Hidup Naura yang sudah menderita itu, semakin menderita setelah Jessica anak dari Bibinya yang tidak sengaja menjebak Naura dengan seorang pria yang dikenal sebagai seorang preman karena tubuhnya yang penuh dengan tato, berbadan kekar dan juga wajah dingin dan tegas yang begitu menakutkan bagi warga, Naura dan pria itu tertangkap basah berduaan di gubuk hingga mereka pun dinikahkan secara paksa.
Bagaimana kelanjutannya? siapakah pria tersebut? apakah pria itu memang seorang preman atau ada identitas lain dari pria itu? apakah pernikahan mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita Obati Lukamu
"Tidak! Jangan begini!" Naura panik.
Naura mencoba memutar baut itu, tetapi tangannya gemetar dan panas api dari bawah membuat tenaganya cepat terkuras, ia mulai terbatuk hebat, matanya perih karena asap.
Di bawahnya, Bibi Aulia dan Jessica, yang masih mengawasi dari kejauhan, tertawa kecil penuh kemenangan saat melihat api semakin membesar dan atap rumah mulai mengeluarkan bunyi krak yang menyeramkan.
"Sempurna, Pa! Dia pasti sudah hangus di dalam," bisik Bibi Aulia, suaranya dipenuhi kegirangan dan Paman Carlo hanya diam, menundukkan kepala.
Kembali ke loteng, Naura kehabisan waktu. Ia melihat sepotong besi tua mungkin bekas gagang sapu yang patah tergeletak di dekatnya. Naura meraihnya dengan sisa tenaga dan dengan sekuat tenaga, ia memukul baut jendela itu berulang kali.
Brakk! Brakk!
Akhirnya dengan hantaman terakhir yang didorong oleh keputusasaan, baut itu patah. Naura mendorong jendela itu terbuka, udara segar yang dingin langsung menyerbu masuk, memberikan kelegaan sejenak bagi paru-parunya yang terbakar.
Naura melihat ke bawah, di mana jendela itu menghadap ke halaman samping yang berumput, tidak terlalu tinggi, tetapi cukup berisiko untuk melompat, apalagi dalam kondisi rumah yang terbakar.
Dengan keberanian yang didorong oleh naluri bertahan hidup, Naura berusaha memaksakan tubuhnya melalui celah jendela yang sempit. Bahunya terasa terjepit dan ia harus berjuang keras.
Ketika ia setengah berhasil keluar, kakinya tersangkut di pinggiran jendela. Pada saat yang sama, ia mendengar suara gemuruh keras. Atap di ruang tamu ambruk dan getaran itu terasa hingga ke loteng.
Naura tidak punya waktu lagi, dengan satu dorongan kuat, ia berhasil melepaskan diri dan jatuh terjerembap ke rumput. Rasa sakit langsung menjalar ke tubuhnya, tetapi ia tidak peduli, ia segera berguling menjauh dari dinding rumah.
Dari kejauhan, Bibi Aulia berteriak keras saat melihat siluet Naura terhuyung-huyung di halaman.
"Astaga! Dia masih hidup!" teriak Bibi Aulia, amarahnya meluap karena rencana jahatnya gagal total.
Naura yang terengah-engah dan penuh luka lecet, bangkit berdiri. Ia melihat rumahnya yang kini menjadi kobaran api raksasa. Tiba-tiba, ia mendengar suara mobil yang mendekat dengan cepat dan rem mendadak.
Aiden yang entah kenapa merasa tidak tenang sejak meninggalkan rumah, berbalik arah. Matanya membelalak melihat pemandangan neraka di depannya. Ia segera melompat keluar dari mobil, wajahnya pucat karena syok dan langsung berlari menuju Naura.
"Naura!" panggil Aiden.
Aiden berlari cepat, menerjang panas yang memancar dari rumah yang kini hampir seluruhnya dilalap api. Ia segera memeluk Naura yang terbatuk-batuk, tubuhnya gemetar karena kedinginan, syok dan ketakutan.
"Kamu tidak apa-apa? Ada yang terluka? Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Aiden bertubi-tubi, matanya dipenuhi kekhawatiran dan amarah yang mulai membara.
Naura mencengkeram lengan Aiden. "Api... itu disengaja, Den. Ada bau bensin. Seseorang yang melakukannya..." Suaranya tercekat dan ia kembali terbatuk.
Aiden menoleh ke sekeliling, matanya yang tajam menyapu kegelapan di luar jangkauan cahaya api. Saat itu, ia melihat pergerakan cepat di balik semak-semak, sekitar lima puluh meter dari mereka, seseorang sedang berlari menjauh.
"Sialan!" desis Aiden. Ia tahu, di tengah desa yang sepi ini, kebakaran sebesar ini pasti adalah ulah terencana.
Aiden yang datang bersama Fandy pun langsung menatap asistennya itu dan tanpa diberitahu pun Fandy mengerti dan ia segera mencari informasi tentang penyebab kebakaran rumah Naura.
Aiden menoleh kembali ke Naura, wajahnya kini mengeras, dipenuhi kemarahan yang terkendali. "Jangan khawatir, Naura. Kita urus lukamu dulu. Aku akan memastikan orang yang melakukan ini membayar mahal," ucap Aiden.
Aiden melihat kondisi Naura yang begitu menyedihkan, ia langsung menggendong sang istri dan membawa masuk kedalam mobil.
"Kita mau kemana Mas?" tanya Naura.
"Kita obati lukamu," ucap Aiden.
Tak lama setelah itu, mereka sampai di rumah sakit dan Naura pun segera diobati. Setelah Naura diobati, Aiden memutuskan agar Naura terap dirawat di rumah sakit sampai keadannya benar-benar membaik.
Tak tanggung-tanggung, Aiden menaruh Naura di kamar inap vip agar Naura nyaman, tapi hal itu membuat Naura merasa tidak nyaman karena harga kamar inap vip begitu mahal.
"Mas, kita pulang aja ya. Aku juga udah gak sakit lagi," ucap Naura.
"Nanti dulu, lagian pulang kemana? rumah kamu udah kebakar," ucap Aiden.
"Kan masih ada rumahnya Juragan Adit yang dekat perkebunan," ucap Naura.
"Gak bisa, rumah itu udah kotor buat hasil panen," ucap Aiden.
Setelah Naura dan Aiden tidak tinggal di rumah itu, Aiden memang mengambil semua barang-barangnya dan rumah itu dibuat untuk menyimpan hasil panen dan untuk sekarang Aiden tidak sempat menyuruh anak buahnya untuk membersihkan rumah tersebut.
"Terus, kita tinggal dimana Mas?" tanya Naura.
"Kalau masalah itu gampang, kamu istirahat dulu. Aku harus keluar sebentar urus administrasinya," ucap Aiden lalu keluar dari kamar inap Naura.
Aiden hanya mencari alasan agar ia bisa keluar, di mana Fandy sudah ada didepan kamar inap tersebut.
"Bagaimana?" tanya Aiden.
"Saya sudah menemukan pelaku pembakarannya Tuan," ucap Fandy.
"Siapa? apa Paman dan Bibinya?" tanya Aiden.
"Iya, Tuan. Mereka menyewa orang untuk membakar rumah tersebut, saya sudah memiliki bukti kejahatan mereka, mereka tertangkap cctv milik warga dan saya sudah menutup semua akses keluar untuk mereka. Saya jamin, jika mereka tidak akan bisa kabur," ucap Fandy.
"Bagus, kau tetap awasi mereka dan segera laporkan mereka ke polisi, ingat mereka harus dihukum berat atas perbuatan mereka," ucap Aiden.
"Baik, Tuan," ucap Fandy.
Melihat Fandy yang diam ditempat membuat Aiden bingung, "Ada apa?" tanya Aiden.
"Ada yang harus saya smapaikan pada Tuan, jika Tuan Robert saat ini membuat masalah, dia mengadakan rapat untuk mengambil alih perusahaan keluarga Tuan," ucap Fandy.
"Biarkan, aku tidak peduli dengan perusahaan itu. Aku bisa sukses dengan perusahaan yang kubangun sendiri, jadi aku tidak punya keinginan untuk memiliki perusahaan keluargaku," ucap Aiden.
"Tapi, Tuan Robert membuat beberapa perizinan perusahan bermasalah dan perusahaan tidak bisa mengatasinya," ucap Fandy.
"Perizinan pemerintah?" tanya Aiden.
"Iya, Tuan," jawab Fandy.
"Apa ini saatnya aku kembali?" tanya Aiden.
"Iya, Tuan. perusahaan saat ini sangat membutuhkan Tuan," ucap Fandy.
"Aku akan kembali setelah Naura pulih, untuk saat ini aku harus tetap berada disini dan menghukum orang-orang yang sudah mencelakai Naura," ucap Aiden.
"Baik, Tuan. Saya akan menyiapkan semuanya," ucap Fandy dan diangguki Aiden.
Setelah itu, Aiden kembali masuk kedalam kamar inap Naura dan melihat Naura yang sudah terlelap. 'Aku akan tunjukkan pada mereka siapa itu Aiden Javier Andrean,' batin Aiden.
.
.
.
Bersambung.....