Seorang anak kecil yang kuat dan tangguh sehingga menjadi sukses diusia dewasa, mampu melawan kerasnya kehidupan dunia.
Diusianya yang memasuki belasan tahun ia harus diuji dengan lingkungan yang toxic sehingga menjadikan dia perempuan tangguh dan harus mampu menjalani kerasnya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
"AlhamduLillah. Suatu kehormatan pak, akhirnya mampir dirumah. Ayo dimakan cemilannya dan diminum, hanya ada itu." setelah bersalaman lalu berucap basa basi, kemudian duduk dikursi disamping istrinya. Istrinya yang membawakan minum dan cemilannya keluar.
"Iya pak. Bersilaturrahim sambil ajak anak² jalan² sore. Maaf pak Boy kalau kedatangan saya mengganggu aktivitas bapak dan ibu." ucap ayah Ahsan merasa tidak enak.
"Tidak pak, kami hanya bersantai bersama keluarga dibelakang. Jadi tadi dari rumah langsung kesini pak?"
"Iya. Ini ajak anak² jalan² sekalian mau pamit, rencana besok mau pulang ke Tenggara." ujar ayah Ahsan.
"Loh kok mendadak?" tanya papa Boy dan mama Tasya bersamaan.
"Sebenarnya dari kemarin² pak, bu, hanya baru sempat kesini. Kami berdua yang pulang, ibunya dan adik²nya belum." jawab ayah sambil tersenyum seraya menunjuk dirinya dan Reni yang akan pulang duluan.
"Oh begitu, sini Ren." ucap mama Tasya. "Boleh mama peluk kamu?" Reni hanya mengangguk. "Mama pasti merindukan kamu. Jadi anak pintar ya, nanti kalau kesini lagi jangan lupa mampir ke rumah mama." Reni hanya mengangguk sambil tersenyum. "Pintar, ajak adiknya kesini. Ayo panggil, sini mama peluk semua." Reni melambaikan tangan memanggil Nayla, karena Naysa masih dipangkuan ayah.
"Namanya siapa?" tanya mama Tasya saat Nayla sudah mendekat.
"Namaku Nayla, dan adikku Naysa." ucapnya pelan.
"Wah pintar, Nayla bobo sini ya?" Nayla hanya geleng² kepala.
"Ayo makan kuenya, mau yang ini?" tunjuk maba Tasya pada astor. Mereka mengangguk setuju, bukan hanya astor tetapi ada juga donat dan permen diatas meja.
"Iya." jawab Reni dan Nayla bersamaan, Naysa juga mau makan astor.
"Kalau kurang nambah lagi." ujar mama Tasya.
"Mana pale Rey ma?" tanya Reni.
"Rey dibelakang nak, dia sedang main sama neneknya. Mau ke belakang ayo?" mereka mengangguk lalu mengekor dibelakang mama Tasya menuju dapur. Sedangkan papa Boy dan ayah Ahsan sudah sibuk dengan obrolan tentang pekerjaan.
"Hay Ron, kamu ngapain?"
"Aku ambil minum ma?" Roni berada depan kulkas atau lemari pendingin hendak mengambil minum lalu mamanya mengagetkannya. "Ada apa ma?" tanyanya.
"Itu ada Reni, ajak main gih, sama Rey dan Nayla juga!" ujar mama Tasya.
"Huh mama ada² saja deh. Masak main sama perempuan, main apa coba!" gerutunya dalam hati.
"Ren, menggambar yuk? Kamu suka gak?" tanyanya ramah meski tanpa senyum.
"Iya mau, dimana?"
"Itu adiknya Reni cuek banget, apa aku juga kayak gitu ya?" gumam Roni dalam hati. "Didepan televisi saja yuk." ajak Roni.
"Mama, aku mau menggambar ya sama Roni didepan televisi!"
"Iya Ren, sana menggambar, mama kasih mandi Rey dulu ya, karena dah sore juga!" jawab mama Tasya ramah. Mereka menuju depan televisi untuk menggambar, lalu mama Tasya kebelakang mencari keberadaan nenek dan Rey.
"Ini buku untukmu dan ini untukmu." Roni memberikan buku gambar satu satu buat Reni dan Nayla. Naysa tetap dipangkuan ayahnya, sibuk makan astor.
"Makasih Ron." ucap Reni.
"Sama²." sebelum maghrib ayah Ahsan, Reni, Nayla dan Naysa pamit pulang.
"Ini bawa pulang Ren, untuk oleh² ya." mama Tasya memberikan satu tas kecil cemilan atau makanan ringan buat Reni, Nayla, dan Naysa supaya adil, tetapi isinya tidak sama karena Reni yanh akan pulang makanya diberikan oleh² lebih banyak.
"Terima kasih mama, mama baik deh." ucap Reni tulus. Mama Tasya hanya tersenyum ramah, Nayla hanya mengangguk membenarkan.
"Kenapa ibunya tadi tidak ikut pak?" tanya mama Tasya pada ayah.
"Tidak bu, ada kesibukan di rumah jadi anak² ikut saya. Mari ki semua." setelah pamit dan menjawab salam mereka pulang.
***
"Mama tadi kasih oleh² lebih buat Reni? Karena dia mau pulang besok."
"Iya pa, tadi mama sudah kasih oleh² lebih, kalau bingkisan untuk Nayla dan Naysa hampir sama, kalau Nayla mama kasih lebih uangnya 50rb, Naysa 20rb, kalau Reni 300rb."
"Ya sudah kalau kayak gitu. Mama terlihat sayang banget sama Reni." ujar Papa Boy.
"Iya pa, mama kan pengen anak cewek pa. Seandainya mama boleh berpendapat, mama akan usulkan supaya Reni sekolah disini saja, biar mama bantu biayanya."
"Ya sudah lah ma, itu keputusan mereka, mereka lebih berhak atas anaknya! Papa sudah tes DNA memang Reni anak mereka."
"Ha? Kok papa sampai tes DNA, gimana caranya?" tanyanya penasaran.
"Sudah mama gak usah pikir macam², yang penting sekarang sudah tau kejelasannya." mama Tasya hanya mengangguk.
"Masuk yuk maghrib nih!" ujar papa Boy mengalihkan pembicaraan. "Sudahlah ma. Ikhlaskan saja!" nasehatnya.
"Iya pa. Mama coba ikhlas saja."
"Gitu dong istri papa ini, yang pintar, penurut sama papa." ucap papa menggoda mama. Mama Tasya hanya cemberut.
"Ma, emang Reni jadi pulang ke Tenggara ya? Kapan?" tanya Roni beruntun.
"Iya Ron, rencana besok, makanya tadi dia kesini bersama ayah dan adik²nya." jawab papa Boy. Mama Tasya hanya menghela nafas berat, berusaha untuk tetap tenang dan ikhlas karena Reni harus pulang kampung. "Sudah ma, lain kali kita masih bisa ketemu lagi." ujar papa Boy menenangkan.
"Iya papa bener, mama hanya sedih saja, mama masih pengen Reni disini, bermalam disini saja belum pernah pa." ucap mama Tasya sendu.
"Gak baik juga kalau Reni bermalam disini ma, kita bukan keluarganya dan juga ada Roni anak kita cowok." jelas papa Boy. Mama Tasya hanya mengangguk saja. "Udah yuk shalat berjamaah dulu, baru mengaji. Rey sama neneknya ya?" tanya papa Boy.
"Iya pa. Rey anak nenek." jawabnya sambil tersenyum.
"Gak apa², biar jadi teman dan hiburan buat neneknya." sahut pak Boy lagi.
Mereka shalat maghrib berjamaah lalu mengaji bersama.
"Nek, Rey sama nenek ya?" tanya Roni pada neneknya.
"Iya Ron, kenapa?" jawab nenek agak keras karena berada dalam kamar. "Masuklah Ron." ujar nenek lagi. Roni masuk lalu mendekat ke nenek dan Rey yang berada di pinggiran ranjang sedang duduk sambil bermain.
"Nenek sudah shalat maghrib?" tanya Roni.
"Belum, kamu temani adik kamu ya? Nenek mau shalat dulu, dia lebih suka dipinggiran begitu, nenek hanya khawatir dia jatuh."
"Iya nek, kalau gak mau suruh ke tengah ranjang biarin saja dia jatuh nek." ucap Roni usil.
"Sssttt kamu jangan sembarangan kalau ngomong." tegur nenek seraya melangkahkan kaki menuju kamar mandi didekat dapur. "Apa dia lupa kalau dia saja masih sedih kehilangan kembarannya." ujar nenek dalam hati dengan menggelengkan kepalanya merasa heran dengan cucunya.
"Rey, sudah besar kamu de, sehat² ya. Maaf kakak belum bisa jadi kakak yang baik buat kamu dan Reni." gumam Roni dalam hati. Kemudian dia bermain robot²an bersama Rey, karena serunya hingga mereka tidak menyadari bahwa neneknya sudah selesai shalat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Happy reading ya ♡♡♡
Jangan lupa ☆☆☆☆☆