[Colab with kak Mozarella_cha]
[Cerita dalam proses merevisi]
.
.
Cerita ini mengandung adegan yang membuat kalian geleng-geleng kepala dengan antagonis satu ini.
.
.
Rheasya Livynza Quittern, mahasiswi cantik jurusan bisnis yang namanya dikenal karena segala tingkah absurdnya.
Kelakuannya, membuat semua orang pusing tujuh keliling bahkan harus menyetok banyak kesabaran untuk menghadapinya.
Namun bagaimana jadinya kalau Rhea malah mengalami transmigrasi, usai menghirup bau kentut dosen killer.
Jiwanya merasuki tubuh yang memiliki peran sebagai antagonis sebuah novel yang sekilas membaca cerita sinopsisnya saja.
Kali ini antagonisnya sangat berbeda dengan deskripsi tokoh jahat di novel umumnya.
QUEEN BULLYING ❎
Seragam ketat dan make up menor ❎
Dibenci protagonis pria ❎
QUEEN LAVEGOS ☑️
Keluarga harmonis ☑️
Protagonis pria posesif ☑️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fasya_bby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 - A?NP!
"Nggak lah! Siapa juga yang terpesona sama lo. Jadi orang itu jangan geer! Biasa aja tuh!" elak Rhea tidak mau berkata jujur.
Padahal perkataannya tadi sangatlah bertentangan dengan isi hatinya yang memuji keindahan makhluk ciptaan Tuhan untuk yang satu ini.
'Biasa dari mana cok?! Dia gantengnya itu loh nggak ketulungan njir!' batinnya sambil ngedumel.
"Oh.. Ini boleh?" tanya Zevan dengan wajah datar sambil melirik nampan yang ditaruh di atas meja bundar kecil.
"H-hah? Apanya yang boleh? Kalau mau ngomong jangan setengah-setengah napa anjing! Lo kira gue cenanyang? Gue nggak paham yang lo omongin!"
Zevan lantas menatap tajam ke Rhea yang berani berbicara kasar, istilahnya mengumpat.
"Your mouth, baby." ucapnya dengan nada penuh penekanan dengan ekspresi tidak suka.
Rhea seketika tersadar akan apa yang baru saja dia katakan. 'Duh, mati gue!' batinnya ketakutan.
Dia gelagapan, dan mencari alasan yang terdengar masuk akal untuk membela diri agar bisa terhindar dari ceramah no jutsu yang tidak ada habisnya.
Rhea bahkan tidak menyadari adanya kata 'baby' yang barusan diucapkan Zevan untuk menyebut namanya karena fokus berpikir keras.
"Anu, gue nggak sengaja ngumpat kok. Lagian kalau ngomong kan nggak bayar alias free. Jadi yang jelas ngomongnya biar gue nggak bingung lagi."
Zevan menghela napas panjang sambil meredam emosinya, karena tidak bisa marah ketika melihat wajah memelas Rhea yang menggemaskan.
"Jangan diulangi lagi kalau kamu nggak mau dapat hukuman dari aku. Perbaiki gaya bicaramu, Rhea."
Rhea sebenarnya ingin protes karena Zevan berani mengancamnya tetapi masih sayang nyawanya.
Dengan terpaksa, Rhea mengangguk.
"Dan satu lagi. Tolong biasakan pakai 'aku-kamu' dan jangan pakai 'lo-gue' kalau lagi sama aku, karena aku tidak suka mendengarnya."
Sekali lagi Rhea mengangguk patuh terhadap aturan baru yang ditetapkan seenak jidat si psikopat sinting yang haus darah di depannya ini.
Dia masih waras untuk tidak menentang malaikat maut yang mencabut nyawanya.
Dia harus mencari aman dahulu, meskipun tunduk akan perintah dan aturan tidak masuk akal Zevan.
"Tehnya diminum, aku buatin khusus hanya untuk kamu, Xavier. Kue keringnya jangan lupa dimakan, mama yang beli di toko roti langgananku."
Zevan terdiam sebentar dan menatap dalam Rhea yang sialnya, semakin dibuat salah tingkah ditatap intens seperti itu.
Ahh... Rhea selain membuatkan teh, ternyata juga membuatkan panggilan khusus untuknya.
"Mulai sekarang, kamu harus memanggilku Xavier. Aku menyukai nama panggilan darimu, Rhea."
Rhea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan menangkup pipinya yang terasa panas. "Iya... Nah, Xavier, ayo dicicipi sebelum dingin."
Zevan meminum teh dalam cangkir porselen itu dan ekspresi masam dengan dahi yang berkerut.
Sepertinya Rhea sengaja mengerjainya dan dengan senang hati dia menerimanya.
Dia beralih mencicipi camilan berupa kue kering di atas piring kaca dan dugaannya tepat sasaran.
Dilihat dari warna cokelat kehitaman kue keringnya, siapapun pasti bisa menebak dengan mudah jika ini memang beneran disengaja.
Rhea terkikik dalam hati melihat ekspresi konyol Zevan setelah meminum teh, dan memakan kue kering hingga habis tidak tersisa.
"Ternyata kamu lumayan pandai memasak, nanti aku undang chef Alain Ducasse datang ke sini mengajari kamu secara khusus."
Rhea mendadak cengo saat mendengar satu nama legendaris dunia di bidang kuliner.
"Lo-- Kamu beneran ngundang chef yang mendapat 21 Michelin Star?! I-ini kamu serius kan?!" hebohnya dengan wajah tidak percaya.
Zevan dengan santainya mengangguk. "Yes, I will do anything especially for you, baby."
Rhea meskipun tidak pandai bicara bahasa Inggris tapi masih bisa untuk mengartikan kalimatnya.
Dia yang mengerti arti kalimat itu langsung merasa ada banyak sekali kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya.
'Kalimatnya romantis banget. Apalagi ada dipanggil 'baby'. Jantung gue kok murahan banget sih, tapi ini gue beneran baper njir!' batinnya sambil memegang pipinya yang merona karena tersipu.
"Ekhm! Beneran datang buat ngajarin aku kan?? Soalnya kalau aku masak, dapur bisa kebakaran nanti. Hehe.." ucap Rhea jujur.
Rhea membutuhkan bimbingan seorang ahli untuk mengajarinya supaya lebih pandai memasak.
Di kehidupan sebelumnya, Mommy-nya mengomeli dirinya karena ke sepuluh kalinya membakar dapur.
Mulai dari meninggalkan kompor atau oven dengan keadaan masih menyala dan masih banyak lagi dari setiap alasan dibalik kebakarannya.
Mommy-nya juga berkomentar kalau dirinya hanya bisa masak makanan gosong dan tidak bisa untuk membedakan gula dan garam jika toplesnya tidak diberikan label dengan spidol.
Untungnya, di dapur tadi setiap toples sudah diberi label tetapi Rhea memang sengaja ingin mengerjai Zevan. Namun reaksinya tidak seperti dugaannya.
Zevan tersenyum sangat tipis, hingga Rhea tidak menyadari sudut bibirnya sedikit naik ke atas.
"Untuk masalah itu, kamu jangan khawatir. Chefnya bakalan datang besok siang."
'Mimpi apa gue semalem bisa ketemu idola bidang kuliner yang hanya bisa gue lihat di TV...' batin Rhea yang sudah bersorak gembira.
Saat waktu kehidupan dulu belum sempat minta ke Daddynya untuk mengajak chef legendaris dunia itu ke rumah karena lagi ada kesibukan.
Rhea berdehem dan mengubah ekspresinya seperti biasa dan tatapan mata menjadi lebih serius.
"Apakah pertunangan ini bisa dibatalkan? Kita kan belum merasa jatuh cinta satu sama lain, takutnya kita nggak cocok." ucapnya dengan hati-hati.
Zevan seketika mendatarkan wajahnya dan aura di sekitarnya menjadi berkali-kali lipat lebih dingin.
"Kenapa dibatalkan?? Kalau kamu sudah menjadi milikku, sampai kapan pun aku tidak akan pernah melepaskan kamu. Mengerti, baby?"
Rhea mengangguk berulang kali, nyalinya seketika ciut jika berhadapan dengan psikopat sinting yang haus darah ini. Beneran deh, suwer!
Melihat Rhea-nya patuh tanpa mencoba berniat memberontak membuat Zevan menyeringai bak predator yang bersiap menerkam mangsanya.
Rhea-nya seperti kelinci mungil yang ketakutan jika bertemu dengannya yang seperti harimau.
"Tapi aku cewek matre yang suka barang-barang mewah dan harganya mahal. Memangnya, kamu mau bertunangan sama aku?" tantang Rhea yang memberikan pertanyaan menjebak.
Kebanyakan pria umumnya tidak menyukai wanita yang mata duitan karena pasti akan menghabiskan seluruh uang hasil kerja kerasnya dalam sekejap.
Namun, jawaban Zevan kebalikannya dan membuat Rhea seketika menjatuhkan rahangnya.
"Tentu saja aku tidak masalah kamu seperti cewek matre, karena kamu membantu aku menghabiskan uangku yang tidak pernah ada habisnya."
"Kalau kamu menikah denganku, kamu tidak perlu cosplay jadi pembantu karena tugas kamu sebagai istri hanya perlu melayani di ranjang, mengandung anakku dan berbelanja sesuka hatimu. Itu saja."
"Aku paham tentang kebutuhan wanita ada banyak contohnya pembalut, pakaian, skincare, perhiasan, parfum, tas, sepatu, make up, spa dan salon. Jadi.. aku senang kamu pakai uang hasil kerja kerasku."
Wow, Rhea speechless dengan ucapan Zevan yang panjang bak rel perlintasan kereta api.
Padahal di novel, dijelaskan kalau tokoh utama pria adalah pria yang irit bicara, sedingin kulkas, sedatar tembok dan tidak mungkin mengetahui akan dasar kebutuhan para wanita.
Bagaimana bisa Rhea tidak jatuh cinta pada Zevan setelah mendengar tulusnya semua ucapannya itu.
Zevan tipikal pria idaman yang mengerti perasaan wanita yang sulit sekali ditebak dan dipahami oleh para pria di luaran sana.
"Kalau nanti ada cewek yang lebih cantik dari aku, apa kamu ngelupain aku? Apa kamu juga ada niat selingkuh dengan cewek yang lebih cantik itu??"
Rhea bersedekap dada dengan senyum penuh arti, menanti jawaban apa yang diberikan Zevan. Fufu..
"Mana mungkin aku bisa ngelupain kamu yang jelas lebih cantik bahkan lebih seksi dari wanita lain hm? Aku menyandang marga Delarz diajarkan sejak dari generasi kakek moyang, khususnya untuk pria tidak boleh bersikap bajingan, brengsek, selingkuh, harus setia dan tanggung jawab ke pasangan hidupnya."
Rhea tentunya tidak terima dengan omong kosong Zevan. Dia jelas mengetahui di alur cerita novelnya, Zevan mencampakkan dan tidak peduli bagaimana rasa sakit hati yang diterima Rhea aslinya.
Dengan mudahnya Zevan beralih pada Luana tanpa memikirkan sehancur apa Rhea aslinya yang waktu itu berstatus sebagai tunangannya.
"Lalu, gimana kamu membuktikan perkataan kamu bisa dipegang? Kebanyakan pria sukanya berbicara omong kosong, seperti buaya darat alias playboy."
Zevan terdiam sebentar, lalu merogoh saku jaket kulit hitamnya untuk mengeluarkan sesuatu yang membuat Rhea penasaran.
Zevan menaruh pistol di atas meja dan Rhea yang melihatnya melotot dengan wajah terkejut.
"Lo-kamu gila?! Ngapain bawa pistol hah?! Gimana kalau dimarahi Mommy Rosita?" Rhea tanpa sadar membentak Zevan dengan nada marah.
Zevan tersenyum penuh arti dan sama sekali tidak marah saat Rhea-nya berani membentak dirinya.
"Kamu minta bukti kan? Pistol ini kamu tembakkan ke jantungku kalau aku berani selingkuh dari kamu. Ini peraturan keturunan Delarz bagi pria yang berani melanggar prinsip sebagai pria sejati."
Sekarang Rhea seketika terdiam kaku. "Gimana?? Gu-aku tidak salah dengar kan?! Ini beneran kamu mau aku nembak jantungmu, begitu maksudnya?!"
Zevan hanya mengangguk singkat dengan ekspresi wajah polos, seolah paham keterkejutan Rhea-nya.
"Anj- Ekhm! Berarti ini pistol aku yang bawa dan ada satu pertanyaan terakhir buat kamu. Aku bukan tipe cewek lemah lembut, anggun, feminim. Kamu tidak malu terus bersamaku?"
Rhea mempertanyakan hal itu karena dia memang dasarnya nampak tomboy, bar-bar dan bad girl.
"Aku sama sekali tidak malu, yang paling penting itu menjadi dirimu sendiri lebih baik dibandingkan sifat wanita yang bermuka dua dan tidak apa adanya."
"Apa kamu tahu, baby? Aku suka tipe wanita yang membalas balik kalau diperlakukan buruk apalagi bisa menaklukkan orang yang menjadi musuhnya. Aku terima apapun kelebihan dan kekuranganmu, Rhea. My sunshine."
"Menurut aku panggilan itu cocok denganmu, Rhea. Artinya, kamu adalah sosok yang telah memberikan cahaya yang mencerahkan hari-hariku, pelangi yang mewarnai hidup suramku."
Wow, Rhea takjub dengan rangkain kalimat yang dilontarkan Zevan barusan. Entah dari mana asal kalimat romantis yang dipelajari psikopat sinting yang haus darah di hadapannya ini.
Debaran jantung Rhea berdetak lebih kencang, saat mendengar panggilan kesayangan khusus untuknya dari Zevan, padahal jelas-jelas dia ingin menghindar dan tidak ingin ikut campur pada alur cerita novel.
Sedari tadi Rhea gagal untuk membuat Zevan ilfeel dengannya, malah dirinya yang semakin jatuh pada pesona dan kalimat romantisnya.
'Gue nggak boleh terlena gitu aja. Mungkin ini cuma siasat liciknya yang bakalan ngebuat kehidupan gue menderita. Aktingnya boleh juga sih.'
'Gue juga masih kepikiran sih, kalau Zevan beneran cinta ke Rhea asli atau nggak? Secara Zevan nggak bakalan percaya kalau gue ceritain apa yang terjadi sebenarnya tentang transmigrasi yang gue alami.'
'Gimana kalau Zevan tahu sebenarnya Rhea aslinya udah nggak ada dan tubuhnya dimasukkin jiwa gue. Apa nanti gue dibunuh? Atau emang sejak awal dari alur cerita novel, Zevan cintanya Luana, nggak Rhea aslinya? Duh! Pusing kepala gue, anjing!'
Kalau memang ada wanita lain selain dirinya yang telah mendengarkan sejak awal perbincangan kali inipun pasti mengajak Zevan menjadi kekasihnya.
Atau wanita yang lebih tua dari Zevan pasti segera meresmikan dengan menikah sebagai suaminya.
'Kalau dari tatapan mata dan ucapannya sejak tadi emang beneran tulus dan nggak ada kebohongan.. Jadi, gue kudu eottokhe cok?! Apa gue harus rubah atau ikut alur cerita novelnya?'
Rhea membatin dengan perasaan ragu, bercampur gelisah, bahkan cemas dengan keputusan akhirnya yang akan berdampak ke takdir semua tokoh novel termasuk dirinya sendiri.
-TBC-
Ceritanya beberapa udah direvisi jadi sedikit beda sama yang di wp. Tetap update setiap hari ya kak😂🥰
Aku kira bakal digantung ceritanya tapi dugaan aku salah, semoga ceritanya happy ending kak author. Semangat terus ya, jaga kesehatan💜
Bagi para pembaca lama di wp yang punya NT bisa mampir baca ulang. Pembaca baru boleh baca juga, siapa tau bikin ketagihan.
Last, jangan lupa follow akun aku, kasih like, vote dan subcribe biar semangat update cerita terus.