Gendhis harus merelakan pernikahan mereka berakhir karena menganggap Raka tidak pernah mencintainya. Wanita itu menggugat cerai Raka diam-diam dan pergi begitu saja. Raka yang ditinggalkan oleh Gendhis baru menyadari perasaannya ketika istrinya itu pergi. Dengan berbagai cara dia berusaha agar tidak ada perceraian.
"Cinta kita belum usai, Gendhis. Aku akan mencarimu, ke ujung dunia sekali pun," gumam Raka.
Akankah mereka bersatu kembali?
NB : Baca dengan lompat bab dan memberikan rating di bawah 5 saya block ya. Jangan baca karya saya kalau cuma mau rating kecil. Tulis novel sendiri!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
POV Gendhis
.
.
"Aku bukanlah dirimu yang tidak menghargai ikatan suci kita. Selama aku menjadi istrimu aku tidak akan berpaling pada orang lain. Hanya saja, kamu telah mengecewakanku begitu dalam hingga aku lupa kalau aku memiliki suami," tukasku pada Raka.
Biarlah dia merasa kalau aku bukanlah wanita yang baik. Aku juga sudah lelah dengan pernikahan ini. Di sudut hatiku paling dalam, aku sempat menyesal dengan kehadiran buah hatiku.
Aku menganggap kalau kehadirannya membuatku sulit melepaskan diri dari Raka. Semestinya, aku menggugat cerai dirinya lebih awal agar hidup lebih bahagia. Beberapa kali aku mendengarnya memanggilku dengan sebutan sayang yang membuatku muak.
"Sayang! Aku akan memperbaiki semuanya. Tolong jangan mengatakan kalau kamu lupa tentangku. Aku mencin..."
"Stop! Aku tidak ingin mendengarkan ungkapan palsu darimu. Aku hanya ingin hidup tenang dan menjalani kahamilanku dengan bahagia. Jujur saja, kehadiranmu membuatku kesal. Aku merasa kehadirannya adalah sebuah beban untukku," ucapku dengan jujur.
Kedatangan Raka membuatku berpikir kalau aku harus segera terbebas dari belenggu pernikahan yang mengikatku. Semakin Raka mengungkapkan pernyataan cinta, aku semakin tidak percaya dengan definisi cinta itu sendiri.
"Tidak ada yang palsu dari ungkapanku. Aku mencintaimu. Ketika kamu menghilang dari hidupku, aku merasa sangat hampa. Kamu tahu bahkan sindrom couvade yang aku alami karena aku memikirkan kondisimu saat itu yang jauh dariku," tukas Raka sambil menggenggam tanganku.
Aku melihat matanya berkaca-kaca. Dia hampir menangis, entahlah. Rasanya hati dan perasaanku padanya ikut mati ketika kepergianku. Siapa istri yang kehilangan cinta ketika suami membayangkan wanita lain ketika sedang memadu kasih?
"Itu hanya perasaan sementara, Raka. Ketika kita sudah resmi bercerai, aku yakin sindrom itu juga akan hilang. Seiring dengan waktu aku sangat yakin bila kamu akan mudah melupakanku. Anak kita biarlah aku yang membesarkannya," ujarku keras kepala.
Raka menggeleng. "Aku tidak akan membiarkan kita bercerai. Aku berhak untuk mempertahankan pernikahan kita. Aku mengaku kalau aku yang salah, tetapi aku tidak akan menyerah begitu saja."
Aku menatapnya dengan tajam sambil memegang perutku sendiri. Raka begitu keras kepala, sayangnya dia tidak gunakan hal itu untuk mendekati Silvia yang sudah berpisah dengan kekasihnya selama 7 tahun. Bila dia ingin egois, mungkin Silvia bisa berakhir menikah dengannya.
"Terserah kamu saja yang jelas aku akan tetap mengajukan perceraian."
***
Beberapa hari setelah itu, aku diperbolehkan untuk pulang. Raka tidak memaksaku untuk kembali ke kota Surabaya. Dia tetap berada di Malang. Aku tidak bertanya tetang pekerjaannya, tetapi dia sepertinya meminta jalan tengah dengan mengajukan untuk WFH (work form home) .
Raka memilih untuk mengantarkan aku ke rumah kontrakanku. Ketika itu, Fajar dan Ayu ikut datang karena mengetahui kepulanganku dari rumah sakit.
"Sebaiknya kamu tinggal bersamaku saja. Aku dapat menjagamu, tidak dengan tinggal sendirian di rumah ini," ucap Ayu ketika kami sudah berada di rumah kontrakanku.
"Dia tidak sendirian, ada aku yang menjaganya. Jangan lupa kalau aku suaminya. Selain itu, ibuku juga akan berada di sini untuk menjaga Gendhis. Kamu tidak perlu khawatir dengan keadaan istriku," balas Raka.
Pria itu terus mengatakan tentang suami dan istri. Seolah memperjelas statusku yang merupakan istri dari Raka. Ayu hanya tersenyum di samping Fajar yang sedari tadi tidak mengungkapkan apa pun.
"Kalau begitu, lebih baik tidak perlu melanjutkan perceraian kalian bukan?" tanya Fajar.
"Perlu!" jawabku.
"Tidak!" jawab Raka.
Keduanya sontak menjawab pertanyaan Fajar. Ketika mendengar ucapan Ayu, Raka menatapku dengan sendu. Aku mengalihkan pandangan tidak ingin melihatnya dengan mengenaskan seperti itu.
Ayu hanya tertawa melihat kelakuan kami. "Buatkan kami minum, Raka. Kalau kamu memang akan tinggal di sini. Berarti kamu tuan rumahnya!" ujar Ayu.
Raka menurut saja perkataan Ayu, setelah kepergian Raka. Ayu menatapku seolah ingin mengetahui hal yang aku rasakan.
"Aku ingin kamu jujur padaku, Dhis. Masihkah kamu mencintai Raka? Ingatlah, dia tidak melakukan kesalahan yang begitu keterlaluan padamu seperti selingkuh. Aku harap kamu mendapatkan kebahagiaan dengan apa pun pilihanmu," ucap Ayu membuatku memikirkan hubunganku dengan Raka.
"Aku..."
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca...
Ambisinya bikin otaknya jd gk waras.. mending jd ja* lang aja sekalian..