Bunga itu telah layu sejak lama, menyisakan kelopak hitam yang berjatuhan, seperti itulah hidup Hanna Alaya Zahira saat ini, layu dan gelap.Hanna adalah seorang sekretaris yang merangkap menjadi pemuas nafsu bosnya, mengantungi pundi-pundi uang dalam rekeningnya, namun bukan tanpa tujuan dia melakukan itu. Sebuah rahasia besar di simpan bertahun-tahun. Pembalasan dendam.. Edgar Emilio Bastian bos yang dia anggap sebagai jembatan mencapai tujuannya menjadikannya simpanan dibalik name tag sekretarisnya, membuat jalannya semakin mulus. Namun, di detik-detik terakhir pembalasan dendam itu dia justru terjerat semakin dalam pada pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepercayaan Dan Curiga
"Apa selama ini suamiku memiliki simpanan?"
Hanna menunduk dengan wajah pucat, membuat Siska dengan segera berdiri dan menghampiri Hanna. Wanita itu bahkan menyingkirkan pelayan dengan kasar dan menendangnya dengan kakinya.
"Pergi!" ucapnya tajam, hingga pelayan itu segera pergi dengan takut.
"Kenapa kamu diam?" tanyanya pada Hanna.
"Saya, tidak tahu, nyonya. Saya hanya bekerja dengan Pak Edgar, saya gak pernah melihat hal lainnya."
Siska mendengus kesal. "Kamu bicara begitu tapi, wajah kamu menunjukkan kalau kamu tahu."
Hanna menunduk dalam. "Kamu takut?"
"Saya hanya bekerja, nyonya."
"Jadi benar?" Siska bertanya dengan wajah kesal. "Sial," umpatnya.
Hanna berjengit saat Siska melempar ponselnya.
"Baiklah, boleh aku meminta sesuatu?"
Hanna mendongak dengan kening mengeryit. "Kamu bisa melaporkan apapun yang suamiku lakukan di kantornya!"
Hanna mengerjap. "Tapi, Nyonya. Bagaimana kalau Pak Edgar tahu?"
"Itu akan menjadi tanggung jawabku."
"Baiklah, tapi Nyonya saya sungguh merasa bersalah."
"Kenapa?"
"Saya hanya tahu jika sepulang kerja Pak Edgar selalu pergi ke klub atau hotel."
Siska mengepalkan tangannya. "Tapi, nyonya bukankah itu belum terbukti? Bagaimana pun anda harus mencari tahu lebih dulu, bukan? Saya hanya mendengar dan melihatnya secara kebetulan."
"Kamu benar. Aku harus membuktikannya dulu, karena itu aku meminta kamu untuk mengawasinya."
Hanna mengangguk. "Saya pasti akan memberitahu nyonya."
Siska menepuk pundak Hanna. "Baiklah, biarkan pelayan bawa koper kamu. Kamu akan tidur di sebelah kamar Naomi, agar lebih mudah jika Naomi butuh sesuatu."
"Terimakasih nyonya." Hanna tersenyum.
"Sial, cat kukuku jadi berantakan." Siska melihat kuku kakinya.
"Saya menyesal Nyonya. Tapi, kalau boleh saya beri saran. Warna merah lebih cocok untuk kulit putih anda." tunjuk Hanna pada kuku Siska yang berwarna hitam.
"Benarkah?"
"Ya, anda juga bisa menambahkan gradasi warna lain agar warnanya lebih nyata."
"Sepertinya kamu tahu banyak tentang cat kuku."
Hanna terkekeh. "Saya juga menyukainya." Hanna menunjukkan kukunya yang berwarna biru dengan beberapa manik- manik di atasnya.
"Wow, cantik. Di salon mana kamu melakukan itu?" Siska menatap kagum.
"Saya melakukannya sendiri."
"Sungguh?"
Hanna mengangguk. "Maukan kamu melakukannya untukku?"
"Tentu saja, kapan lagi saya bisa melakukannya untuk idola saya." Hanna menutup mulutnya dengan senyum malu- malu.
Siska tertawa. "Baiklah, setelah istirahat datang ke kamarku, ya."
"Baik Nyonya." Setelah itu Siska pergi ke arah kamarnya, diikuti Hanna yang tentu saja naik ke lantai yang sama, sebab kamarnya hanya berjarak beberapa kamar dengan kamar Siska.
Hanna mengangguk hormat saat Siska memasuki kamarnya, lalu dia melanjutkan langkahnya melewati beberapa kamar juga kamar Naomi, lalu dia melihat pintu kamar yang terbuka dimana pelayan tengah menyimpan kopernya.
"Terimakasih," ucap Hanna saat pelayan pergi. Setelah pelayan pergi Hanna melihat sekitarnya dengan senyum puas.
Dia baru saja menumbuhkan rasa curiga dalam diri Siska dan membuat wanita itu percaya padanya, lalu setelah ini lambat laun dia akan membuat Siska semakin bergantung dan lengah hingga saatnya dia menghancurkan wanita itu dari dalam.
...
"Sedang apa kamu?" Tanya Edgar saat melihat seorang wanita berdiri di depan mejanya.
Wanita itu menoleh. "Oh, tidak, Pak. Aku menunggu kamu, aku kira kamu membutuhkanku." Wanita itu tersenyum menggoda.
Edgar menoleh pada rekan bisnisnya yang masing-masing memiliki wanita di sebelahnya.
"Tidak."
"Sungguh? Aku bisa memuaskanmu," ucap wanita itu lagi.
"Aku bilang tidak!" Edgar berkata dengan tegas, lalu meraih ponselnya di meja, setelah menyingkirkan wanita itu.
"Baiklah." Dengan langkah kesal wanita itu keluar dari ruang privat dimana Edgar tengah melakukan pertemuan bisnis bersama rekan kerjanya.
"Hanna benar dia tidak akan tergoda." wanita itu mencebik, melihat sekitarnya lalu menekan ponselnya.
"Gua udah melakukannya."
"Gue tahu. Lo disana disaat yang tepat."
"Berkat lo juga kan?" Wanita itu cekikikan.
"Thanks, Tiara."
"Jangan lupa tas edisi terbatas gue."
....
Hanna mematikan sambungan teleponnya, lalu membaringkan tubuhnya di ranjang. Temannya Tiara baru saja membantunya dengan imbalan tas edisi terbatas yang Dani tawarkan untuknya, karena menjadi pengasuh Naomi.
Hanna tahu kalau Edgar akan pergi ke klub untuk pertemuan, karena itu dia meminta Tiara untuk membuat Edgar masuk ke dalam jebakannya. Dan seolah Tuhan mendukungnya Tiara ada disaat yang tepat saat Siska menghubungi Edgar.
"Maaf aku harus memanfaatkan kamu." Tapi bukankah sudah sejak awal dia memanfaatkan Edgar. Bahkan sejak pertama kali Edgar menyewanya, Hanna tahu dia adalah suami Siska. Bahkan saat bodyguard Mamy Popy menawar untuk Edgar dia sengaja menolak. Lalu saat Dani memaksanya masuk ke dalam mobil Hanna tidak mabuk sama sekali, karena hanya minum sedikit, hingga dia tahu jika pria di depannya adalah Edgar, pengusaha kaya sekaligus suami Siska.
Trik tarik ulur ini sudah sejak awal dia lakukan, agar dia bisa terlihat alami dalam memasuki rumah ini.
Tak dapat Hanna pungkiri jika dia merasa bersalah, sebab melibatkan orang yang tidak bersalah dalam balas dendamnya.
Edgar dan Naomi.
.........
Like...
Komen...
Vote...
Doakan semoga kontraknya segera di acc ya🤲