Di dalam hening dan gelapnya malam, akhirnya Shima mengetahui sebuah rahasia yang akan mengubah seluruh hidupnya bersama Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaLibra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasakan
Cello mengabari Devan menggunakan ponsel milik suster. Devan terkejut setengah mati hingga akhirnya mengajak Santi untuk segera bertandang ke rumah sakit tanpa memberi tahu Shima yang sedang tidur siang.
Sesampainya di Rumah Sakit Sehat Sekali, Dokter sedang memeriksa keadaan Cello. Devan yang menunggu di luar ingin rasanya menerjang masuk untuk mengetahui segera keadaan Cello. Hingga akhirnya, Dokter pun keluar dan meminta Devan untuk menemuinya di ruangan.
"Bagaimana dengan adik saya Dok.? " Devan bertanya dengan raut wajah khawatir.
"Menurut pemeriksaan, Saudara Cello mengalami retak ringan di bagian tangan kanan. Disarankan untuk Saudara Cello agar tidak melakukan aktifitas berat selama dalam masa pemulihan. Semua baik - baik saja, Bapak tidak perlu khawatir. " Terang Dokter.
"Tidak perlu operasi kan Dok? "
"Tidak Pak, tangan saudara Cello cukup di pasangkan perban elastis saja. Dan nanti akan saya jadwalkan fisioterapi, dua minggu setelah pasien dinyatakan boleh pulang."
"Syukurlah Dok. " Devan menghembuskan nafas lega.
"Berapa lama penyembuhannya Dok.? " Devan bertanya kembali.
"Tergantung pasien Pak, tapi biasanya 2-4 minggu tulang akan mulai pulih, dan kabar baiknya Saudara Cello sudah boleh pulang, nanti sore."
"Baik, terima kasih Dok"
*
*
*
Shima terbangun pukul 2 siang dan mendapati rumah kosong.
"Mas Cello dari kemarin tidak pulang. Mbak Santi dan Kak Devan kok gak ada di rumah juga. Mereka pergi ke mana ya.?" Shima bergumam sendiri.
Shima berinisiatif menelpon Santi. Dering pertama tak diangkat, begitupun dering kedua dan ketiga.
Shima yang lelah pun akhirnya duduk di depan TV. Ia melamun meratapi nasibnya yang entah. Ayahnya sudah meninggal dan Ibu yang ia sayangi sudah tak mempedulikannya lagi. Ibunya tak pernah sekalipun menanyakan kabar lewat Devan. Lalu sekarang, punya suami tapi ia hidup seperti tak tentu arah. Bahkan Cello dengan terang - terangan meragukan darah dagingnya sendiri. Shima merasakan sakit, namun ia tahan - tahan setidaknya sampai anak mereka lahir. Sejauh ini Santi dan Devan memang baik kepadanya, tapi Cello adalah keluarga asli mereka dan Shima tak menampik jika darah akan lebih kental dari pada air.
Shima yang bosan akhirnya masuk lagi ke kamarnya. Masih tercium aroma parfum Cello disana. Shima menatap wajahnya di cermin dan tersenyum getir. Ia merapikan rambutnya di depan cermin yang besar. Wajah cantik, kulit putih bersih, rambut lurus hitam legam, pay*dara cukup berisi dan b*kong yang sintal. Entah dimana letak kurangnya hingga Cello tak mau menerima Shima.
Shima kembali menghubungi Santi dan kali ini panggilannya di jawab.
'Nomor yang anda tuju sedang sibuk. Cobalah beberapa saat lagi'. Shima menghembuskan napas kasar.
*
*
Pukul 5 sore terdengar suara mobil memasuki halaman. Shima segera berlari dan membuka pintu.
Dan alangkah terkejutnya ia melihat Cello duduk di kursi roda dan di dorong oleh Devan, disusul dengan Santi yang membawa obat - obatan milik Cello.
"Mas Cello kenapa.? " Tanya Shima khawatir dan seraya menghampiri Cello.
"Kecelakaan" Ucap Cello datar.
"Karma Cell, makanya baik - baik kamu sama Shima. Kuwalat kan jadinya" Devan menimpali.
Devan mendorong kursi roda dan memindahkan Cello ke ranjangnya. Devan pun menceritakan kronologi terjadinya kecelakaan yang menimpa Cello.
"Kakak akan pulang sore ini dengan Mbakmu, tolong jaga Cello ya Shima"
"Kak Devan dan mbak Santi mau pulang.? "
"Iya Shima. Mbak akan pulang. Kamu jaga diri baik -baik ya. Mbak akan ke sini 2 minggu lagi saat Cello menjalani terapi"
Shima sebenarnya berat saat Santi mengatakan akan pulang tapi mau bagaimana lagi.
"Iya mbak. Mbak Santi dan Kak Devan, hati - hati ya. Maaf aku merepotkan."
Santi membelai rambut Shima.
"Kamu jangan banyak pikiran, kalau udah gak kuat, lambaikan tangan ya.. Hehehe"
Santi memeluk Shima yang hampir menangis.
Disela adegan dramatis Shima dan Santi, Devan berbisik di telinga Cello.
"Kamu jangan melulu cuek sama Shima Cell. Nanti kalau Shima digondol barongsai baru tahu kamu" . Lalu Devan membisikkan juga sesuatu pada Cello, hingga membuat matanya terbelalak.
"Jadi benar.? " Cello menanggapi.
"Iya lah. Semua tergantung kamu. Kalau kamu baik, Shima gak akan ninggalin kamu " Bisik Devan di telinga Cello.
*
*
Shima mengantar Devan dan Santi hingga ke depan. Ia melambaikan tangannya sampai mobil Devan hilang dari pandangannya. Wajah Shima kembali murung.
Dari luar pagar, berdiri Kim dengan topi dan jaket. Kim menghampiri Shima dengan menenteng sebuah paper bag.
"Ini untukmu" Kim menyerahkan paper bag pad Shima.
"Ini apa mas.? "
"Buka saja. Aku pergi dulu"
Kim berbalik dan hilang di balik pagar. Shima yang penasaran pun segera membuka paper bag yang di berikan Kim untuknya. Setelah dibuka, isinya adalah susu hamil.
Shima segera menyimpannya tanpa mau membuka susu tersebut. Menurutnya, Kim sudah terlalu jauh masuk ke dalam hidupnya. Shima merasa agak risih.
Cello yang hendak ke dapur mengisi botol air miliknya, mendadak berhenti dan menatap Shima dari jauh. Cello yang berdiri cukup lama hanya mendapati Shima berdiri mematung menatap boks susu hamil.
"Susu dari siapa? " Cello buka suara.
"Ee...hh Mas, mau apa.? Kok gak manggil aku aja. " Shima buru - buru meletakkan susu tersebut dan menghampiri Cello.
"Dari siapa.? " Tanya Cello sekali lagi.
"Mmm.. D_dari M_mas Kim" Cicit Shima perlahan.
"Kenapa Kim memberimu susu hamil.? Atau jangan - jangan, memang benar, bayi ini perbuatannya.? "
Dengan cepat Shima menggeleng.
"Aku bersumpah maas, ini anak kamu. Aku juga tidak tahu, kenapa mas Kim memberiku susu itu." Ucap Shima hampir menangis.
"Buang.! "
Shima segera membuang susu yang di berikan Kim padanya.
*
*
Keesokan paginya, Andre mengunjungi Cello di rumah. Karena menurutnya sudah dua hari Cello tidak ada kabar setelah pertemuannya tempo hari.
Shima mempersilakan Andre menjenguk Cello yang masih terbaring di kamar. Karena masih sama seperti hari - hari kemarin, Cello akan mual dan pusing di waktu pagi dan akan sembuh jika sudah menjelang siang .
Pada saat Shima akan membuatkan minum untuk Andre, terdengar suara pintu di ketuk kembali.
Took tokkk tookkk
Shima segera membukanya.
"Permisi" Ucap wanita berambut pirang.
"Mbak siapa.? "
"Perkenalkan, saya Alina, mantan pacar Cello. "
"Apa.? " Shima agak shock dan merasakan kram di perutnya.
"Saya dengar, Cello kecelakaan sesudah pertemuannya dengan saya. Bagaimana keadaannya.? "
Shima berdiri mematung. Pikirannya mendadak resah.
'Bertemu? Mantan pacar? Mas Cello bertemu mantan pacarnya? '
"Mbaaak" Ucap Alina menyadarkan Shima dari lamunannya sembari menggoyangkan tangan Shima.
"Ee.. Iya. Mas Cello sedang masa pemulihan" Ucap Shima tersenyum tapi dalam hatinya agak sedikit berisik.
"Boleh saya masuk? "
Shima berpikir sejenak dan mempersilakan Alina masuk ke dalam. Shima mengantar Alina sampai di depan kamar dimana Cello terbaring.
Shima pergi ke dapur dan tak lupa membuatkan minuman untuk Alina juga.
Dalam kegiatannya di dapur, Shima tidak sadar jika Kim memperhatikannya dari balik kaca jendela dapur yang nampak dari area indekos karena Shima membuka tirai jendelanya.
Kim terus memperhatikan Shima yang kadang - kadang nampak menggeleng, kadang pula nampak mengusap air matanya. Kim sudah berjanji tidak akan merebut Shima tapi hati bisa terbolak - balik, siapa yang tahu.?
*
*
Sebelum memasuki kamar dimana Cello terbaring, Alina lebih dulu menyemprotkan parfum favorite Cello dulu, menambahkan lipstik dan merapikan rambutnya. Dengan dada berdebar, ia ingin mengejutkan Cello
"Hai Cell" Alina membuka pintu kamar dan mendapati Andre pun ada disana bersama Cello. Alina berfikir ia akan membuat sedikit drama sampah yang akan membuat istri Cello salah paham, tapi Author lebih dulu mendatangkan Andre di tengah- tengah mereka.
Mereka bertiga sama - sama terkejut.
"Mau apa lagi lu, Lin?" Sengit Andre.
"Gak ada urusannya sama kamu ya Ndre. " Wajah Alina nampak sedikit kecewa.
"Masuk lewat mana lu? "
"Lewat pintu lah ? "
"Shima yang bukain? Dah lihat kan lu, cantiknya bini Cello. Keder gak lu? "
"Biasa aja, aura wanita kampung"
Alina meremehkan.
Cello menatap tajam ke arah Alina.
"Apa Cell? Emang bener kan, istri kamu dari kampung? "
"Mau apa kamu kesini? " Tanya Cello kesal.
"Aku mau jenguk kesayangan aku"
Nada Alina berubah jadi manja. Andre yang mendengarnya serasa mau muntah.
"Gimana keadaan kamu Cell.? " Alina memeriksa tubuh Cello.
"Apa mantan suamimu sudah bangkrut, sampai kamu mencariku lagi.? " Cello tertawa mengejek.
"Aku masih cinta sama kamu Cell. Dia gak sebaik kamu. Kamu masih cinta kan sama aku? Aku sudah bercerai dengan Ryu, dan sekarang kamu yang harus menceraikan istrimu. Aku yakin istrimu yang kampungan itu tidak sehebat aku. Kucel, dekil, gak secantik aku. Dan aku sangat yakin kamu masih mencintaiku. " Rengek Alina pada Cello.
"Mata lu rabun Lin? " Andre benar - benar muak dengan Alina.
"Aku cinta sama kamu Cell, aku akan rebut kamu dari istrimu. " Alina menggenggam tangan Cello.
Shima yang menguping dibalik pintu, kini sudah tidak tahan dan memutuskan masuk ke kamar, hingga membuat Andre membelalakkan matanya. Alina pun mendadak diam dan Cello melepaskan tangannya yang masih di genggam Alina.
" Kenapa diam lu? Tadi lu semangat banget jelekin Shima. Ayo coba ulangi" Kompor Andre
"Ndre" Tegur Cello.
Shima meletakkan nampan di atas nakas dan memberikan susu kepada Cello serta jus jeruk kepada Andre. Tak lupa Shima juga memberikan jus milik Alina. Namun belum sempat Alina meraih gelas tersebut, Shima dengan segala kekuatan apinya, menyiramkan jus tersebut ke wajah Alina.
"Rasakan" Shima menyeringai.
Cello dengan lantang berteriak
"Shimaaa...... "