"Masa lalumu biarlah menjadi masalalumu, dan masa depanmu adalah masa depan kita."
"Tapi aku takut mengecewakanmu."
"percayalah jika seseorang mencintaimu dengan tulus dia tak akan pernah mempermasalahkan masalalumu, tidak semua orang memiliki masa lalu yang indah ataupun sebaliknya jadi tak semua orang harus mengetahuinya."
Novel ini mengisahkan perjuangan seorang gadis yang harus meninggalkan keluarganya dan oramg ia sayangi demi ketenangan hidupnya dan brusaha keras untuk mewujudkan semua impiannya.
Meski harus menikah di usianya yang terbilang masih muda dan menjadi gelar seorang Ibu baginya tak menjadi penghalang untuk mengejar apa yang telah ia impikan selama ini.
Apakah Alindia bisa bangkit dari keterpurukan dan menemukan kebahagiaan? Yuk baca novelnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosdiana meida sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Karena dirumah tidak ada Bu Liliy dan Bik Iyem, Pak Wirawan jadi lebih leluasa untuk mendekati Alin, semakin hari, Pak Wirawan semakin ingin mencoba menyentuh Alin, tetapi bingung karena Alin selalu dikamar mengunci pintunya.
Malam ini saat semua orang tertidur lelap, Pak Wirawan mulai memberanikan dirinya untuk mendekati Alin, kebetulan saat itu Alin habis dari kamar mandi dan baru kali ini dia lupa mengunci pintunya, membuat Pak Wirawan lebih leluasa untuk melancarkan aksinya.
Dengan perlahan ia membuka pintu kamarnya Alin dan melihat Alin tertidur dengan menggunakan singlet warna biru serta celana pendek yang memperlihatkan dua paha mulus miliknya, dia memang sering memakai baju seperti itu saat dalam kamarnya saja, karena menurutnya kamar tempat paling privat buatnya.
Perlahan Pak Wirawan mendekatinya dan menyentuh kedua pahanya Alin yang sangat putih dan mulus itu dengan perlahan lalu Pak Wirawan menciumnya dan seketika itu juga membuat Alin terbangun dan terkejut melihatnya.
"Astaga Papa ngapain disini, apa yang papa lakukan.?" tubuh Alin mulai bergetar ketakutan
Pak Wirawan mulai mengunci pintu kamarnya.
"Kita main main bentar ya sayang."
"Apa maksudnya, aku gak mau, ini benar benar gilaa." Alin berusaha menjauh
"Diam atau kamu saya hajar."
"Aku gak mau Paa, tolong lepasin aku." Alin terus memberontak
Pak Wirawan terus memaksa Alin untuk membuka bajunya dengan paksa, Sekuat apapun tenaga Alin tetap kalah dengan tubuh Pak Wirawan yang begitu besar.
setelah baju Alin terlepas, Pak Wirawan terus memaksa Alin untuk berbaring tetapi Alin terus terusan berontak, akhirnya Pak Wirawan mengikat tubuh Alin dengan tali yang sudah ia sengaja siapkan dari tadi dan menyumpal mulutnya, kini Alin benar - benar sudah tak bisa berbuat apa apalagi.
Melihat tubuh Alin yang hanya mengenakan bra berwarna putih saja membuat Pak Wirawan semakin melancarkan aksi bejatnya. ia mulai melepaskan bra nya dan mulai melumatnya serta memainkan kedua buah dadanya Alin yang begitu besar dan kenyal.
"Ini nikmat sekali, ternyata tubuh prawan lebih nikmat dari janda." ucap Pak Wirawan sedangkan Alin terus terusan menangis. tak pernah terbayangkan sebelumnya jika hal buruk ini akan terjadi padanya.
Pak Wirawan lama sekali memainkan buah dada Alin sambil menaiki tubuh Alin dan memberikan bekas tanda merah pada lehernya Alin.
lalu Pak Wirawan mulai turun kebawah.
"Aku penasaran yang disini rasanya gimana ya?"
Alin semakin ketakutan dia berusaha sekuat mungkin untuk berontak, tetapi itu susah sekali ia lakukan.
Pak Wirawan mulai melepaskan celananya Alin dengan perlahan lalu terlihat sebuah Cd yang menghiasi area sekitar, Pak Wirawan mulai menyelipkan jarinya kedalam dan membuat Alin semakin takut.
"Lin sempit sekali disini, Papa boleh nyoba gak?"
Alin menggelengkan kepalanya memohon untuk tidak melakukannya, Pak Wirawan mengabaikannya, ia malah melepaskan CD Alin dan kini Alin sudah tak mengenakan sehelai pakaian apapun.
"Tubuhmu memang indah Lin, aku baru kali ini menemukan pemandangan seindah ini masih kalah dengan wanita - wanita yang aku sewa."
Alin terkejut mendengarnya, ternyata Papanya sangat menjijikkan, telah menghianati Ibunya sendiri, Alin sudah tak bisa membayangkan lagi jika hal buruk ini akan menimpanya.
Tanpa berfikir panjang, Pak Wirawan mulai meng explore area sensitif Alin tanpa tertinggal satupun dan itu cukup lama hingga membuat area sekitar basah mengeluarkan banyak cairan, setelah puas, Pak Wirawan mulai membuka celananya dan ingin memasukkan miliknya pada Alin. tetapi pada saat itu Alin semakin terlihat memucat wajahnya, hal ini membuat Pak Wirawan mengurungkan niatnya karena takut terjadi apa apa dengan Alin dan tak mau ambil resiko.
"Baiklah kali ini kamu beruntung Lin, ingat yaa jangan berani kamu lapor ke siapapun termasuk Umi kamu, atau ke perawananmu Papa ambil, paham kamu?"
Alin menganggukkan kepalanya. sebelum mengahiri Pak Wirawan mencium kening Alin sambil berkata
"Terimakasih sayang untuk malam ini, kapan kapan Papa minta lagi ya." sambil membuka penutup mulut Alin.
"Kurang ajar kamu?" ucap Alin
Pak Wirawan menghiraukannya, ia memakai semua pakainnya lalu melepaskan tali yang mengikat tubuh Alin setelah itu keluar dari kamar meninggalkan Alin yang sedang menutupi tubuhnya dengan selimut lalu mengunci kamarnya.
"Ya Allah kenapa engkau memberi ujian diluar batas kemampuanku, ternyata aku tak sekuat itu, aku benar benar rapuh dan jijik sama diriku sendiri Aaaaaaghhhhhhh brengseeeekkk.."
Alin terus menangis dan mengutuk dirinya, ini terasa seperti mimpi buruk baginya, ia mengalami sebagian dari tubuhnya hilang, Alin terus terusan menangis dan memberanikan diri untuk menghubungi Naura.
"Halo Lin. tumben malam - malam telpon ada apa?"
"Raaa... tolong aku." suara Alin terlihat gemetar disertai isak tangisnya.
"Loh Lin kamu kenapa, coba cerita sama aku Lin aku dengerin kok." ucap Naura mulai bingung
"Aku gak tau gimana ceritanya dan mulai darimana Raa."
Karena bingung campur takut, Alin malah mematikan telponnya hal ini menimbulkan tanda tanya dan kekhawatiran pada Naura sahabat Alin.
karena sangking lelahnya dan air mata terus mengalir, Alin mulai memejamkan matanya dan perlahan, ia mulai tertidur lelap, sangking lelahnya, Alin bangun kesiangan dan ia jadi tidak masuk sekolah, melihat Alin yang belum bangun, Pak Wirawan kali ini membiarkannya, ia memesan berbagai macam makanan untuk sarapan anak - anaknya.
"Kak Alin kok belum bangun ya tumben." tanya Keisya heran.
"Mungkin dia sakit." jawab Papanya singkat.
"Sakit? Yaudah Keisya coba cek dulu Pa."
Keisya segera naik ke lantai atas menuju kamarnya, Keisya mengetuk pintu kamarnya Alin.
"Kaak ayo bangun kita sekolah, kakak sakit apa? bilang sama Keisya."
Ternyata Alin mendengarnya tetapi dia tak mau menanggapinya.
"Keisyaa ayoo buruan udah mau telat." panggil Papanya.
"Iya Paa."
Keisya segera turun dan berangkat sekolah bersama Laura dan Shela, melihat Alin yang belum keluar dari kamarnya membuatnya ingin menemuinya lagi mumpung sepi tidak ada orang dirumah.
Pak Wirawan ingat bahwa dia menyimpan kunci cadangan kamarnya Alin, tanpa banyak berfikir, Pak Wirawan langsung membuka pintu kamarnya Alin dan melihatnya masih berbaring diatas ranjang dengan balutan selimut, serontak membuat Alin terkejut dan langsung beranjak dari tempat tidurnya.
"Mau apa lagi kamu?"
"Mau nerusin yang tadi malam."
"Aku gak mau, jangan gila kamu."
"Udahlah sayang ayo, temenin mandi sekalian."
"Tolong Paa udah, Alin gak mau."
Pak Wirawan langsung menarik tangannya Alin dan memaksanya masuk kedalam kamar mandi yang letaknya tidak jauh dari kamarnya Alin.
Disitulah Pak Wirawan mulai membuka selimut yang menutupi tubuh Alin dan ternyata semalam Alin belum sama sekali menggunakan pakaiannya, lagi - lagi Pak Wirawan tidak kuat melihatnya, ia segera membuka kemejanya dan celananya, kini mereka berdua sudah tak menggunakan sehelai kain apapun.
"Tolong lepaskan jangan gila kamu."
"Temenin dulu sebenar sebelum papa berangkat kerja."
Alin ditarik masuk kedal bathtub, lalu Pak wirawan mulai memutar showernya sambil memeluk tubuh Alin dengan erat sambil memainkan buah dadanya.
"Andai kamu mau puasin papa setiap hari, pasti uang sakumu papa tambahin 5 kali lipat setiap hari."
"Lepaskan aku, aku gak mau menjual harga diriku buat oramg biadab sepertimu bajingan." sambil memukul tubuh Pak Wirawan dengan kuat.
Melihat Alin yang terus memberontak membuat Pak Wirawan semakin bersemangat,
"Kamu gak bisa kemana mana lagi sayang, silahkan kamu berteriak gak ada orang disini cuma kita berdua aja."
Pak wirawan kembali menggendong Alin dan memasukkannya ke dalam bathtub dengan posisi tubuhnya berada diatas tubuh Alin, Pak Wirawan terus mencumbu bibir Alin dengan tangannya yang sibuk bermain kemana mana., Alin benar - benar tak bisa bergerak karea tempatnya sangit sempit.
"menjijikkan kamu, lepaskan aku, benar benar manusia berhati iblis."
"Diam kamu!!" bentak Pak Wirawan mulai kesal.
"Kamu dan Ibumu sama - sama murahannya."
"Apa maksudmu berkata seperti itu.?"
"Kamu tau darimana aku mengenal ibumu? dan apa yang terjadi sebenarnya sampai ibumu gak pulang ke Aceh, kamu gak tau kan itu?"
ucapan Pak Wirawan membuat Alin terkejut dan penasaran kenapa Uminya dulu jarang memberi kabar dan pulang ke Aceh sampai membuat Abinya sakit.
mampir juga di novel aku
"Bertahan Luka"