TYPO BERTEBARAN DIMANA-MANA
BAB 1-103
Alin tidak menyangka bahwa hari dimana ia menjadi tamu saat pernikahan anak majikannya justru hari itu pula menjadi hari pernikahannya. Alin harus menggantikan mempelai wanita lantaran sang mempelai wanita kabur entah kemana, untuk menjaga nama baik keluarganya majikannya, mereka menikahkan Alin dengan pria yang sama sekali tidak Alin kenal sebelumnya.
Bagaimana kisah Alin? Apakah Alin akan bahagia?
Atau justru Alin akan menderita?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lupakan
.
Alin memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar tersebut, begitu Alin masuk, ia dapat merasakan aura menakutkan dari Axel.
"Kenapa kamarnya gelap gini ya terus warnanya juga hitam sama abu-abu," gumam Alin.
Alin membuka tirai kamar tersebut agar terlihat terang lalu Alin melihat ke sekeliling kamar tersebut dan ia cukup terkejut ketika melihat barang-barang miliknya yang ada di kamarnya sudah tertata rapi di meja rias.
"Loh kok barang-barangku ada disini? Apa ada yang bawa kesini?" tanya Alin.
Alin mengambil barang-barangnya dan menaruhnya di kardus, "Nanti kalau Tuan Axel lihat barang-barangku disini bisa-bisa Tuan Axel marah sama aku karena bawa barang murah ke kamar," gumam Alin.
Setelah itu, Alin duduk di sofa dan menatap sekeliling kamar. "Cuma Nenek Asri yang bisa masuk ke kamar ini dan sekarang aku bisa masuk ke kamar ini. Aku kayak lagi mimpi," lanjut Alin.
Karena bosan tanpa terasa Alin pun terlelap di sofa dalam posisi duduk dan bersandar di sandaran sofa.
.
Malam harinya, Axel pulang setelah mengurus pekerjaannya. "Pas banget kamu pulang, ayo makan. Tapi, kamu panggil istri kamu dulu," ucap Mana Leticia.
"Dia di kamar Axel kan, Ma?" tanya Axel.
"Iyalah, kemana lagi coba kalau gak ke kamar kamu. Udah kamu panggil istri kamu dulu," ucap Mama Leticia.
"Iya, Ma," jawab Axel.
Axel pergi ke kamarnya dan begitu Axel masuk ke dalam kamarnya, ia tidak menemukan Alin. "Dimana dia?" tanya Axel pada dirinya sendiri.
Axel melihat ke sekeliling kamar dan barulah ia melihat Alin yang tengah terlelap di sofa, "Kenapa dia harus tidur di sofa dan bukannya di kasur," gumam Axel.
Axel menghampiri Alin, ia menatap lekat wajah sang istri yang ada di hadapannya itu, "Perempuan ini yang sekarang jadi istri gue dan bukan Nadia perempuan yang gue anggap jodoh gue," gumam Axel lalu merapikan rambut Alin yang menutupi wajahnya.
Disisi lain, Alin yang merasa terganggu pun membuka matanya, namun betapa terkejutnya ia ketika melihat Axel yang ada di hadapannya.
Dengan cepat Alin berdiri, namun karena posisi mereka terlalu dekat sehingga kepala mereka berdua terbentur satu sama lain.
Alin merintih kesakitan karena kepalanya terbentur dengan kepala Axel, sedangkan Axel hanya mengusap kepalanya tanpa bersuara.
"Awsh, sakit," rintih Alin dengan mengusap-usap kepalanya.
Saat Alin tengah mengusap kepalanya tiba-tiba Axel juga mengusap kepala Alin dan hal itu membuat Alin terkejut.
"Sakit?" tanya Axel yang masih mengusap kepala Alin.
"I-iya, Tuan," ucap Alin.
Jujur saja Alin tiba-tiba merasa gugup saat melihat wajah Axel dari jarak sedekat ini, 'Kenapa Tuan Axel kayak perhatian gini ya ke aku? atau aku aja ya yang terlalu percaya diri?' batin Alin.
"Kenapa tidur di sofa?" tanya Axel ketika melepaskan tangannya dari kepala Alin.
"Tadi, Alin ketiduran jadi gak tau kalau ternyata tidur di sofa," ucap Alin.
"Yasudah, bersihkan tubuhmu lalu turun ke bawah. Tadi Mama nyuruh saya buat manggil kamu buat makan malam," ucap Axel.
"Hah, udah malam," ucap Alin yang terkejut lantaran hari sudah malam.
"Iya, saya rasa kamu tidur terlalu lama atau kamu latihan untuk meninggal," ucap Axel.
"Maaf Tuan," ucap Alin.
"Lupakan," ucap Axel lalu pergi dari kamar tersebut.
Alin pun langsung membersihkan tubuhnya dan segera turun ke bawah karena ia takut Mama Leticia menunggu lama.
Beberapa saat kemudian, Alin sudah berada di meja makan. Disana bukan hanya ada Mama Leticia, tapi seluruh keluarga Abraham, dimana ada Kak Jeslyn Kakak kandung Axel dan Anggun adik kandung Axel.
"Eh, udah turun kamu. Ayo makan," ucap Mama Leticia.
Alin yang di tatap oleh seluruh keluarga Abraham pun hanya diam tidak berani menatap mereka.
"Kalian ini kenapa sih natap Alin kayak gitu banget, udah jangan kayak gitu," ucap Mama Leticia dan barulah mereka mengalihkan pandangan mereka dari Alin.
Tak lama setelah itu, Axel datang dengan keadaan segar setelah mandi, entahlah Alin tidak tau dimana Axel mandi karena tadi saat Alin selesai mandi, ia tidak melihat Axel.
Alin benar-benar gugup lantaran ini pertama kalinya ia melihat keluarga Abraham secara lengkap, ya memang pernikahan kemarin Anggun tidak datang lantaran sekolah untuk persiapan ujian akhir.
Selesai makan malam yang penuh canggung itu, Alin berada di ruang tamu bersama keluarga lainnya kecuali Anggun dan Axel tentunya.
"Ma, Alin mau ke belakang dulu ya," izin Alin.
"Kenapa emangnya?" tanya Mama Leticia.
"Alin mau ketemu Nenek," ucap Alin.
"Iya, tapi nanti kamu tidurnya di kamarnya Axel loh ya, ingat kamarnya Axel sekarang jadi kamar kamu juga," ucap Mama Leticia.
"I-iya, Ma," jawab Alin gugup.
Setelah kepergian Alin, Kak Jeslyn pun menatap lekat Mama Leticia. "Kenapa kamu natap Mama kayak gitu banget?" tanya Mama Leticia.
"Mama kok baik dan perhatian gitu ke istrinya Axel? dulu aja sama Nadia Mama kayak gak peduli gitu," tanya Kak Jeslyn.
"Kamu ini emang tau aja ya, jujur aja ya Mama itu dari awal gak suka sama Nadia. Kelihatan banget kalau dia deketin Axel cuma manfaatin Axel, tapi ya karena Axel suka sama Nadia dan Axel keras kepala pilih Nadia buat jadi calon istri, Mama ya gak bisa berbuat apa-apa. Mama gak mau maksain kehendak Mama sama anak-anak Mama," ucap Mama Leticia dan diangguki Kak Jeslyn.
"Tapi, kenapa Mama maksa Axel buat nikah sama cucunya Nenek Asri?" tanya Kak Jeslyn.
"Anggap saja ini kesempatan Mama buat dapat menantu yang Mama mau dan juga bentuk tanggungjawab Axel karena memilih perempuan yang salah," ucap Mama Leticia.
"Jadi kesalahan Nadia kemarin salah satu kesempatan yang bagus dong buat Mama," ucap Kak Jeslyn.
"Betul sekali," ucap Mama Leticia.
"Kenapa Mama suka sama cucunya Nenek Asri?" tanya Kak Jeslyn.
"Mama juga gak tau, tapi setiap kali Mama lihat Alin, Mama kayak cocok aja," ucap Mama Leticia.
"Sebegitu senangnya ya Mama karena cucunya Nenek Asri sekarang jadi menantunya Mama?" tanya Kak Jeslyn.
"Namanya Alin, jangan cucunya Nenek Asri," tegur Mama Leticia.
"Sama aja, yang penting kan dia cucunya Nenek Asri," ucap Jeslyn.
"Ish, kamu ini," ucap Mama Leticia.
"Papa tau soal ini?" tanya Jeslyn.
"Tentu, Mama udah pernah bilang dulu pas awal-awal Alin kerja disini, Mama bilang ke Papa kamu kalau Mama pengen punya menantu kayak Alin, tapi gak tau lagi Papa masih inget atau gak," ucap Mama Leticia.
.
.
.
Bersambung.....
gak Sido ternyata.
bilang aja inget Pa, biar selamat.
pergi lah.