Gania Anjasmara, ialah putri tunggal dari pasangan Arya Anjasmara dan Miranda. Di usianya yang baru menginjak usia 3 tahun, Gania harus kehilangan sang Mama untuk selama-lamanya. Kini 15 tahun telah berlalu, Gania telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan tangguh pastinya karena sejak kecil ia hanya hidup berdua bersama Papanya. Terkadang ia juga dititipkan dirumah Neneknya karena Papanya sibuk bekerja. Bagaimanakah kelanjutan ceritanya? Penasaran? Simak terus ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delatama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gania merasa stress
Gania melamun di ruang tunggu depan ICU. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi beberapa tahun kemudian, harapannya hancur lebur karena pernikahan paksa permintaan Papa Arya.
"Gania, makan dulu Nak. Dari tadi pagi kamu belum makan kan" ucap Nenek yang akan menyuapi Gania
"Gania ngga laper Nek" jawab Gania dengan tatapan kosong
"Gania, sesuap saja ya. Jangan seperti ini, Nenek tahu ini berat tapi ini semua sudah terjadi Nak"
Mata sembab Gania kembali meneteskan air mata.
"Gania, apa kamu tahu kalau dulu Almh. Mamamu juga sangat membenci Papamu?"
Gania menggeleng
"Dulu waktu SMA, Papamu sering mengirimkan surat, mengirimkan makanan ke rumah Mamamu. Tapi Mamamu orangnya sangat cuek sama sepertimu. Tapi Papamu tidak pernah putus asa untuk mendapatkan Mamamu sampai akhirnya Mamamu luluh dan mau menikah dengan Papamu"
"Mama dan Papa menikah atas dasar cinta Nek, Mama sudah mencintai Papa. Sedangkan Gania? Gania tidak merasakan apapun. Banyak cita-cita Gania yang ingin Gania wujudkan. Di usia Gania yang masih 18 tahun ini, Gania ingin menikmati masa muda Gania dengan tenang dan senang"
Gania menangis sejadi-jadinya. Ia memukuli kepalanya dan sangat berharap ini semua hanya mimpi. Nenek yang berada disamping Gania menghentikan pukulan Gania lalu memeluknya dengan sangat erat.
***
Dokter yang menangani Papa Arya keluar dari ruang ICU untuk menemui keluarganya.
"Ibu, kami akan melakukan tindakan operasi secepatnya kepada Pasien Bapak Arya karena kondisinya mungkin akan semakin lemah jika tidak segera kita tangani"
Dari arah lain, seseorang menjawab ucapan Dokter.
"Baik Dok, lakukan yang terbaik untuk adik saya. Berapapun biayanya saya siap menanggungnya yang terpenting selamatnya nyawanya" ucap Om Surya
"Baik, operasi akan kami lakukan 1 jam mendatang. Kalau begitu saya permisi"
"Surya, terimakasih banyak" Nenek memeluk Om Surya yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri
"Bu, anggap saja ini balas budi saya. Di masalalu saya berhutang budi banyak dengan Ibu"
***
Beberapa Jam Kemudian
Hari sudah menjelang malam, Alhamdulillah operasi Jantung Papa Arya berjalan dengan lancar. Tapi obat biusnya masih berpengaruh sehingga Papa Arya belum juga sadar.
"diminum ya" ucap Gibran sambil menyerahkan secangkir teh kepada Gania
Gania hanya menoleh ke arah Gibran dengan tatapan sendu, ia tak menjawab ataupun berucap walau hanya satu kata.
"Gania, mungkin kamu ngga nyaman kalau aku masih disini. Aku nyusul Papa sama Nenek dulu ya"
Setelah Gibran menghilang dari samping Gania, Gania kembali menangis. Ia tidak bisa menerima ini semua.
***
Setelah 1 jam, Papa Arya sudah sadar dan sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat.
"apa Papa merasa sakit?" tanya Gania lirih
"sakit Ga, tapi rasa sakit Papa mungkin tidak akan melebihi sakit yang kamu rasakan" Papa Arya meneteskan air mata
"maafkan Papa yang mungkin terkesan memaksa Gania. Ini demi kebaikan semua, yakinlah suatu saat nanti Gania bisa menerima Kak Gibran dengan sangat terbuka" imbuh Papa
"Gania tidak usah memikirkan perusahaan, Papa sudah punya gantinya. Gania tidak usah takut lagi, perusahaan Papa tidak akan jatuh ke tangan orang lain, karena Kak Gibran sudah menjadi anak Papa"
"Pa...." Gania sudah kehabisan kata-kata, ia hanya bisa menangis dan terus menangis
"jika tiba waktunya Papa tiada. Berjanjilah untuk tidak meninggalkan Kak Gibran. Kak Gibran tidak akan meninggalkan Gania, Papa yakin itu"
"Hidup Gania akan jauh lebih indah nantinya. Papa dan Mama akan sangat bahagia melihat putri Papa dan Mama hidup bersama orang yang benar"
Gania dan Papa Arya saling memeluk meski hati Gania sangat kecewa, tapi bagaimanapun juga Papa Arya satu satunya orangtua Gania yang selama ini menjaganya.
Lebih real dalam penyampaian bagaimana pasutri menyikapi suatu pernikahan dan perkembangan anak
semoga novel selanjutnya tetap menarik ya Thor..tidak terjebak dg gaya novel lainnya yg terlalu ekstrim, banyak pelakor, mertua jahat, suami kejam dsb😘😘
go...semangat