Kael Draxon, penguasa dunia bawah yang ditakuti dan dihormati pada masa nya. Namun, di puncak kekuasaan nya, Kael Draxon di khianati oleh teman kepercayaan nya sendiri, Lucien.
Di ujung kematian nya, Kael bersumpah akan kembali untuk balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon asep sigma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia di Dalam Pabrik
Garth duduk di sebuah ruangan kecil yang gelap, hanya di terangi oleh sebuah lampu di atas meja. Di hadapannya sebuah layar monitor menampilkan rekaman dari kamera pengawas di pabrik. Ia mengamati setiap pekerja dengan seksama, terutama bocah baru yang tadi siang membuatnya malu di depan semua orang.
"Anak itu terlalu berani," gumam Garth sambil mengetukkan jarinya di meja
Di sudut ruangan, seorang pria lain bersandar di dinding. Ia lebih tua, rambutnya sudah memutih di beberapa bagian, tetapi matanya tajam seperti elang. Pria itu adalah Viktor, salah satu pengawas tingkat tinggi yang juga menjadi tangan kanan Cobra Zone di pabrik ini.
"Kau yakin dia masalah, Garth?" Viktor bertanya. Suaranya dalam dan dingin.
Garth mengangguk cepat. "Dia melawan, Viktor. Bocah baru biasanya akan ketakutan, tapi aku rasa dia berbeda. Cara dia bicara, cara dia bertarung—bukan seperti anak kecil pada biasanya."
Viktor menghela napas panjang, lalu melangkah mendekati meja. Ia menekan tombol di sebelah layar, memperbesar rekaman pertarungan antara Zayne dan Garth.
"Kau benar. Dia terlihat seperti seseorang yang tau apa yang harus dia lakukan. Tapi kita punya aturan di sini. Kalau dia terlalu mencurigakan, kita pastikan dia tidak keluar hidup-hidup."
Garth menyeringai, merasa mendapatkan lampu hijau untuk melakukan apa pun yang dia inginkan. Namun, Viktor mengangkat tangan, menghentikan pikirannya.
"Tapi jangan gegabah. Anak itu mungkin hanyalah bocah sombong. Kita awasi dulu. Kalau dia membuat pergerakan yang mencurigakan, kau tau apa yang harus dilakukan. Dan juga, kau awasi orang yang di samping nya itu. Bisa jadi mereka sekongkol."
Garth mengangguk patuh, meskipun amarahnya masih membara dan ingin membalas dendam sekarang juga. Ia harus tetap patuh, karena Viktor adalah seseorang yang tidak bisa ditentang.
...****************...
Langit malam gelap ketika Kael akhirnya meninggalkan pabrik setelah jam kerja panjang. Taron berjalan di sebelahnya, tampak lelah. Pekerja lain bergerombol, sebagian besar menuju asrama atau rumah mereka yang sederhana.
Kael memutuskan untuk tidak langsung kembali ke asrama. Sesuatu tentang pabrik ini masih mengusiknya—terutama penjaga bersenjata dan atmosfer ketakutan yang melingkupi semua orang.
"Kau tidak pulang?" tanya Taron ketika melihat Kael berhenti di persimpangan jalan menuju asrama.
Kael menggeleng. "Aku ingin berjalan-jalan sebentar. Pikiranku terlalu penuh."
Taron mengangkat bahu, tampak tidak terlalu peduli. "Hati-hati. Jangan terlalu jauh, apalagi dekat gedung belakang. Penjaga disana tidak akan segan menembak siapa pun yang terlihat mencurigakan."
Kael hanya mengangguk. Lalu menunggu sampai Taron pergi sebelum akhirnya dia memutuskan beranjak menuju gudang belakang pabrik.
...****************...
Area gudang belakang berbeda dari bagian lain pabrik. Tempat itu dijaga lebih ketat, dengan kamera pengawas di setiap sudut dan patroli penjaga bersenjata yang tampak lebih disiplin. Kael memperhatikan dari balik bayangan, memastikan ia tidak terlihat.
Ia mendekati sebuah kontainer besar yang tampaknya sudah lama tidak digunakan. Ketika ia mencoba memeriksa sebuah pintunya, ia menyadari bahwa kontainer itu terkunci dengan sistem biometrik—teknologi modern yang terlihat mencolok di tempat seperti ini.
"Apa ini?" gumamnya.
Kael bersembunyi kembali ketika mendengar suara langkah mendekat. Dua penjaga berjalan ke arah kontainer, berbicara dengan nada rendah.
"Pengiriman berikutnya dari Cobra Zone akan tiba minggu depan. Mereka ingin semuanya sudah siap sebelum bos besar datang."
"Barang-barang ini akan dikirim ke mana?" tanya penjaga yang lain.
"Kudengar, kebeberapa kota besar. Senjata baru ini akan merubah arah permainan dunia bawah."
Kael mendengar itu dengan seksama. Cobra Zone menggunakan pabrik ini tidak hanya untuk mencuci uang tetapi juga untuk memproduksi senjata canggih dan dijual secara ilegal.
Setelah penjaga pergi. Kael melanjutkan eksplorasinya. Ia menemukan pintu lain yang lebih kecil, tersembunyi di sisi gudang. Pintu itu tidak dijaga, tetapi memiliki kunci elektronik. Tampak seperti pintu akses rahasia.
Kael mengeluarkan alat-alatnya—pisau multifungsi dan pemancar elektrik darurat—dan mulai mencoba membuka kunci elektronik itu. Namun sistemnya jauh lebih canggih dari yang ia perkirakan. Layar di kunci pintu menunjukkan lampu merah berkedip.
"Sial, kenapa sulit sekali membobol pintu ini." gumam Kael dengan frustasi.
Ia mencoba menonaktifkan sistem dengan memalsukan sinyal menggunakan papan sirkuit yang ia bawa, tetapi layar kunci berubah menjadi kuning, menunjukkan peringatan.
"Tit...., Titt..... Titttt," suara bel peringatan berbunyi.
Dari kejauhan, Kael mendengar suara derap kaki para penjaga. Ia segera mematikan alatnya, menyimpan semuanya kembali ke saku dan bersembunyi di balik kontainer besar yang berada tidak jauh dari pintu itu.
Para penjaga mendekati pintu kecil elektronik, salah satu dari mereka mengeluarkan alat komunikasi.
"Ada upaya pembobolan pada pintu rahasia di sekitar gudang," kata penjaga pertama dengan nada serius.
"Periksa sekitarnya. Siapa pun yang mencoba masuk pasti belum jauh," balas penjaga yang berada di sebrang sana.
Kael menarik napas panjang, menjaga tubuhnya tetap diam dan menenangkan detak jantungnya yang semakin cepat. Kael tahu gerakan sekecil apa pun bisa mengungkap keberadaannya.
...****************...
Di asrama pekerja. Terlihat Taron sedang duduk di kursi kecil kamarnya. Lampu kuning temaram menerangi meja kecil tempat ia meletakkan segelas teh panas. Udara dingin malam itu membuatnya ingin bersantai sejenak setelah hari yang panjang.
Namun, pikirannya terus melayang pada Zayne—anak baru yang ia ajak berbicara beberapa kali. Ada sesuatu tentang Zayne yang terasa tidak biasa, baik cara bicara maupun keberaniannya melawan Garth siang tadi.
Ia mengangkat gelas teh itu perlahan, mencoba menikmati kehangatannya, tetapi tiba-tiba gelas itu terlepas dari tangannya.
"Sial!" serunya saat teh panas membasahi meja dan lantai. Ia berdiri, mengambil kain lap untuk membersihkan tumpahan itu.
Saat membersihkan, dadanya terasa berat. Pikiran buruk tiba-tiba menyergap.
"Kenapa aku merasa seperti ada yang tidak beres?" gumamnya. Ia berdiri dan berjalan ke jendela kecil kamar, memandang keluar ke arah pabrik yang terlihat gelap dari kejauhan.
Pikirannya terus kembali pada Zayne. "Apa anak itu sudah kembali ke asrama? Dia bilang hanya ingin berjalan-jalan, tapi... Kalau dia benar-benar mendekati gudang belakang, dia akan dalam bahaya besar."
Taron menggertakan giginya, bingung. Apakah ia harus mencarinya atau tidak. "Sudahlah bukan urusanku." Taron menghiraukan ke khawatirannya kepada Kael, dan lanjut beristirahat di kamarnya.
...****************...
Salah satu penjaga mulai berjalan menuju tempa Kael bersembunyi. Kael memeriksa kelilingnya dengan cepat, mencari cara untuk mengalihkan perhatian penjaga yang mendekat ke tempatnya. Di dekatnya, ia melihat tumpukan besi tua yang bisa di jatuhkan.
Dengan hati-hati, Kael melemparkan sekrup kecil ke arah besi tua itu. Suara dentingan logam memenuhi udara, membuat para penjaga langsung menoleh.
"Siapa disana?" teriak salah satu penjaga sambil mengarahkan senjata ke sumber suara.
Saat para penjaga mendekati tumpukan besi tua, Kael menggunakan kesempatan itu untuk menyelinap keluar dari area gudang. Ia bergerak cepat, namun tetap memastikan langkahnya tidak menimbulkan suara.
Kael hampir mencapai jalan keluar ketika ia mendengar suara penjaga lain berbicara melalui radio.
"Kami mendeteksi gerakan di sektor 3. Semua unit, segera kesana."
Ia mempercepat langkahnya, tetapi tiba-tiba, sebuah lampu sorot besar menyala, menyinari tempatnya berdiri. Kael segera berjongkok dan bersembunyi di balik drum logam besar.
Seorang penjaga mendekat, senjatanya di arahkan ke depan. "Aku tau kau disana! Keluar sekarang atau aku tembak!"
Kael menggenggam erat pisau multifungsinya, bersiap jika harus melawan. Namun, sebelum penjaga itu semakin dekat, suara ledakan kecil terdengar di sisi lain gudang. Penjaga itu segera berbalik dan tergesa-gesa menuju asal suara.
Menggunakan kesempatan ini, ia segera keluar area gudang, dan berhasil meloloskan diri.
"Aku tidak tau siapa yang membuat keributan itu, tapi aku selamat berkatnya." Gumam Kael.
...****************...
Ketika Kael akhirnya kembali ke asrama, ia menemukan Taron masih terjaga, berdiri di depan jendela kamarnya. Ketika Kael melewati pintunya, Taron berbalik dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Kau dari mana saja?" Taron bertanya, suaranya penuh tekanan.
Kael mengangkat bahu. "Berjalan-jalan, seperti yang kukatakan."
"Berjalan-jalan? Jangan bohong. Aku tau kau tidak hanya berjalan-jalan."
Kael mendekat, menatap Taron dengan tajam. " Lalu, kau pikir aku melakukan apa?
Taron menghelas napas, lalu memalingkan wajah. "Tidak tau... tapi aku punya firasat buruk. Kalau kau berniat membuat masalah disini, lebih baik kau berhenti sekarang."
Kael hanya tersenyum tipis. "Aku tau apa yang kulakukan, Taron. Jangan khawatir tentang aku."
Tanpa menunggu jawaban, Kael masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Di dalam, ia duduk di tepi tempat tidur. Merenungkan apa yang baru saja ia alami.