Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MELUPAKAN
Hari ini, King lah yang mengantarkan Kimberly ke kampus. Sesampainya di pintu gerbang, King menghentikan mobilnya.
"Nanti pulang kakak akan menjemputmu lagi," ucap King sambil menjentikkan jarinya di hidung Kimberly.
"Iya, Kak," Kimberly turun dari mobil, kemudian melambaikan tangannya.
Kimberly berjalan masuk ke kampus. Tapi tiba tiba ada tangan yang menarik lengannya.
"Kemari kau!"
"Viera?" ucap Kimberly pelan sambil menengok ke kanan dan ke kiri.
Viera memegang dagu Kimberly dengan kasar, "Berani sekali kamu kembali mendekati William, huh?!"
Kimberly menarik tangan Viera dan menghempaskannya, "Jangan kamu berani menyentuhku! Aku bukan wanita lemah seperti yang kamu kira. Teruskan saja aktingmu itu, tapi aku yakin suatu saat William akan sadar."
"Kita lihat saja. Aku meyakinkan dirimu bahwa Willian akan menjadi milikku. Dan aku yakin ia akan semakin membencimu."
"Kalau dia akan membenciku, kenapa kamu takut sehingga perlu mengancamku seperti ini?" ucap Kimberly sambil menatap tajam ke arah Viera.
"Aku hanya ingin kamu bersiap. Jangan sampai ketika saat itu datang, kamu akan terjatuh dan menangis," ucap Viera sinis.
"Kita lihat siapa yang nantinya akan menangis," ucap Kimberly sambil meninggalkan Viera yang saat ini sudah benar benar kesal.
"Lihat saja nanti, kupastikan kamulah yang akan menderita," gumam Viera.
*****
Di halaman depan kampus, sebuah mobil terparkir dengan seorang laki laki yang menggunakan kacamata hitam sedang bersandar pada mobil tersebut.
Meskipun memakai kacamata hitam, para mahasiswi yang lewat bisa melihat bahwa laki laki itu begitu tampan. Mereka berbisik bisik tentang siapa yang sedang ditunggu oleh laki laki itu.
Kimberly bertemu dengan Hanna saat ia melewati perpustakaan. Kebetulan Hanna baru saja keluar dari perpustakaan untuk mencari referensi mengenai topik yang akan ia angkat untuk bahan skripsinya semester depan.
"Kak Hanna," sapa Kimberly.
"Kim."
"Banyak sekali kak bukunya. Apa kakak lagi beberes perpustakaan?" goda Kimberly.
"Enak saja kamu," ucap Hanna tertawa, "Aku sedang mencari referensi untuk skripsiku semester depan."
"Aduhh, aku pengen banget deh ngerjain skripsi biar cepet lulus."
"Ya ampun, Kim. Kamu itu baru aja masuk, udah pengen keluar aja," ucap Hanna sambil menepuk bahu Kimberly, yang tiba tiba membuat buku buku yang dibawanya jadi kehilangan keseimbangan.
"Kak, sini. Aku bantu bawa. Kakak mau kemana?" tanya Kimberly.
"Aku mau pulang. Terima kasih Kim."
Mereka berjalan beriringan menuju pintu keluar. Sesampai disana, Kimberly yang melihat King sedang menunggunya, langsung melambaikan tangannya.
"Kak!! Kak King!" teriak Kimberly.
Hanna yang mendengar panggilan Kimberly, seketika membulatkan matanya melihat sosok laki laki yang berdiri dengan menggunakan kacamata hitam. Jantungnya berdegup dengan kencang, ia pun segera mengambil alih buku yang ada dalam gendongan Kimberly.
"Maaf Kim merepotkanmu. Kamu sudah dijemput kan? Pulanglah. Aku ada keperluan dengan dosen sebentar, aku lupa,"
"Tapi, Kak ..."
"Terima kasih sudah membantuku," Hanna langsung berbalik dan kembali masuk ke dalam gedung kampus.
Aktivitas tersebut tak lepas dari pandangan King. Wanita yang sudah lama tidak ia lihat, wanita yang pernah mengisi hari harinya. Rindu? Ya, tapi ego dan amarahnya jauh melebihi itu. Ia tak pernah menyangka bahwa wanita yang ia cintai justru memiliki hubungan dengan sahabatnya sendiri, padahal saat itu mereka sedang berpacaran.
"Kak!" teriak Kimberly lagi sambil berlari mendekati King.
"Sudah selesai semua?" tanya King.
"Sudah. Kenapa kakak menunggu di sini? Apa kakak tidak lihat kalau kakak jadi menarik perhatian banyak orang?" Kimberly melihat ke sekeliling, banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka, tepatnya melihat ke arah King.
"Aku hanya ingin melihat kampusmu saja," ucap King beralasan, padahal sebenarnya ia ingin sekali melihat wanita yang pernah mengisi hatinya dulu.
"Tapi lihat, orang orang menatap kakak seakan ingin menerkam kakak hidup hidup," ucap Kimberly yang jengah dengan tatapan orang orang.
"Mereka semua melihatku, bahkan ingin mendekatiku. Tapi dia, justru pergi menjauhiku," batin King.
"Ayo kita pulang kalau begitu."
King masuk ke dalam mobil, begitu juga dengan Kimberly. King melajukan mobilnya meninggalkan pelataran kampus. Sepasang mata memperhatikan mereka.
"King sudah kembali?"
*****
Hanna duduk sendiri di bangku taman kampus yang lokasinya berada di bawah pohon. Lokasi ini berada agak jauh, dan hanya ia, Anthony, dan juga Hansel yang mengetahuinya.
Ia meletakkan buku buku yang ia pinjam di sebelahnya, sementara ia memegang dadanya yang terasa begitu sesak saat melihat King. Ingatan masa lalunya kembali, dan sakit hatinya pun kembali.
* Flashback on *
"Jadi lo berdua ada main di belakang gue, huh?!" ucap King kala itu.
"Bukan gitu King, lo salah paham."
"Apa yang salah paham? Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri lo berduaan di sini dan gue juga denger semua yang lo omongin ke Sam. Gue nggak nyangka lo berdua tega khianatin gue."
"King, lo bener bener salah paham. Gimana kalau kita duduk bareng. Gue akan jelasin semuanya sama lo."
"Nggak ada yang perlu dijelasin. Lo boleh ambil dia. Gue nggak perlu wanita yang udah bekas dipakai sama orang, apalagi sama orang yang katanya sahabat gue."
King pun berbalik badan dan akan pergi meninggalkan mereka berdua.
"King, tunggu. Gue bisa jelasin semuanya," ucap Anthony sambil mencoba meraih lengan King, namun segera ditepis oleh King.
"Lo boleh milikin dia. Dan lo," ucap King sambil menunjuk ke arah Hanna, "lo cuma perempuan murahan yang mencari belaian ke sana ke mari. Apa masih kurang cukup apa yang gue kasih? Apa hati gue masih kurang? Lo masih nyari tempat laen."
King akhirnya meninggalkan Hanna dan Anthony. Hanna terduduk lesu. Ia baru saja menjalin hubungan dengan King selama 3 bulan, dan semuanya berhenti sampai di sini.
"An, maafin gue," ucap Hanna sambil menangis sesengukan.
"Ini bukan salah lo. King cuma salah paham. Kita tunggu suasana hatinya reda dulu, setelah itu kita akan bicara lagi dengannya."
* Flashback off *
Hanna memegang dadanya kuat kuat. Perkataan King saat itu benar benar menyakiti hatinya. Namun, ia segera menghapus air matanya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan King dan juga berusaha bangkit dari trauma yang ia alami.
Hanna langsung meraih buku bukunya dan menuju ke arah parkiran untuk segera pulang dengan motor matic miliknya.