NovelToon NovelToon
Tuan Muda Arogan

Tuan Muda Arogan

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Janda / Cinta Paksa / Mengubah Takdir / Keluarga
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: cemaraseribu

Bagaimana jadinya jika seorang CEO arogan yang paling berpengaruh se-Asia namun keadaan berbalik setelah ia kecelakaan menyebabkan dirinya lumpuh permanen. Keadaan tersebut membuatnya mengurungkan diri di tempat yang begitu jauh dari kota. Dan belum lagi kesendiriannya terusik oleh Bella, kakak iparnya yang menumpang hidup dengannya. Lantas bagaimana cara Bella menaklukkan adik ipar yang dilansir sebagai Tuan Muda arogan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Marah terus!

Eden memasuki mansion mewah yang didominasi oleh ornamen klasik dan mahal. Langkahnya tergesa-gesa sambil menggendong Bella yang terluka. Seorang maid yang berpakaian rapi segera menyambut kedatangannya.

"Astaga itu Non Bella kenapa Tuan Eden?" tanya Bik Asih.

"Nanti saya akan jelaskan, Bi. Tolong sekarang beritahu saya dimana kamar Nona Bella."

"Di sebelah barat, Mas. Kamar khusus pengasuh," jawab maid tersebut dengan suara lembut.

Eden terlihat kaget sejenak, "Masa Bella, yang notabene masih kakak ipar Tuan Muda, justru dikasih ke kamar pengasuh yang gak seberapa?" batin Eden yang menetralkan ekspresinya.

Dengan suara yang tetap profesional, Eden berkata, "Baik."

Mereka berdua berjalan cepat menuju kamar yang dimaksud. Begitu pintu dibuka, terlihat Lauren, putri Bella, yang tampak cemas melihat keadaan ibunya.

"Ibu, ibu cenapa?" tanya Asyifa dengan mata berkaca-kaca.

"Gapapa sayang, cuma luka," jawab Bella berusaha menenangkan putrinya meskipun rasa sakit masih terasa.

"Ih, ada dayahnya," Asyifa berseru kecil ketika melihat Eden yang biasanya jarang muncul.

"Lolen atut, Bak Tayi, ibu cenapa?"

"Ibu gapapa kok Sayang, jangan takut ya. Cuma luka aja," ucap maid yang bernama Tari. Yang tadi main sama Lauren.

Eden menoleh ke maid, "Kotak P3K mana,?"

Maid itu segera menyerahkan kotak P3K kepada Eden, "Ini Tuan."

Dengan cepat dan cekatan, Eden mulai membersihkan luka Bella sambil sesekali memberikan pandangan penuh kekhawatiran. Sementara itu, Asyifa duduk di sisi tempat tidur, memegang tangan ibunya, berusaha keras untuk tidak menangis melihat ibunya

"Ibu yang cuat ya. Lolen ada di camping ibu." Anak sekecil itu sudah sangat paham jika ibunya kesakitan.

Bella terharu dengan sikap Lauren, walaupun Asyifa hanyalah anak umur sekitar 2.5 tahun tapi sangat dewasa bersikap. "Iya Sayang, jangan lihat darahnya ibu ya."

********

Sedangkan itu, Bik Asih dengan gerak cepat dan langkah kaki yang tergesa-gesa, Asih, kepala maid di rumah besar itu, mengetuk pintu kamar Tuan Muda.

Namun, meski mendengar ketukan itu, Tuan Muda hanya  berdiam diri di depan pintu, enggan menjawab. Ada rasa gengsi yang menggelayuti hatinya, membuatnya tak ingin terlihat terlalu antusias atau terganggu.

Dengan sengaja, ia mengarahkan kursi rodanya perlahan menuju ranjang, seolah-olah tenggelam dalam lamunannya sendiri.

"Masuk," ucapnya akhirnya, suaranya datar dan dingin, tak menyiratkan emosi apa pun. Asih menarik napas dalam-dalam sebelum mendorong pintu perlahan. Ia menundukkan kepala, menghormati Tuan Muda yang duduk dengan postur tubuh tegap di kursi roda.

"Ada apa?" tanya Tuan Muda, matanya tidak menatap Asih, seolah-olah pertanyaan itu hanya formalitas belaka.

"Maaf, Tuan Muda, mengganggu waktunya," Asih memulai, suaranya bergetar sedikit karena gugup.

"Langsung ke intinya," potong Tuan Muda, tidak sabar.

Asih menelan ludah, merasakan beratnya kabar yang akan disampaikan. "Nona Bella, pengasuhnya, terluka akibat ditabrak oleh warga lokal yang tidak sengaja buru-buru," ucap Bik Asih.

"Biarin aja, itu urusan dia. Bukan urusan saya." Bik Asih agak terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Tauke Muda.

"Baiklah Tuan, kalau begitu saya permisi."

Tuan Muda yang mendengar itu sok tidak peduli. Berulang kali ia mencoba tidak peduli tapi rasanya tetap sulit. Akhirnya ia memanggil Asih kembali.

"Seberapa parah lukanya?" Mendengar pernyataan Tuan Muda, Asih yang berada di ambang pintu pun kian berbalik.

"Kaki, siku, dan lutut luka semua, Tuan. ada sedikit baret di muka juga." Tauke Muda menghela nafas.

"Ckkk panggilkan dokter."

"Baik Tauke, dokter Frans ya, Tauke?" tanya Bik Asih.

"Jangan dokter yang laki-laki, pilihkan dokter perempuan. Hubungi dokter Sheilla."

"B-baik Tuan Muda." Bik Asih agak kaget dengar Tuan Muda begitu memperhatikan Bella walaupun dari kejauhan.

*********

Bella diperiksa dan diberikan pertolongan medis oleh dokter Sheilla. Disaksikan oleh Eden dan Lauren. "Lolen atut... " ucap Lauren yang berdiri di belakang Eden.

Dr. Sheilla dengan lembut memeriksa luka Bella, tangannya cekatan membalut dengan perban yang steril. Di belakang Eden, Syifa mengintip, matanya besar terlihat cemas.

"Ibu sedang diobati sama Bu Dokter, Lauren gak perlu takut ya," ujar Eden, berusaha menenangkan gadis kecil itu dengan suara yang lembut.

"Itu Bu dokternya bawa cus cus," kata Lauren, suaranya bergetar, "cus cus" dalam kamusnya adalah suntikan.

"Tidak, Sayang, Ibu gak disuntik kok," sahut Dr. Sheilla, tersenyum menenangkan. Dia memahami ketakutan anak kecil terhadap jarum suntik.

Perlahan waktu berlalu, Dr. Sheilla menyelesaikan pemeriksaannya dengan teliti. Setelah memastikan semua perawatan telah dilakukan, dia mulai berkemas. Dia memberikan beberapa botol kecil kepada Bella.

"Sudah ya, Nyonya. Ini salep dan obat luar biar luka cepat kering," jelasnya sambil menyerahkan obat-obatan tersebut. "Dan ini dikonsumsi tiga kali sehari."

"Baik terimakasih ya Dok."

"Kalau begitu saya permisi." Eden pun mengantar dokter Sheilla untuk keluar. Namun, alangkah terkejutnya ketika Eden melihat Tuan Muda sudah menajamkan pandangannya pada asistennya itu.

"Tuan Muda, saya permisi terlebih dahulu," ungkap Dokter Sheilla pada Tuan Muda. Tauke Muda hanya mengangguk saja.

Eden menunduk hormat pada Tuan Muda saat ini. Ia berdiri di hadapan Tuan Muda. "Tuan Mu... "

"Ada apa kamu kesini, Eden?" tanya Tauke Muda sinis.

"Saya kemari untuk memantau kondisi Tuan Muda sekaligus mengabarkan bahwa perusahaan kita mengalami penurunan performa akibat... "

"Saya tidak ada urusan lagi dengan Metro Group. Serahkan semua ini pada Tuan Besar."

Eden pun menatap Tuan Mudanya dengan tatapan penuh harapnya. "Tapi Tuan Muda.. "

"Bagaimana keadaan Bella?" tanya Tuan Muda yang tiba-tiba menanyakan keadaan Bella.

"Nona Bella baik baik saya Tauke, hanya perlu pemulihan saja." Kemudian, tiba-tiba Bella pun keluar dengan kaki yang ia seret itu.

"Tuan Muda disini?" tanya Bella tersenyum tipis. Ia senang karena Tauke Muda suda lh berani untuk keluar dari kamarnya.

"Ngapain kamu keluar?" tanya Tuan Muda tanpa menjawab pertanyaan yang sebelumnya dilontarkan oleh Sakiya.

"Oh saya mau berterimakasih sama Eden, Tuan. Dia sudah bantu saya tadi. Malahan dia juga yang panggilin saya dokter." Bik Asih yang berada di belakang Tuan Muda sudah menggeleng sebagai kode bahwa bukan Eden yang menyuruh Dokter Sheilla kesini.

Bella melihat ke arah Bik Asih yang gerak wajahnya serta mimiknya cukup aneh banget. Sakiya mengerutkan dahinya. "Apa maksud Bik Asih?" tanya Bella heran.

Eden menggeleng, "Maaf Nona Bella saya tidak memanggilkan Anda dokter tadi. Barangkali mungkin Tuan Muda."

Pandangan Bella langsung tertuju pada Tuan Muda. "Tuan Muda yang manggilin dokter tadi?"

Tuan Muda menatap sinis Bella. "Kalau bukan saya siapa? Setan?" tanya Tuan Muda kesal.

"Hehehe maaf ya Tuan, saya tidak tahu." Tuan Muda lantas pergi begitu saja menuju kamarnya. "Ckkk kamu, ikuti saya."

Bella kebingungan. "Kamu? Saya, Tuan?"

"Iya lah, siapa lagi!"

"Huffttt marah marah mulu," ungkap Bella pelan. Eden yang merasa terabaikan, ia pun langsung mendekat ke Tuan Muda.

"Tuan, saya gimana?"

"Nanti! Saya mau bicara sama Bella dulu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!