Demi menutupi skandal adik dan tunangannya, Haira terpaksa menerima pertukaran pengantin. Dia menikah dengan pria yang akan dijodohkan dengan adiknya, yaitu Aiden yang merupakan orang biasa.
Bagaimana jika Haira mengetahui bahwa Aiden adalah CEO Alexan Group yang terkenal tajir melintir?
Dan apa yang melatarbelakangi penyamaran Aiden menjadi orang biasa?
Yuk kita simak kisahnya.
Follow instagram @yenitawati24 untuk mendapatkan informasi terupdate.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Setelah surat rumah sakit keluar, Aiden dan Haira pun pulang.
Sesampainya di rumah, para tetangga pun datang menjenguknya termasuk bu Asih, orang yang hendak dia labrak dulu. Andai saat itu Aiden tidak mencegahnya, tentu saat ini bu Asih sudah resmi menjadi musuhnya dan mungkin sekarang sedang bersyukur atas insiden yang menimpanya.
"Haira, maaf ya. Kami baru menjenguk sekarang," ucap bu Evi.
"Iya tidak apa-apa, Bu. Terima kasih ya sudah menjenguk saya," sahut Haira.
"Suamimu sangat perhatian sekali ya, sangat kelihatan betapa dia mencintaimu," sambung bu Asih. Kebetulan Aiden sedang pergi ke kamar mandi.
"Masa sih, bu." Haira tersenyum malu.
"Iya, apa kau tau kemarin Aiden habis membungkam mulut bu lurah yang bawel itu," ucap bu Evi.
"Hah? Bagaimana bisa?" tanya Haira serius.
"Begini ceritanya...."
Flashback On
Aiden pulang ke rumah untuk mencuci pakaian Haira dan mempersiapkan gantinya. Tidak termasuk pakaian dalam, itu urusan ibunya.
Saat sedang menjemur pakaian Haira, bu lurah lewat dan menyapanya.
"Selamat pagi Aiden," sapa bu lurah. Istri Pak lurah itu berumur dua puluh sembilan tahun.
"Selamat pagi, Bu," sahut Aiden.
"Kemana istrimu, kok kau yang mencuci pakaian?" tanya bu lurah.
"Istri saya sedang sakit. Sekarang menjalani perawatan di rumah sakit," jawab Aiden.
"Oh, manja sekali sih. Biasanya kalau tinggal disini, cukup berobat ke bidan di daerah ini saja sudah cukup."
Aiden hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan bu lurah.
"Diberi tahu kok malah senyum. Kau jangan terlalu memanjakan istrimu nanti keenakan!"
Aiden masih diam. Jika saat ini dia adalah Alexander, maka sekarang juga suami bu lurah akan kehilangan jabatannya.
"Kalian ini pasangan sok romantis. Sok harmonis. Hidup kekurangan saja malah sok pergi ke rumah sakit."
Kali ini Aiden tidak diam. Dia membalas ucapan bu lurah.
"Jika rumah tanggamu tidak harmonis dan suamimu tidak romantis, itu bukan salahku," ucap Aiden dengan tatapan dingin.
"Apa maksudmu? Kau mau mengatai suamiku ya?" Bu lurah melotot tajam.
"Sebaiknya kau pulang dan urus rumah tanggamu. Apa kau pikir aku tidak tau kalau suamimu sering main judi di jln. xxx?" Katakan padanya untuk menyisakan sedikit uang untuk membungkam mulutmu."
Bu lurah terkejut. Dia tidak menyangka Aiden mengetahui bahwa suaminya seorang penjudi berat.
"Jangan fitnah. Saya bisa melaporkan mu ke polisi," ancam bu lurah.
"Silakan, agar aku bisa sekalian menunjukkan tempat dimana suamimu sering berjudi dengan ditemani gadis muda."
Bu lurah kembali terkejut. Aiden mengetahui juga jika suaminya suka main perempuan. Padahal selama ini dia menutup rapat kejelekan suami nya agar posisinya aman.
"Kau diamlah, dasar orang miskin!" hardik bu lurah.
"Biarpun kami miskin tapi kami saling mencintai. Tidak sepertimu. Hidup penuh dengan kebohongan suami. Aku saja sebagai laki-laki malu melihat kelakuan suamimu. Apalagi kau, ternyata kau itu bermuka tembok ya. Suami salah tetap dibela. Dasar bucin harta!"
"Halah, baru punya istri cantik saja sudah bangga!"
"Tentu aku bangga. Istriku cantik, baik, dan bisa menjaga lisannya. Bukan istri yang gila harta dan gila jabatan suami!" Aiden kembali membungkam kata-kata bu lurah.
Dengan wajah penuh kekesalan, bu lurah pergi dari tempat itu. Sementara bu Evi dan bu Asih tertawa cekikikan melihat ekspresi bu lurah tadi. Baru kali ini ada yang mematahkan setiap ucapannya.
Flashback Off
"Masa Aiden berkata begitu?" tanya Haira lagi ingin meyakinkan.
"Aiden benar-benar suami idaman. Bahkan tidak ada dirimu, dia tetap membelamu. Sudah tampan, baik, perhatian lagi," puji bu Evi.
"Hus sadarlah, sudah punya suami masih saja genit," gerutu bu Asih.
Bu Evi hanya cekikikan dan seketika obrolan mereka terhenti karena Aiden sudah kembali dengan tiga cangkir teh termasuk untuk Haira. "Silakan diminum ibu-ibu," ucapnya.
Mereka pun meminum teh itu sambil mengulum senyuman. Setelah teh habis dan obrolan berakhir, mereka pun pulang sambil menyalamkan amplop untuk Haira.
"Eh, apa ini bu. Tidak, jangan repot-repot," tolak Haira.
"Hahaha, kau lucu sekali tapi memang begini lah kebiasaan warga disini jika menjenguk orang yang sedang sakit," jelas bu Asih.
Haira menoleh kepada Aiden dan mendapat anggukan dan senyuman darinya. Haira pun menerima amplop tersebut dan mengucapkan terima kasih.
Setelah kepergian bu Evi dan bu Asih, Haira pergi ke kamar. Menyusul Aiden yang langsung mengunci kamar.
"Ke-kenapa dikunci?" tanya Haira dengan gugup.
"Kenapa? Pintu ini kan punya kunci," ucap Aiden.
"Ya tapi kenapa di kunci?"
Aiden melangkah mendekati Haira yang masih berdiri mematung. "Tenang lah, aku tidak akan meminta hakku sekarang," ucapnya sambil mengusap kepala Haira.
Haira tersenyum. "Kau belum menyelesaikan kalimat mu saat di rumah sakit."
"Kalimat yang mana?" tanya Aiden.
"Kau mengatakan 'siapa bilang', begitu," ucap Haira.
"Yang mana ya? Aku lupa? Memangnya saat itu kita membicarakan apa?"
"Ya sudah lah kalau tidak ingat." Haira melipat tangannya didada dan membalikkan badan membelakangi Aiden.
Aiden melangkah perlahan lalu memeluknya dari belakang. Astaga jantung Haira seakan berhenti karenanya. Aiden membisikkan sesuatu ke telinga Haira.
"Aku juga tidak akan mau melakukannya jika tidak ada cinta. Aku hanya akan melakukannya bersama wanita yang aku cintai. Bahkan ini pertama kalinya aku memeluk seorang wanita setelah alm Grandma." Aiden membenamkan wajahnya ke leher Haira. Meresapi setiap wangi dan desiran rambut yang terurai indah.
Jantung Haira semakin berdegup kencang. Rasanya tubuhnya mati rasa hingga tidak bisa menolak.
"Bagaimana denganmu?" tanya Aiden sambil mendaratkan dagunya di bahu Haira.
Haira masih diam.
"Apa aku harus memulainya sekarang?"
"Kau tidak bilang apapun!" ucap Haira seketika.
"Kau mau aku bilang apa?"
"Kau memang tidak peka!" gerutu Haira.
Aiden membalikkan tubuh Haira hingga kini mereka berhadapan dan bersitatap.
Haira tampak sangat gugup. Dengan perlahan Aiden membimbing tubuh Haira ke atas ranjang dan membaringkannya. Dia menatap Haira dengan serius. Haira terlihat tegang dan gugup. Dia melihat betapa tampan dan gagahnya Aiden saat ini.
"Aiden lepaskan!" ucap Haira sambil mendorong dada Aiden agar menjauh.
"Apa kau yakin ingin aku lepaskan?" Aiden menahan kedua tangan Haira hingga sejajar dengan kepalanya dan menatap dengan serius.
Haira terdiam sejenak lalu berkata, "Katakan apa yang ingin aku dengar!"
"Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu, Hairaku," ucap Aiden dengan penuh cinta.
Haira tersenyum.
"Kenapa malah tersenyum, kau belum membalas ucapanku," ucap Aiden.
"Aku...juga mencintaimu," sahut Haira.
Aiden tersenyum senang mendengar nya. Dengan perlahan dia mendaratkan sebuah ciuman di bibir Haira. Haira yang mendapat serangan mendadak langsung membalasnya hingga ciuman panas pun terjadi.