Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Bab 15
Malam ini Aslan dan Nadia kembali beradu mulut, darimana Nadia mendapatkan semua uang untuk membeli mainan baru Zayn?
Bagaimana bisa Nadia membeli Sushi porsi besar ini?
Aslan bahkan nyaris saja kembali menampar Nadia andai Zayn tidak berlari untuk memeluk kaki ibunya.
Nadia menangis bukan karena Aslan, tapi karena akhirnya sang anak melihat dengan jelas perkelahian mereka.
"Mom, aku tidak mau punya Daddy seperti Daddy Aslan, aku mau Daddy Steve," ucap Zayn dengan lirih di dalam pelukan ibunya.
Malam ini mereka tidur berdua, Nadia pilih untuk tidur di kamar sang anak daripada tidur bersama pria badjingan itu.
"Tidurlah sayang, mommy akan memeluk mu."
Nadia memeluk anaknya semakin erat. Dia pun sudah tak tahan berada dalam pernikahan seperti ini.
Mulai terpikir untuk segera mengajukan gugatan cerai tanpa memperdulikan yang lain-lain. Bahkan tidak peduli pada harta yang mungkin pun akan dia lepaskan.
Asal yang terpenting mental Zayn aman.
Nadia menangis, dia gigit bibirnya kuat-kuat agar tangis itu agar tidak pecah. Daddanya sesak sekali.
Pagi ini Nadia bangun lebih awal daripada biasanya. Dia bahkan pergi lebih dulu dari rumah sebelum Zayn pergi sekolah. Tapi bekal Zayn sudah aman.
Bik Narti juga berjanji akan menjaga Zayn sepenuh hidupnya, tak akan membiarkan Aslan menyakiti.
Pagi-pagi buta Nadia menaiki bus. Hatinya kosong menatap jalanan.
Tapi hidup tetap harus berlangsung.
Tetap harus jadi pelayan sang Tuan untuk menepati semua janjinya. Sebelum hutang itu lunas dia akan melakukan apapun perintah sang direktur utama.
Jam 7 kurang 15 menit, Nadia sudah berdiri di depan pagar sebuah rumah mewah. Berulang kali dia membaca alamat di dalam ponselnya dan mencocokkan dengan alamat yang tertera di pagar itu.
"Benar, ini alamatnya."
Meski takut-takut namun dia mengetuk pagar itu sampai seorang penjaga keamanan menghampiri dia.
"Mbak Nadia ya?"
"Iya Pak, saya Nadia."
"Silahkan masuk Mbak, tuan Steve sudah menunggu. Lain kali langsung masuk saja mbak," balas penjaga keamanan itu dengan sangat ramah, dia bahkan sampai dibuatnya heran, ini adalah pertama kali dia datang ke sini tapi penjaga keamanan itu seolah sudah sangat mengenal.
"Terima kasih Pak."
Penjaga keamanan itu pun menundukkan kepalanya kecil sebagai tanda hormat.
Nadia kemudian berjalan lagi untuk menuju rumah, di sana pun dia langsung disambut oleh seorang pelayan. sama seperti penjaga keamanan tadi pelayanan itu menyambutnya dia dengan sangat ramah.
Bahkan langsung memintanya untuk segera menuju kamar sang Tuan, karena saat ini Tuan Steve belum bangun dan pelayan itu meminta Nadia untuk membangunkannya.
Mau menolak tapi bagaimana? tujuannya datang ke sini memang untuk melayani.
Kini bukan hanya rasa takut yang menyelimuti hati Nadia, tapi dia juga gugup, bahkan keringat dingin sudah memenuhi kedua telapak tangannya.
Membuka pintu kamar sang Tuan dengan sangat hati-hati.
Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini sih. Aku takut, Apa benar aku boleh masuk ke dalam sini? ini lancang sekali kan?
Huhuhu, aku mau pingsan saja.
Ragu sekali kakinya melangkah, sampai akhirnya berhenti tepat berdiri di pinggir ranjang.
"Tu-tu-tuan," panggil Nadia gagap.
Huh! setelahnya membuang nafas kasar.
Tapi suara Nadia yang gagap tidak membuat Steve berkutik.
Membuat Nadia makin frustasi.
Dengan sangat terpaksa, dia menggerakkan tangan kanannya untuk menggoyyang bahu sang Tuan.
Dengan gerakan perlahan ...
"Tuan Steve, ayo bangun."
Grep! Nadia langsung medali saat tangannya itu digenggam oleh sang Tuan.
Steve ternyata sudah bangun dan menatap Nadia lekat, sampai wanita cantik itu membeku, terkejut dan takut sekaligus.
Dan Nadia hanya bisa menjerit kecil saat Steve menarik tangannya hingga jatuh di atas ranjang, hingga masuk ke dalam dekapan pria itu.
"Cepat sekali datangnya, aku masih mengantuk, diam lah seperti ini 15 menit saja."
Deg! Nadia tergugu, apalagi saat mencium aroma tubuh Steve yang begitu harum, sangat menenangkan.