NovelToon NovelToon
Mempelai Pengganti

Mempelai Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sablah

aku berdiri kaku di atas pelaminan, masih mengenakan jas pengantin yang kini terasa lebih berat dari sebelumnya. tamu-tamu mulai berbisik, musik pernikahan yang semula mengiringi momen bahagia kini terdengar hampa bahkan justru menyakitkan. semua mata tertuju padaku, seolah menegaskan 'pengantin pria yang ditinggalkan di hari paling sakral dalam hidupnya'

'calon istriku,,,,, kabur' batinku seraya menelan kenyataan pahit ini dalam-dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sablah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tersudut berbagai pihak

Sang Ibu masih memegang foto pernikahan yang kacanya telah pecah. jemarinya menyapu perlahan pada gambar Rama dan Alda yang tersenyum, seolah memastikan bahwa foto itu tidak ikut rusak.

"apa ini pertanda buruk?" gumam Ibu Rama tanpa sadar.

Alda yang mendengar itu langsung menunduk, hatinya semakin tidak nyaman. bukan karena ia percaya pada pertanda semacam itu, tetapi lebih pada perasaan aneh yang tiba-tiba menyelimutinya.

"Ibu, jangan berpikir yang aneh-aneh," kata ayah, mencoba menenangkan istrinya. "itu hanya kecelakaan kecil."

Ibu menghela napas, lalu mengangguk pelan. "iya, mungkin aku terlalu sensitif."

Alda mencoba tersenyum meskipun hatinya masih berdebar. "saya akan membersihkannya, Bu."

"ah, tidak usah. biar ibu saja," ujar nya sambil bangkit. namun, Ayah Rama lebih dulu mengambil pecahan kaca dan membuangnya ke tempat sampah.

saat Alda hendak mengambil foto itu untuk disimpan kembali, tiba-tiba ibu rama menatapnya dengan raut penuh pertimbangan.

"Alda," panggilnya lembut.

Alda menoleh. "iya, Bu?"

sang ibu menggenggam tangannya dengan hangat. "ibu tahu kamu dan Rama sudah berusaha. tapi… apakah kalian benar-benar baik-baik saja?"

Alda terdiam sejenak. pertanyaan itu begitu sederhana, namun menusuk tepat di hatinya.

"tentu, Bu… kami baik-baik saja," jawab Alda dengan senyum yang begitu hangat.

wanita paruh baya itu masih menatapnya dalam, seolah ingin memastikan kebenaran dari jawaban itu. namun, sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, tiba-tiba suara klakson mobil terdengar dari luar.

mereka bertiga spontan menoleh ke arah jendela.

"itu pasti Rama," ujar ayah, kemudian ketiganya langsung kedatangan Rama.

sedangkan Rama yang baru saja memarkir mobilnya di halaman rumah langsung bergegas masuk ke dalam, berjalan cepat menuju mereka.

"ada apa ini?" tanyanya langsung, suaranya sedikit mengandung nada khawatir.

Ibu menoleh, lalu menatap putranya dengan sedikit bimbang sebelum akhirnya menunjukkan sesuatu di tangannya. itu adalah foto pernikahan Rama dan alda, tanpa kaca pelindung, dengan beberapa retakan kecil di tepi bingkainya.

"fotomu dan Alda jatuh tadi. kacanya pecah, Nak" jelas Ibu pelan.

Rama mengernyit, mendekat untuk melihat lebih jelas. Foto itu masih utuh, tapi bekas pecahan kaca masih berserakan di sekitar meja. Seketika, matanya beralih pada Alda, yang hanya diam sambil meremas jemarinya sendiri.

"Kenapa bisa jatuh, Bu?" tanya Rama, kali ini lebih tenang.

Ayah lebih dulu menjelaskan dengan tenang "Ibumu tadi tidak sengaja menyenggolnya saat kami berbincang. Hanya kecelakaan kecil, tidak perlu dikhawatirkan."

Ibu akhirnya ikut angkat bicara. "Kami hanya sedikit terkejut, Rama. Apalagi ini foto pernikahan kalian"

Rama terdiam beberapa saat. Lalu, dengan gerakan hati-hati, ia mengambil foto itu dari tangan ibunya dan menatapnya lama.

"ini hanya maslaah foto, Bu. tidak perlu dibesar-besarkan." ucap Rama dengan nada lembut seraya menyuguhkan senyum nya.

Perkataan itu terdengar tegas, namun dalam hati, Rama sendiri tidak yakin sepenuhnya. Terlalu banyak hal yang berputar di pikirannya saat ini, termasuk apa yang baru saja ia alami hari ini.

Ia menoleh ke arah Alda, ingin memastikan istrinya benar-benar baik-baik saja. Namun, Alda masih menunduk, tidak banyak bicara sejak tadi.

"Kamu tidak apa-apa, Da?" tanya Rama pelan.

Alda mengangkat kepalanya sedikit, lalu mengangguk cepat. "Iya, aku baik-baik saja, Mas."

Jawaban itu singkat, tapi Rama merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh istrinya. Namun, sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara deru kendaraan memasuki halaman rumah. dan suara itu tidak hanya satu jenis, melainkan beberapa mobil.

"siapa yang datang?" tanya sang Ibu sambil melirik ke arah jendela.

Alda juga ikut menoleh, merasa heran. tak biasanya ada tamu sebanyak ini di jam seperti sekarang.

ayah rama menghela napas dan bangkit berdiri, bersiap menyambut tamu. tetapi sebelum ada yang sempat bergerak lebih jauh, suara teriakan lantang bergema di luar.

"Rama!!! keluar kau, bajingan!"

suara itu keras dan penuh amarah, menggema di seluruh halaman rumah, membuat suasana yang tadinya tenang berubah drastis menjadi mencekam.

Alda tersentak kaget, sedangkan ibu refleks meraih lengan suaminya.

"siapa itu? kenapa berteriak-teriak seperti itu?" bisik ibu rama, wajahnya mulai panik.

Rama sendiri mengernyit. ia mengenali suara itu, dan firasatnya langsung mengatakan bahwa ini bukan kedatangan yang menyenangkan.

tanpa membuang waktu, ia berjalan menuju pintu utama. ayahnya mengikutinya dengan wajah tegang, diikuti oleh Alda dan ibu rama yang masih penuh tanda tanya.

saat pintu dibuka, pemandangan di halaman membuat mereka semua terdiam.

ada beberapa mobil mewah yang terparkir asal-asalan. di dekatnya, tiga ajudan Karina berdiri tegap dengan ekspresi dingin. Karina sendiri berdiri di depan mereka dengan tatapan penuh kemarahan, seakan siap menantang siapa pun yang berani berbicara dengannya.

namun yang paling mencengangkan adalah dua sosok paruh baya yang berdiri di sisi Karina, sepasang suami istri yang sangat familiar bagi keluarga rama.

yang tak lain adalah orang tua Naila.

dan di antara mereka, berdiri satu sosok lain yang terlihat begitu mengenaskan.

Naila.

perempuan itu mengenakan pakaian lusuh, rambutnya berantakan, wajahnya pucat, dan tubuhnya tampak lebih kurus dari yang Rama ingat. tapi satu hal yang langsung menarik perhatian semua orang, perut naila yang sudah mulai membesar, tanda kehamilannya yang semakin matang.

"astaghfirullah..." Ibu Rama menutup mulutnya dengan syok.

Alda juga terdiam, tatapannya terpaku pada sosok perempuan itu.

ayah rama mengerutkan kening, lalu melangkah maju dengan tatapan tajam. "ada apa ini? kenapa kalian datang dengan cara seperti ini?"

belum sempat ada yang menjawab, pria yang tadi berteriak, papa Naila, langsung maju dan menunjuk tepat ke arah wajah rama.

"kau!!" suaranya bergetar penuh amarah. "kau lelaki tak tahu malu! dasar pengecut! beraninya kau lari dari tanggung jawab setelah menghamili anakku!"

semua orang terperanjat mendengar tuduhan itu.

Rama membeku sejenak, sebelum akhirnya mengernyit, merasa tuduhan itu benar-benar tidak masuk akal. "apa maksud anda, pak Farlos?" tanyanya, mencoba tetap tenang.

"jangan berpura-pura bodoh, Rama!" bentak papa Naila. "anakku ini sedang hamil anakmu! sudah hampir empat bulan! tapi kau malah menikah dengan perempuan lain dan meninggalkannya begitu saja! apa kau tidak punya hati?! hah?!"

nafas Farlos memburu, matanya merah penuh emosi.

Rama mengepalkan tangannya. ia bisa merasakan tatapan orang-orang di sekitarnya tertuju padanya, menunggu reaksinya.

alda pun ikut terkejut. ia memandang rama dengan ekspresi yang sulit ditebak, antara bingung, kecewa dan mungkin sedikit goyah.

Ayah Rama menatap tajam ke arah Farlos "hati-hati dengan ucapanmu! Rama tidak mungkin melakukan hal semacam itu!"

"tidak mungkin?" suara Karina tiba-tiba ikut menyela, nada bicaranya sarkastik. "lalu bagaimana tuan menjelaskan kehamilan Nailak ini, hah? apa menurut kalian bayi yang dikandungnya ini datang dari langit?"

ibu rama semakin memucat. "ya allah..."

rama menarik napas panjang. ia tahu ini semua adalah kesalahpahaman besar. tapi di saat yang sama, ia masih belum bisa mencerna semuanya dengan baik.

bagaimana bisa naila tiba-tiba muncul dalam keadaan seperti ini?

dan kenapa semua orang begitu yakin bahwa dia adalah ayah dari anak itu?

tuduhan yang semakin tajam

Rama mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras menahan emosi. tuduhan itu benar-benar tidak bisa diterimanya.

"saya tidak pernah menyentuh Naila!" suaranya tegas, matanya menatap langsung ke arah papa naila. "saya bahkan tidak pernah melakukan apa pun yang bisa menyebabkan dia hamil. ini jelas bukan anak saya!"

namun, bukannya mereda, emosi Farlos justru semakin meluap.

"kau pikir kami ini bodoh, Rama?!" suaranya semakin meninggi. "kau satu-satunya pria yang dekat dengan anakku! kau pacarnya sebelum kau tiba-tiba menikahi perempuan lain! kalau bukan kau, lalu siapa?!"

ibu naila, Naomi yang dari tadi diam, akhirnya ikut bersuara. suaranya lebih lembut, tetapi penuh tekanan.

"Rama, tolong... kalau memang ini kesalahan, akuilah. anak kami sudah cukup menderita. kau tidak tahu bagaimana dia harus menghadapi semua ini sendirian."

ibu rama yang berdiri di samping rama mulai cemas. ia memegang lengan suaminya dengan kuat, seolah meminta agar mereka tidak langsung tersulut emosi.

Karina menyilangkan tangan di depan dada, menatap rama dengan tatapan penuh sindiran. "kalau kau memang bukan pelakunya, lalu siapa? hah? kau bilang kau tidak pernah menyentuh Naila, tapi kau juga tidak bisa membuktikan kalau bayi itu bukan anakmu, kan?"

Rama menoleh tajam ke arah Karina. "bukan tugas ku membuktikan! justru kalian yang harus membuktikan kalau saya pelakunya! jangan asal menuduh tanpa dasar!"

"oh, jadi kau mau lari dari tanggung jawab?!" bentak Farlos lagi. "tahu tidak, selama ini putriku harus menghadapi semua ini sendirian! kau enak, menikah dengan perempuan lain dan hidup nyaman! sedangkan anakku? dia harus menanggung aib sendirian!"

Naila yang dari tadi hanya diam, kini mengangkat wajahnya. tatapannya kosong, bibirnya sedikit bergetar. ia tidak mengatakan apa pun, tetapi dari sorot matanya terlihat jelas bahwa ia dalam kondisi yang tidak baik.

Alda yang sedari tadi terdiam, akhirnya membuka suara.

"maaf, pak. tapi tuduhan ini terlalu sepihak." suaranya terdengar lembut, tetapi ada ketegasan di dalamnya. "kalau Rama bilang dia tidak melakukannya, kenapa kalian tidak mencoba mencari tahu kebenarannya lebih dulu? tidak adil kalau hanya karena mereka pernah pacaran, lalu Rama yang harus disalahkan."

Farlos mendengus keras. "tidak ada tersangka lain, karena memang hanya dia satu-satunya pria yang dekat dengan anakku! jangan coba-coba menyangkal lagi, Rama!"

"saya tidak menyangkal!" Rama menatap semua orang dengan penuh ketegasan. "saya hanya mengatakan yang sebenarnya. saya tidak bertanggung jawab atas sesuatu yang tidak pernah saya lakukan!"

suasana semakin memanas. semua orang berbicara dalam nada tinggi, dan tuduhan terus diarahkan pada rama.

namun di tengah ketegangan itu, satu hal mengusik pikiran Rama.

kenapa Naila tetap diam?

kenapa dia tidak berusaha membela diri atau mengatakan sesuatu?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!