagi aku juga habis belanja sebelum minggat ke rumah duda Viking itu," gumam Sasa sambil memasukkan per kantong plastik baik daging yang sudah dia bumbui, sayur, nugget ataupun frozen food lainnya. Sasa tidak tahu kapan dia akan pulang karena dia harus komitmen menjadi bayi gula Jawa. Dan ternyata seseru itu bersama bapak dan anak yang kacau juga.
Sasa sudah mengikat di kantong plastik yang ada sepuluh bungkus, lalu dia memeriksa semua kontrakannya. Setelah dirasa aman, gadis itu pun keluar dari kontrakan, menguncinya dan mencari mangsa untuk diberikan bahan makanan itu. Ada ibu-ibu pengemis, tukang parkir dan pemulung yang sudah dia berikan lalu Sasa kembali ke gedung apartemen Xavier.
***
"Kok Sasa belum pulang ya?" gumam Xander sambil melihat arah luar jendela apartemennya.
"Paling masih sibuk di sekolah. Kan dua Minggu lagi kamu masuk, Boy," ucap Xavier yang sudah memasak untuk makan malam mereka. "Kamu kalau sudah lapar, makan saja dulu."
Xander menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh malam. Kemana Sasa? "Nanti saja nunggu Sasa, papa. Kasihan kalau ditinggal makan kita."
"Ya sudah. Kita tunggu sepuluh menit baru kita makan ya."
Xander mengangguk. "Semoga tidak ada apa-apa di jalan ya Papa."
"Aamiin." Xavier menoleh ke smartwatch nya yang dipakai saat dirinya nge-gym tadi. Kemana gadis itu?
Tak lama suara pintu apartemen terbuka dan Sasa pun masuk sambil membawa helm membuat Xavier dan Xander menoleh. Keduanya terkejut karena Sasa membawa helm pink nya.
"Kamu kemari naik motor?" seru Xavier terkejut karena Sasa balik ke gubuknya dulu.
"Lha memang itu yang punya buat trasnportasi. Kan lebih praktis kalau ke Gelael atau Superindo tinggal naik motor. Biasanya aku juga begitu kok," jawab Sasa cuek. "Jangan suruh aku beli mobil, Xavier, atau kamu mau belikan. Don't! Aku lebih suka kepraktisan."
Xavier menghela nafas panjang. Mungkin motornya juga punya nilai historisnya jadi jiwa sentimental Sasa muncul.
"Ya sudah. Kamu bersih-bersih dulu, kita makan malam sebentar lagi," ucap Xavier.
"Wokeh. Tunggu ya, aku akan mandi dengan kilat khusus!" jawab Sasa sambil masuk ke dalam kamarnya.
Xavier dan Xander hanya menggelengkan kepala mereka melihat gadis itu dengan gaya amburadul. Meskipun demikian, keduanya merasa lega Sasa sudah sampai di rumah dengan selamat.
***
"Aku harus memeriksa rumah aku dulu, membagi-bagikan bahan makanan yang sudah aku stok di kulkas buat seminggu karena tidak menyangka akan tinggal bersama kalian. Sayang lah kalau nanti kelamaan di kulkas jadi aku bagi rata, terus aku berikan pada orang-orang yang kurang beruntung," cerita Sasa.
Kedua ayah dan anak itu tidak menyangka jika Sasa akan melakukan acara amal seperti yang dia ceritakan. Gadis ini termasuk miskin tapi masih memberikan sedekah setelah dia mendapatkan uang banyak. - batin Xavier.
"Bagus tuh Sasa. Masih banyak orang yang tidak seberuntung kita, bukan?" senyum Xander. "You're the best teacher !"
"Bukan best teacher tapi bagaimana seorang manusia saling berbuat baik kepada manusia lain. Aku selalu bersyukur bahwa aku banyak keberuntungan, banyak berkah selama aku hidup. Jika orang lain melihat aku banyak kekurangan tapi aku melihat aku banyak kelebihan. Mindset kita harus berubah. Kalau orang lain melihat 'oh, you're nothing', kita harus mendoktrin diri kita sendiri. 'Hey, you're something lho.' Tidak ada manusia diciptakan Allah itu nothing kecuali memang super nothing macam penjahat. Eh, tapi penjahat juga something karena kita bisa tahu ternyata ada orang yang punya otak terbalik macam itu!" papar Sasa panjang lebar.
Xavier menatap wajah Sasa yang tampak cool saat membicarakan prinsipnya. "Karena itulah kamu selalu percaya diri?"
Sasa mengangguk. "Orang yang dilihat apa sih? Penampilan kan? Gini deh, kalau penampilan kamu keren, dengan perhiasan macam toko emas berjalan minta dijambret, pasti kamu bilang 'oh dia orang kaya'. Tapi kita tidak tahu dia kaya beneran atau kaya dari hasil nipu? Tapiii, kalau kamu memang sudah beneran kaya dari brojol, mereka malah jarang pamer apa yang kamu punya. Orang old money tidak suka pamer karena, we don't need validation! Tidak perlu harus dipuji sana sini karena buat apa? Paling keren itu kalau dipuji Allah ... Dengan apa? Dengan memberikan banyak rejeki dan barokahnya karena kita tidak pernah meninggalkan Dia. Tidak harus fanatik tapi sesuai dengan akidahnya. Jauhi laranganNya, patuhi peruntahNya."
"Tapi Sasa tinggal bareng sama kami?" ucap Xander.
"Anggap saja aku jadi baby sitter merangkap guru kamu plus koki. Lagipula, aku tinggal disini kan membantu kalian secara profesional dan tidak ada hubungan asmara sama papa kamu, Xander. Kita itu macam roommate yang mutualism simbiosis. Betul pak Xavier ?" kerling Sasa.
Xavier tidak menjawab namun matanya menatap lurus ke mata coklat Sasa. Entah kenapa Xavier agak tidak rela mendengar ucapan Sasa.
***
Kamar Xander
"Benar papa tidak ada hubungan asmara dengan Sasa ?" tanya Xander sambil tiduran bersama Xavier. Sudah menjadi kebiasaannya, ayah dan anak itu saling mengobrol sebelum tidur apalagi kalau Xavier pulang larut di Oslo. Pria itu menyempatkan diri untuk bersama dengan Xander meskipun lima menit sebelum tidur.
"Tidak ada. Papa dan Sasa kan baru dua hari bersama kan serumah. Tidak seperti di film-film, kenal, tidur bersama dan tinggal bersama. Kamu dengar sendiri kan. Sasa menganggap ini sebagai pekerjaan untuk menambah uang tabungannya. Gaji guru seberapa sih Xander? Kecil lho. Wajar jika Sasa mau menerima tawaran papa." Xavier mengusap rambut coklat Xander. Wajah putranya sangat mirip dengan almarhum istrinya.
"Kalau papa lama-lama jatuh cinta sama Sasa, aku tidak masalah. Sasa terkadang model guru tapi dia juga ada benarnya Pa. Plus, aku tahu mama tidak kembali dan papa sudah lama sendirian ..."
Xavier mencium kening Xander. "Jangan terlalu banyak berharap. Mungkin Sasanya baik tapi bagaimana orang tuanya, kita tidak tahu kan? Belum tentu mereka mau menerima papa yang duda dan bawa anak."
Xander tercenung. "Iya juga Pa."
"Sudah, kamu bobok. Kita lihat saja perkembangannya."
Xander mengangguk dan memejamkan matanya. Ya Allah, tolong dalam waktu enam bulan ini, buat papa dan Sasa saling jatuh cinta. Kedua orangtuanya Sasa juga tidak keberatan. Aamiin.
***
yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️
yg pnting mas duda bucin sm km,trs anknya jg kn bestie....😁😁😁