Zara Salsabila, seorang gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Justru dirinya dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Sebulan berlalu dari permintaan Aven itu kini setiap pagi Zara selalu disibukkan oleh kegiatan memasaknya.
Dia harus memasak dua menu setiap harinya. Karena makan pagi dan makan siang, Aven ingin menu yang berbeda. Dan itu membuat Zara sedikit banyak melupakan kesedihan yang menimpanya. Dia tidak lagi memikirkan tentang Azka dan juga Widia. Akan tetapi lebih memikirkan besok akan memasak apa untuk Aven.
Dan memang itulah tujuan utama Aven meminta zara memasak untuknya. Dia tahu dengan seperti itu zara akan segera melupakan Azka. Lelaki brengsek seperti itu tidak pantas untuk seorang Zara. Maka dari itu muncullah ide brilian seorang Aven.
Ceklek.
Terdengar suara kunci pintu terbuka. Zara yang sedang asyik menumis sayur di wajah menoleh sekilas. Dan benar saja jika yang datang adalah Aven.
"Lho kok tumben sendirian?" tanya Zara saat melihat Aven hanya datang sendirian.
Kemarin dia datang dengan asisten Dion. Kenapa hari ini muncul di rumahnya hanya seorang diri.
"Dion lagi ada urusan. Kenapa memangnya kok kamu segitunya nggak ada Dion?" tanya balik Aven membuat Zara seketika mendelik.
"Abang ini bagaimana sih? Ditanya begitu kok jawabnya pakai urat segala," gerutu Zara sambil mengangkat wajan penggorengan.
"Siapa juga yang pake urat sih. Biasa aja kok Ra," sahut Aven membuat Zara berdecak mendengarnya.
Ya, setiap hari selalu dihabiskan oleh keduanya dengan saling berdebat. Selalu saja ada yang mereka perdebatkan. Dan entah sejak kapan si pangeran kutub selatan itu menjadi banyak bicara jika sudah berdekatan dengan Zara. Lalu dia akan memulai sebuah acara berdebatan dengan gadis itu. Aven mendadak menjadi sosok yang menyebalkan bagi Zara.
Plak!
"Abang, cuci tangan dulu ih baru sarapan," tegur Zara saat lelaki itu hampir saja mencomot udang goreng tepung crispy yang barusan dia buat.
"Nyicipin satu aja Ra, gitu aja pelit," gerutu Aven sambil mencubit hidung minimalis Zara.
"Iihh, Abang deh. Jangan mulai!" seru Zara tetapi Aven sudah lebih dulu berkelit saat Zara ingin menepuk punggungnya.
"Resek banget deh, heran aku sama dia. Mendadak jadi super super resek sekarang," gerutu Zara lirih sambil menata makanan yang sudah dia persiapkan di atas meja makan.
"Jangan suka menggerutu, Ra. Nanti kamu cepet tua," ujar Aven yang tiba-tiba sudah berada di belakang Zara.
"Astaga, Abang suka bikin kaget aja ih," ucap Zara sambil mengelus dadanya dan Aven yang melihat itu justru tersenyum kemudian duduk di kursi tempat biasanya dia duduk.
Dia menyodorkan piringnya kepada Zara untuk meminta di isi lauk pauk. Zara yang sudah selama ini terbiasa akan kebiasaan Aven. Dia tidak lagi mengeluh seperti di awal-awal dulu. Dia justru dengan cekatan melayani apa saja makanan yang diminta oleh Aven.
"Kopi ku mana?" tanya Aven saat menyadari bahwa tidak ada secangkir kopi untuk dirinya pagi hari ini.
"Tidak ada kopi untuk hari ini bang. Aku tahu kalau Abang kemarin sakit perut kan. Bibi Alin sudah memberitahuku semalam gegara Abang sering minum kopi jadi bermasalah dengan lambung Abang. Makan dulu dan tidak ada kopi untuk sementara waktu. Perbanyak minum air mineral biar Abang kondisinya lekas pulih," ujar Zara menyodorkan segelas air mineral ke hadapan Aven.
"Cerewet banget kayak emak-emak," ujar Aven lirih namun tetap meminum air mineral pemberian dari Zara.
"Emang calonnya emak-emak. Kenapa emangnya? Masalah?" balas Zara tidak mau kalah.
Aven hanya terdiam dan kembali melanjutkan makannya. Dia pagi ini juga ada meeting penting dengan klien dari Jepang.
Bahkan asisten Dion sudah lebih dulu berangkat menjemput kliennya tersebut. Pertemuan akan mereka adakan nanti di kantor MH pukul sembilan pagi. Jadi masih ada waktu untuk Aven berdebat dengan Zara dahulu. Selain itu dia mulai ketagihan dengan masakan dari gadis yang sedang makan dihadapannya tersebut.
Zara yang dia kenal sejak kecil adalah anak yang mudah menangis dan juga manja. Kini Zara sudah berubah menjadi gadis yang kuat, mandiri, pekerja keras, dan juga cantik.
Waktu rupanya telah membuat gadis itu menjadi semakin dewasa. Terutama sekarang dia sudah begitu pandai memasak. Aven tidak menyangka jika Zara mampu hidup sendiri di sebuah rumah kontrakan dan juga memasak.
Karena sewaktu kecil dulu Zara adalah cukup bisa dikatakan anak bunda. Apa-apa dia selalu mengadukan kepada bundanya. Apalagi kalau dulu Aven menjahilinya pastinya akan langsung diadukan ke bundanya oleh Zara.
"Kenapa Abang memandangku sambil senyum-senyum gitu ih. Abang nggak lagi kesambet kan?" tanya Zara yang melihat sedari tadi Aven senyum-senyum menatapnya.
"Iya kesambet...." jawaban nanggung Aven seketika membuat Zara menoleh dengan raut wajah terkejut.
"Kesambet cintamu," lanjut Aven kemudian memakan kembali makanan yang ada di atas piringnya dengan bersemangat.
Pagi ini entah kenapa dia merasa bahagia banget. Sedangkan Zara masih belum mencerna kemana arah pembicaraan mereka pagi itu.
Apaan sih maksudnya? batin Zara bingung.
❤️❤️❤️
TBC