Ini kisah seorang seorang gadis kaya raya mencari cinta sejati menyamar jadi karyawan sederhana. Sania kembali ke tanah air demi mencari kebenaran kematian ibunya. Selama di tanah air Sania jatuh cinta pada pengusaha kaya namun sayang ditinggal nikah. Demi melanjutkan rencana balas dendam pada keluarga penyebab kematian sang ibu juga pada mantan pacar Sania rela menikah dengan laki beristeri yang penyakitan. Mampukah Sania mencari fakta Kematian ibunya sekaligus tuntaskan dendam pada mantan pacar? Semua jawaban ada di kisah ini. Silahkan simak kisah Sania mencari cinta dan tuntaskan dendam!
Ini karya perdanaku. Mohon dukungan para pembaca. Tinggalkan jejak agar penulis makin semangat update. Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei Sandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kumpul Keluarga
Fadil sudah cukup lama lacak keberadaan Sania namun Sani hilang bagai ditelan bumi. Sekali muncul statusnya bikin jantung Fadil mau copot. Tapi Fadil tak gentar walau harus bertarung sama abang sendiri meraih cinta Sania.
"Sania....jangan mau kawin sama playboy cap virus ya! Bawa penyakit juga ada di mana mana. Aku cari kamu tiap hari sampai habiskan selusin sepatu. Sekarang kita jumpa artinya jodoh kita baru dimulai." rayu Fadil tak tahu malu.
Sania merasa risih ada laki berlutut di kaki meminta cinta. Sementara ini Sania belum memikirkan cinta. Hatinya masih terluka oleh Bobby. Menikah dengan Bara semata mata demi Nania. Hanya untuk Nania.
"Jangan gitu Fadil! Bangunlah!" Sania membantu Fadil bangkit berdiri tegak. Fadil menatap Sania makin takjub. Ternyata Sania lebih cantik kalau dilihat jarak dekat. Kulitnya halus macam kulit bayi. Harumnya juga tak norak.
"Kau terima aku?" seru Fadil kegirangan.
"Ngaco lhu bro! Sania itu bukan terima kamu tapi kasihan. Ingat anak kecil! Dia itu kakak ipar mu!" bentak Bara mulai hilang kesabaran lihat adiknya bikin malu.
"Fadil..jangan ngawur! Sania memang calon kakakmu. Hormati dia!" Pak Jaya ikutan marah karena Fadil bikin Sania salah tingkah.
Fadil merenggut kesal. Laki muda ini belum menyerah untuk dapatkan perhatian Sania. Dalam hati Fadil bertekad kalahkan abangnya kali ini. Sania hanya calon isteri, belum isteri. Setiap menit adalah kesempatan curi perhatian Sania.
"Pokoknya aku takkan menyerah sebelum kalian naik pelaminan. Aku janji." Fadil menantang abangnya tanpa gentar sedikitpun. Untuk wanita yang telah mencolek relung hati. Fadil tak pernah serius memandang seorang wanita. Selama ini wanita di sekitar Fadil hanya memanfaatkan kekayaan laki itu. Mereka hanya tahu tas mahal, perhiasan mewah serta makan enak di hotel hotel mewah. Jumpa Sania di supermarket mau dibayarin ditolak. Fadil sudah merasakan gadis ini sangat istimewa.
Ternyata dugaan Fadil benar. Terbukti Sania bisa jadi calon abangnya yang sangat selektif memilih wanita. Bara mau nikahi wanita itu artinya wanita ini ada nilai plus.
"Ada apa ribut ribut?' seorang ibu ibu paro baya muncul dari dapur. Mata ibu itu mendarat di badan Sania yang duduk dekat Fadil. Sania bangun mengangguk sopan sadar ibu ini pasti ada hubungan dengan Bara.
"Saya Sania Bu!" Sania perkenalkan diri.
"Oh Sania...cantik toh! Ayo duduk!" Bu Jaya langsung suka pada gadis sopan yang malu malu.
"Ma..inilah gadis yang kuceritakan tempo hari. Nyatanya dia datang untukku. Aku mau lamar Sania." Fadil nyerocos tak peduli kelakuannya akan timbulkan amarah Bara.
Bu Jaya melongo bingung. Bara bilang akan bawa calon bini muda dan sekarang anak bungsunya ikutan mau lamar calon bini abangnya. Kisah asmara segitiga paling rumit.
"Ma..jangan dengar kata orang gila! Inilah Saniaku!" Bara sengaja tekankan Saniaku agar Fadil sadar Sania adalah miliknya.
Fadil mendekati mamanya merengek bak anak balita minta mainan. Fadil goyang goyang tangan Bu Jaya kencang cari perhatian sang mama.
Bu Jaya meringis tak tahu harus bagaimana kendalikan situasi kacau begini. Sania menunduk putus asa lihat Fadil pantang menyerah. Andai Sania tak nikah dengan Bara dia juga takkan mau menikah dengan Fadil. Fadil terlalu kekanakan untuk diberi tanggung jawab selaku suami.
"Kalian semua duduk dulu! Bara ajak Nania duduk sini. Kita bahas bersama masalah ini. Dan kau Fadil...Sania yang berhak tentukan siapa yang dipilih. Bukan sesuka hatimu. Sania bukan barang bisa dioper sana sini." kata Pak Jaya keluarkan pendapat lihat kondisi mulai tak tentu.
"Biar aku jemput mbak Nania!" Sania bangkit dari tempat duduk menuju ke kamar Nania untuk ajak isteri Bara diskusi masalah ini. Sania tak mau tampak bodoh dijadikan barang rebutan. Fadil sungguh kekanakan ingin miliki sesuatu yang bukan haknya.
Bagi Sania cowok kekanakan macam Fadil tak ubah seperti anak kecil merengek minta mainan. Hanya suka tanpa peduli nilai barang itu. Sania bukan barang bisa diperjual belikan.
Sepergi Sania ke kamar Nania, Bara melototi adiknya. Kelakuan Fadil hanya bikin malu keluarga di depan Sania.
Ingin rasanya Bara beri bogem mentah pada Fadil yang sangat lancang ingin merebut wanitanya. Tapi berhubung ada orang tuanya maka Bara urungkan niat hajar anak tak tahu diri itu.
Fadil mungkin tak tahu seberapa penting Sania bagi dirinya. Untuk keluarga dan juga untuk perusahaan. Di mata Fadil mungkin Sania tak ubah gadis lain yang bisa disetir asal ada uang. Anak itu tak tahu bagaimana sepak terjang Sania bila sudah bicara kerja. Sania imut akan berubah jadi singa betina mengaum garang.
"Dil...abang ingatkan kamu sopan terhadap Sania. Dia bukan gadis gampangan." ancam Bara tak main main.
Fadil malah melengos tak open pada kekesalan Bara. Laki muda ini seakan tak punya telinga untuk dengar kata kata Bara. Fadil tutup kuping.
Bu Jaya tarik nafas bingung. Fadil memang pernah cerita jumpa gadis yang sangat menarik hati. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Berhari hari Fadil asyik sebut gadis misterius pembawa panah cupido. Sekali tembak kena hati.
Parahnya gadis incaran Fadil adalah calon isteri abang kandung. Keadaan ini benar benar kacau. Sebagai orang tua Bu Jaya tentu harap anak anak bahagia tanpa memihak.
Sania keluar dari kamar bersama Nania. Nania kelihatan sangat lemas tak bertenaga. Sania dengan telaten menggandeng Nania menuju ke ruang tamu di mana sudah berkumpul keluarga Jaya.
Semua mata mengarah pada Sania dan Nania. Keduanya akrab tanpa ada permusuhan bakal bikin rumah tangga Bara aman sentosa. Tak ada konflik antara bini tua dan bini muda. Kejadian langka di dunia ini.
Wajah Bu Jaya teduh menyaksikan pemandangan langka ini. Nasib Bara sungguh bagus dapat dua wanita baik dan patuh.
"Mari sini!" Bara bangun menyambut Nania duduk di sampingnya. Perlakuan Bara lembut untuk kasih tahu pada orang tuanya kalau Nania tetap isterinya walau sakit.
"Terima kasih mas..." lirih Nania sambil mengangguk sopan pada kedua orang tua Bara. "Pa..Ma.."
"Duduklah nak!" kata mama Bara lembut.
Nania hampir menangis mendengar suara mama Bara begitu lembut menyejukkan. Selama tujuh tahun menjadi isteri Bara baru kali ini dia dapat pengakuan dari mama Bara. Selama ini dia dikucilkan karena mereka tak suka pada Nania. Memang diakui ada noda hitam dalam dirinya. Tapi Bara bisa menerima segala kekurangan Nania. Termasuk penyakit kanker Nania.
"Sekarang kita sudah duduk bersama maka kita bahas langsung pernikahan Bara dan Sania. Kau Nania apa tak Bara menikah dengan Sania? Papa tak mau ada konflik antara kalian kemudian hari." Pak Jaya langsung keluarkan suara tak mau pernikahan Bara berlarut larut.
"Nania yang minta mas Bara menikah dengan Sania. Sania anak baik Pa...kalian pasti akan suka padanya! Nania mohon kalian restui mereka!" pinta Nania dengan mata berkaca kaca. Bara menggenggam tangan Nania beri kekuatan lalui semua cobaan berat ini. Tak semua wanita rela suami kawin lagi walau apapun terjadi. Nania menyadari kekurangan sendiri maka ikhlas.
"Baiklah! Dan kau Sania...apa sudah siap berbagi suami dengan Nania. Masih ada waktu mundur sebelum ijab kabul." sambung Pak Jaya mengarah pada Sania pula.
"Saya siap Pak...tak ada masalah buatku asal bersama mbak Nania." jawab Sania gagah tanpa ragu.
Bara bangga pada kedua wanitanya. Keduanya berani ambil resiko jalani poligami yang paling tak disukai para wanita.
"Stop.." suara keras Fadil bergema di seluruh ruang. Fadil bangkit dari tempat duduk dengan wajah merah. "Aku bagaimana? Kalian tak tanya pendapatku? Sania adalah cewek yang sudah kuincar. Mana mungkin jadi iparku?"
"Fadil...jangan ngaco nak! Masih banyak cewek lain kenapa harus calon isteri kakakmu?" bentak Pak Jaya tak kalah keras.
Fadil mengepal tinju ke udara sambil melempar pandangan tajam ke arah Bara. Mata Fadil membara seakan membakar isi ruang. Sania bergidik bayangkan amarah cowok muda itu.
Rasa suka Fadil padanya hanya sekedar terpesona pada pandangan pertama atau iseng ingin taklukkan cewek lain dari yang lain. Fadil merasa Sania tak seperti cewek umum makan ingin mencoba taklukkan gadis ini.
"Aku pergi saja...kalian memang menyebalkan!" Fadil keluar dari rumah Bara dengan emosi setinggi leher. Semua yang ada di ruang tamu mengurut dada.
"Tuhlah mama terlalu manjakan anak kecil itu! Ngelunjak kan?" sungut Bara salahkan Bu Jaya terlalu memanjakan adik satu satunya.
"Tak usah ambil hati! Besok dia jumpa gadis lain juga lupa kejadian hari ini." kata Bu Jaya santai tak terlalu open pada tingkah Fadil.
"Bara..papa dan mama sudah berembuk. Pernikahan kalian akan dilaksanakan minggu depan di mesjid dekat sini. Ini untuk umumkan bahwa Sania adalah binimu biar tetangga tak beri pandangan negatif. Nania harus jaga kesehatan biar bisa ikut acara. Papa harap kalian bisa saling menjaga."
"Iya pa. Nania restui Mas Bara dan Sania. Semoga langgeng hingga akhir hayat." sahut Nania pasti tanpa rasa ragu.
"Amin.." sahutan serentak ikut doakan harapan Nania. Hanya Sania tak amin kan karena memang tak berniat hidup seumur hidup dengan Bara. Sania bertahan sampai Nania bisa ditinggal. Sania hanya ingin melindungi Nania. Soal perasan mungkin saat ini Sania belum bisa kemukakan rasa itu.
Azan magrib berkumandang memanggil umat muslim segera menghadap menunaikan kewajiban. Sania langsung berdiri merasa terpanggil laksanakan panggilan wajib itu.
"Kita sholat dulu!" ajak Sania tak peduli dia bukan tuan rumah. Bisa jadi penghuni rumah tak biasa sholat. Sania sudah berada di situ maka wajib ajak sesama muslim serahkan diri pada Yang Maha Esa.
"Ayok!" sahut Pak Jaya semangat sekaligus bahagia karena mendapatkan calon mantu taat beragama.
Siapa tak suka mantu tahu diri. Senakal apapun Sania pasti ada batas bila ingat sholat. Tapi Sania belum tentu nakal. Sejauh ini Sania tampak manis juga tak banyak tingkah. Jauh dari bayangan gadis nakal incar harta Bara.
"Mbak ikut ya! Mbak boleh sholat duduk." ajak Sania pada Nania.
"Tapi...tapi.." Nania menatap Sania penuh keraguan. Sania memberi senyum hangat pada Nania agar wanita itu tak grogi.
"Mbak..tetap harus ada yang pertama!" bisik Sania pelan di telinga Nania. Sania tak mau permalukan Nania di hadapan mertua. "Mari kubantu!"
"Mbak tak ngerti sholat!" bisik Nania kecil takut didengar mertua.
"Mbak ikuti saja gerakanku! Mbak pasti bisa." Sania menguatan Nania agar jangan takut. Nania harus mulai dari sekarang atau tidak sama sekali.
"Baiklah!"
"Kita berwudhu dulu! Mari kubantu!" Sania membantu Nania berjalan ke kamar mandi sekalian pandu Nania cara ambil air wudhu sebelum sholat.
Kedua wanita ini berjalan menjauhi ruang tamu. Pak Jaya dan Bu Jaya tersenyum senang melihat keakuran kedua mantunya. Sania jauh lebih muda namun memiliki kasih sayang berlimpah. Bisa jadi panutan keluarga.
"Kamu beruntung nak!" Pak Jaya tak sungkan puji Sania.
"Allah telah memberi cahaya atas kesabaranku pa! Sania sangat istimewa bagiku walau kami kenal belum lama. Kami pasti bahagia asal kurcaci mama tak kacau kan keluargaku."
"Masak adik sendiri dibilang kurcaci." omel Bu Jaya tak senang.
"Apa bukan kurcaci? Keras kepala tak tahu diri. Calon kakak ipar mau diembat."
"Sebentar lagi dia juga sudah lupa. Ayo kita sholat! Papa jadi imam ya!" ajak Bu Jaya sambil mendorong suaminya menuju ke ruang sholat keluarga yang tak terpakai selama ini.
Bara jarang sholat. Ntah terlalu sibuk atau lupa diri. Nania lebih parah lagi. Wanita itu betul betul beragama di ktp saja. Bara dan Nania bagai layangan tak bertuan. Melayang di udara tak ada yang memegang. Bertahun dilalui tanpa ada pegangan hidup selain makan tidur kerja dan bersenang. Mungkin ini ganjaran terlalu menghamba pada ***** duniawi.
Nania diberi cobaan agar sadar kesenangan buatnya sudah lewat waktu. Kini saatnya sadar bahwa hidup bukan hanya sekedar nikmati huru hara. Masanya tiba kenal yang namanya beragama dari hati nurani.
Seusai sholat keluarga Bara makan malam bersama. Acara ini berjalan aman dan santai. Yang paling bersyukur adalah Nania. Kelihatannya orang tua Bara sudah mau menerimanya. Apa ini berkat kehadiran Sania?
Mama Bara sudah mau ajak dia ngobrol walau tak panjang. Ini lebih baik daripada tidak sama sekali. Keluarga besar Bara tak pernah anggap Nania sebagai mantu karena masa lalu Nania. Ditambah Nania tak bisa kasih Bara keturunan makin menambah dosa Nania dalam keluarga. Nania dianggap sampah di dalam keluarga.
Kehadiran Sania bawa angin segar. Suasana lebih cerah oleh celoteh Bu Jaya yang kadang lucu. Bu Jaya sebenarnya mertua baik tapi kondisi Nania bikin beliau tak bisa berlaku sebagai mertua baik.
Pak Jaya duduk ngobrol dengan Sania soal proyek dan pangsa pasaran dunia. Pengetahuan Sania lumayan luas maka nyambung ngobrol dengan mertua laki. Pak Jaya merasa pilihan Bara kali ini tak meleset karena dapatkan mutiara berkilauan.
Umur Bara tak muda lagi tapi dapat daun muda cantik dan jenius. Keberuntungan Bara sedang bersinar. Bertahun Bara hidup dalam cahaya remang remang. Kekelaman makin menjadi sejak Nania divonis kanker stadium empat.
karyawn tdk bisa up to day dgn hasil kerja pecattt.
awal porong gaji potong transoirt, potong yang makan 75 % klu melanggar etos kerja. ada urusan apa sama karyawan.!!
pecat satu yg melamar jutaan. yg tudak tahu diri kary..pada belagu demo demo dioecat jf gembellll.
males urus anak, anak bagi laki2 cuma buat kebanggaan bahwa dia bisa bikin perempuan hamil, artinya dia laki2 sejati.
hampir semua laki2 cuma senang bikinnya. jd anak dan hamil paling benci dan sebell klu belum nikah banyak suruh gugurin! males basnget suruh tanggung jawab. klu tdk taskut dosa dan hukum. pasangan zinahnya hamil klu mau suruh gugurin dia senang banget hamil lagi gugurin lsgi terus maunya begitu dan tak perlu nikah dgn perempuan model begini, krn apa! buat apa dinikahi! engga dinikahi bisa ditidurin setiap saat. tujuan nikah apa? mau ngesex tanpa zinah kan.
lah ini si Ranti dgn bangga mau di ajak tidur tanpa dinikahi.
yg bodoh tuh boby,,, perempuan murahan kok di taburin benihnya. laki2 bejad dunia biasa memandangnya. klu peremouan rusak dan murahan sdh jelas GEN LIAR gimana turunannya!!!