Inara harus menelan pil pahit ketika Hamdan, sang suami, dan keluarganya tak mampu menerima kelahiran anak mereka yang istimewa. Dicerai dan diusir bersama bayinya, Inara terpuruk, merasa sebatang kara dan kehilangan arah.
Titik balik datang saat ia bertemu dengan seorang ibu Lansia yang kesepian. Mereka berbagi hidup, memulai lembaran baru dari nol. Berkat ketabahan dan perjuangannya, takdir berbalik. Inara perlahan bangkit, membangun kembali kehidupannya yang sempat hancur demi putra tercintanya.
Di sisi lain, Rayyan Witjaksono, seorang duda kaya yang terluka oleh pengkhianatan istrinya akibat kondisi impoten yang dialaminya. Pasrah dengan nasibnya, sang ibu berinisiatif mencarikan pendamping hidup yang tulus, yang mau menerima segala kekurangannya. Takdir mempertemukan sang ibu dengan Inara,ia gigih berjuang agar Inara bersedia menikah dengan Rayyan.
Akankah Inara, mau menerima Rayyan Witjaksono dan memulai babak baru dalam hidupnya, lengkap dengan segala kerumitan masa lalu mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memanfaatkan situasi
Malam itu, setibanya di rumah, Tuan Santoso menggerutu kesal, dan sang istri yakni Amara penasaran mengapa suaminya tiba-tiba bersikap demikian.
"Pah, kamu ini kenapa? Baru datang sudah ditekuk begitu!" Amara melipat kedua tangannya di atas dada, ia begitu intens memperhatikan suaminya.
Sedangkan Tuan Santoso mendengus kesal, ia mengusap tengkuknya kasar.
"tadi apakah kau tahu aku bertemu dengan siapa di restoran setelah aku menjamu klien penting ku?"
Amara menggeleng cepat. "tidak Pah, memangnya Papah bertemu dengan siapa?"
Tuan Santoso menghela napasnya pelan.
"Inara!"
Deg!
"Wanita itu... Ngapain dia ada di restoran mewah? Dia kerja jadi pelayan di sana? Atau jadi cleaning service mungkin?"
Lalu Tuan Santoso duduk di kursi ruang tamu, ia melepaskan satu kancing di bagian kerah kemejanya dan menarik dasinya secara kasar.
"kau salah Sayang, wanita itu sedang bersama Tuan Rayyan Witjaksono!"
Seketika Amara tercekat, kedua bola matanya melotot.
" Apa Pah? Aku tidak salah dengar kan? "
Dari arah lain, rupanya Hamdan diam-diam mendengar percakapan kedua orangtuanya.
'Tidak mungkin, Inara ku bersama Tuan Rayyan? Pasti Papah salah lihat' gumamnya pelan.
Lalu, tak lama Hamdan muncul diantara kedua orangtuanya, Tuan Santoso dan istrinya terkejut tak percaya.
" Loh Hamdan, sejak kapan kau ada di sini, bukan kah tadi kamu ada di kamar?" tanya Amara panik.
Namun sayangnya Hamdan tak menghiraukan pertanyaan dari ibunya, ia lebih fokus kepada Papahnya.
" Pah, apa yang Papah barusan katakan itu adalah benar? Papah lihat Inara bersama dengan Tuan Rayyan, kok bisa?" kini Hamdan duduk di samping Papahnya.
Karena sudah terlanjur ketahuan, akhirnya Tuan Santoso menceritakan apa yang telah terjadi tadi siang di restoran.
Hamdan dan Amara tampak syok di buatnya.
"Apa cek dua ratus juta? Pah, Papah yakin dengan semua perkataan Papah?" tanya Hamdan masih tidak percaya atas penjelasan dari Papahnya. Begitupun dengan Amara, dadanya sampai terasa sesak.
"kau pikir Papahmu ini sudah buta dan tuli, hah? Papah lihat dengan mata kepala Papah Sendiri, tadinya Papah ingin mengambil cek dari tangan wanita itu, tapi kalian tahu sekarang wanita itu telah berubah, ia bukan lagi Inara yang lugu dan penurut tapi tepatnya wanita pembangkang yang menyebalkan!"
Hamdan sendiri tak percaya jika Papahnya akan melakukan hal serendah itu terhadap Inara, walau bagaimanapun Inara adalah wanita yang masih di cintainya.
" Pah, kenapa Papah tega melakukan hal itu terhadap Inara?"
"Alah, sudahlah Hamdan, kau diam saja...apa yang telah Papahmu lakukan itu sudah benar, Inara itu banyak merugikan kita selama menjadi istrimu, kalau tidak ada kami, kau dan mantan istrimu yang tidak tahu diri itu bakalan kelaparan!"
Deg!
Perkataan dari ibunya sangat menyakitkan dan Hamdan hanya bisa menahan rasa sakit itu di dalam hatinya.
" kau jangan pernah membahas apalagi berharap bisa kembali lagi dengan wanita miskin itu, karena mulai bulan depan kau akan Mamah jodohkan dengan putri dari kerabatnya Mamah!"
Hamdan tak bisa berkutik, ia tertunduk dan tak berani menentang semua kemauan ibunya.
'Inara, ada hubungan apa antara kamu dengan Tuan Rayyan? Semoga kamu tidak melakukan hal-hal yang memalukan, aku masih sangat mencintaimu, maafkan aku karena tak bisa membantu mu merawat dan menafkahi putra kita!' jerit Hamdan dalam hati.
Dan akhirnya Hamdan memilih untuk pergi dari hadapan kedua orangtuanya, sementara itu Tuan Santoso masih membahas soal Inara kepada Istrinya, kedua manusia ini benar-benar sangat membencinya.
.
.
Keesokan harinya menjelang jam makan siang, Aroma kopi robusta yang kental dan sedikit manisnya karamel memenuhi udara di "Kedai Kopi Java," sebuah kafe kecil dan sederhana yang terletak di sudut jalan yang sepi.
Di meja pojok paling belakang, di balik tirai tipis yang menjuntai, duduklah Nyonya Martha yang anggun. Wajahnya disamarkan oleh topi lebar dan kacamata hitam besar, namun sorot matanya yang tajam tetap tidak bisa menyembunyikan kecemasan dan keingintahuan yang membara.
Di hadapannya, duduklah seorang pria sekitar usia empat puluh tahunan bernama James yakni bagian pengembangan Produksi di perusahaan mode keluarga Witjaksono, yang terlihat sedikit gugup. Ini adalah pertemuan rahasia yang telah di atur oleh Nyonya Martha. jauh dari mata putranya, Rayyan Witjaksono, yang saat ini memegang kendali penuh atas perusahaan.
"Terima kasih sudah datang, James," bisik Nyonya Martha, suaranya pelan dan berat.
"Langsung saja, aku ingin tahu, apa saja yang telah dilakukan Rayyan di belakangku, terutama yang berkaitan dengan rencana bisnis terbarunya?"
James menarik napas dalam-dalam, mengamati sekeliling sejenak untuk memastikan mereka tidak diawasi.
"Maaf Nyonya, saya harus berhati-hati. Tuan Rayyan sangat tertutup belakangan ini. Tapi... ada satu hal yang mencurigakan. Ia memberi saya setumpuk desain rancangan busana baru, sangat bagus, Nyonya, desainnya luar biasa dan memiliki potensi besar. Ia mendesak agar desain-desain ini segera diproses untuk produksi massal di lini produk premium kami," jelas James.
"Desain? Milik siapa?" tanya Nyonya Martha, sedikit terkejut.
"Itu masalahnya, Nyonya. Tuan Rayyan tidak pernah menyebutkan nama desainer. Ia hanya berkata itu adalah 'kontribusi segar' yang akan merevolusi koleksi kita. Saya bahkan membawanya," kata James, lalu mengeluarkan sebuah folder tebal dari tas kerjanya dan mendorongnya ke hadapan Nyonya Martha.
Nyonya Martha segera membuka folder itu. Di dalamnya terdapat sketsa-sketsa busana yang detail, dengan potongan modern yang elegan, perpaduan warna yang berani, dan sentuhan signature yang sangat ia kenal.
Ia menatap desain pertama, kemudian desain kedua. Matanya membelalak, terkejut sesaat, lalu sudut bibirnya perlahan membentuk senyum tipis penuh makna.
Nyonya Martha menutup folder itu dengan pelan, pandangannya beralih kembali ke James, penuh kecurigaan yang kini menemukan jawabannya.
"Oh, jadi ini yang telah Rayyan lakukan di belakangku," desisnya. "Benar-benar anak ini telah berlaku tidak adil terhadap Inara."
Ia menunjuk folder itu.
"Aku tahu bahwa desain ini milik Inara. Gaya, pola, detailnya, ini semua adalah ciri khasnya. Tapi kenapa bisa ada di tangan putraku? Apakah mungkin Inara dan Rayyan diam-diam bekerjasama, atau mungkin Rayyan telah memanfaatkan Inara untuk rencana bisnisnya?"
Nyonya Martha mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya menuntut jawaban.
"James, apakah kau benar-benar yakin jika putraku tidak memberi tahu kepadamu soal siapa pemilik desain ini?"
James meneguk ludah, menggeleng mantap. "Tidak, Nyonya. Saya bertanya pun Tuan Rayyan tidak menjawabnya. Ia hanya menekankan kecepatan produksi. Ia sangat merahasiakannya."
Nyonya Martha mengepalkan tangannya di bawah meja, kukunya menancap di telapak tangan. Rasa kesal dan amarah menyelimutinya. Ia yakin seratus persen. Rayyan telah memanfaatkan desain brilian Inara, mengambil keuntungan dari talenta wanita itu demi ambisinya, tanpa memberikan kredit yang pantas.
Namun, di tengah amarah itu, sebuah ide cemerlang tiba-tiba melintas. Sebuah rencana yang ia yakini akan berhasil, sebuah jalan yang akan membawanya mendapatkan kembali kendali sekaligus mendapatkan menantu impiannya, Inara.
" Inara adalah kunci. Jika Rayyan memanfaatkan bakatnya, aku akan memanfaatkan situasi ini untuk kebaikanku."
Nyonya Martha tersenyum kembali, kali ini senyumnya dingin dan penuh perhitungan.
"Baiklah, James. Kau sudah membantuku banyak. Aku akan segera menghubungi seseorang. Kau boleh pergi. Ingat, jangan pernah bocorkan pertemuan ini pada siapa pun, terutama Rayyan."
"B-baik Nyonya, anda tenang saja!"
Setelah James pergi, Nyonya Martha meletakkan tangannya di atas folder desain milik Inara. Rencananya sudah bulat. Ia akan segera menemui Farida, ibu angkat Inara yang juga merupakan sahabatnya sejak masa remaja, untuk membahas rencana perjodohan antara Rayyan dan Inara.
"Rayyan, kau pikir kau bisa mempermainkan Ibumu? Mari kita lihat siapa yang akan menang," gumam Nyonya Martha, penuh percaya diri.
Bersambung...