Eliza yang belum move on dari mantan tunangannya-Aizel- menikah karena dijebak oleh Raiyan yang merupakan ipar tiri Aizel , sedangkan Raiyan yang awalnya memiliki kesepakatan dengan adik tirinya yaitu Ardini, sengaja melanggar kesepakatan itu demi membalas dendam pada Ardini.
"Kesepakatan Kita hanya sebatas kau membuat nya jatuh cinta, lalu meninggalkannya setelah Aku dan Aizel menikah, Kau melanggar kesepakatan Kita Raiyan. " ~Ardini
"Tapi di surat perjanjian itu juga tidak ada larangan kalau Aku mau menikahinya."
~ Raiyan
akankah kisahnya berakhir indah? akankah Eliza kembali pada Aizel setelah mengetahui semua fakta yang selama ini Raiyan sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Pernikahan Aizel
"Eliza... Kau yakin dia lelaki yang baik untukmu?" tanya Aizel di telepon, awalnya Eliza tak ingin menjawab panggilan itu, tapi dering ponsel benar-benar mengganggu tidurnya.
"Tentu saja." jawabnya singkat.
"Pikirkan lagi Eliza, jangan terburu-buru mencari pengganti ku, belum tentu dia yang terbaik untukmu." Eliza memutar bola mata atas penuturan Aizel, seakan dia adalah yang terbaik padahal dia adalah orang yang sudah membuat Eliza patah hati.
"Apa salahnya jika Aku sudah move on? Lagi pula sudah sepuluh bulan Kita putus, Kau bahkan langsung bertunangan sehari sesudah memutuskan ku, jadi tak ada salahnya kan, kalau aku juga menemukan penggantimu sekarang!"
"Ada sesuatu yang tak bisa Aku jelaskan pada mu, El."
"Maka tak perlu menjelaskan apa pun, bukankah Kita harus lanjut dengan kehidupan masing-masing?" Deru napas Eliza terdengar jelas di ujung telepon, ia tengah menahan emosi sekarang.
"Aku masih mencintai mu Eliza." Hening di antara mereka, Eliza pikir Aizel pasti berbohong, Eliza ingat setiap kali Ardini menghinanya. Aizel selalu diam saja bahkan tak jarang juga ikut menghinanya. Paling-paling ini hanya trik Aizel untuk mempermainkannya lagi.
"Apakah kau juga masih mencintaiku?" sambung Aizel.
"Berhenti bersandiwara Aizel. Aku muak dengan lelaki plin-plan sepertimu. Kalau Kau benar-benar masih mencintaiku, buktikan Aizel!" sergah Eliza cepat, sesekali ia ingin Aizel merasakan bagaimana rasanya dipermainkan.
"Aku akan melakukan apapun untuk membuktikannya Eliza. Apa yang harus Aku lakukan agar Kau percaya?"
"Menikahlah dengan orang yang tak Kau cintai! Jika Kau mencintaiku, Menikahlah dengan Ardini secepatnya!" Sesaat Aizel terpaku atas apa yang Eliza katakan, apa ia tak salah dengar? Bukankah itu justru akan membuatnya jauh dari Eliza?
"Kenapa Aku harus menikah dengannya El? Bukankah seharusnya Kau memintaku memutuskan pertunangan dengannya lalu kembali padamu?" tanya Aizel tak mengerti
"Jika Kau benar-benar mencintaiku, Kau pasti sanggup berkorban untukku termasuk melakukan hal yang tidak Kau sukai sekalipun. Itu artinya Kau hanya mengatakan omong kosong padaku Aizel!"
"Apa hanya itu satu-satunya cara agar Kau percaya? jika nanti Aku telah menikah dengannya, bagaimana Kau akan kembali padaku Eliza? Apa harus menjadi selingkuhan? Atau istri kedua? Apa jangan-jangan Kau akan memintaku menceraikan Ardini setelah menikahinya?" Aizel mencecarnya dengan banyak pertanyaan.
"Aku muak dengan pembohong seperti mu Aizel! Hubungan yang sudah berjalan lima tahun saja bisa Kau akhiri secara tiba-tiba, Aku sudah tak bisa lagi percaya padamu!"
"Oke fine!" Aizel memijat pelipisnya dan menarik napas dalam.
"Aku akan menikah dengannya untuk membuktikan perasaanku padamu. Berjanjilah Kau tak akan menikah dengan pria manapun dan akan menungguku sampai urusanku dengan Ardini selesai, apa Kau sanggup?"
"Kau tak berhak memberikan syarat padaku Aizel! Lakukan saja atau tidak sama sekali!" Eliza menutup telepon emosi. Dadanya kembali terasa sesak. Matanya panas dan berembun. Sejujurnya Eliza masih menyimpan sedikit rasa untuk Aizel, tapi harga diri nya jauh lebih penting sekarang, cukup sudah ia di permainkan oleh Aizel.
...****************...
Hari yang ditunggu-tunggu Ardini tiba. Sepanjang hidupnya, Ardini merasa ini lah pencapaian terbesarnya. Aizel yang Ia sukai sejak duduk di bangku SMA kini berhasil di miliki seutuhnya. perasaan bahagianya ini mengalahkan saat ia berhasil meluncurkan produk baru yang berhasil terjual sehingga mendapatkan keuntungan yang besar.
Ardini dan Aizel berdiri di pelaminan, ia memakai gaun pengantin putih yang ditempeli berlian. Sedangkan Aizel tampak gagah dan tampan dengan balutan tuxedo putih di tubuhnya.
Netra Aizel tak lepas dari Eliza yang memakai gaun berwarna hitam yang dihiasi sedikit Payet dengan panjang hanya setengah lutut. Tubuh rampingnya tercetak jelas. Rambutnya di sanggul dengan menyisakan sedikit rambut bergelombang di bagian poninya. make up tipis membuatnya terlihat cantik natural, tak ada lagi jerawat maupun wajah kusam yang dulu menjadi hiasan di wajahnya.
Eliza celingak-celinguk mencari keberadaan Raiyan, sayangnya pria itu tak juga menampakkan batang hidungnya setelah ia sendiri yang meminta Eliza untuk berdandan menggunakan black card nya.
Sejenak Ardini merasa cemas atas kehadiran Eliza, tapi ia sadar sekarang Aizel hanya miliknya seorang. Ardini berbisik pada MC, detik selanjutnya MC melakukan apa yang Ardini perintahkan padanya.
"Di mohon kepada Mbak Eliza untuk naik ke pelaminan dan membawakan cincin untuk proses bertukar cincin pengantin Kita, silahkan Mbak Eliza,ini permintaan langsung dari mempelai wanita Kita." Seluruh mata tertuju ke arah Eliza,mau tak mau ia terpaksa mengikuti permainan Ardini.
Eliza berjalan ragu dengan kepala tertunduk, tangannya sedikit gemetar. Eliza membawa kotak cincin dan berdiri antara Ardini dan Aizel. Netranya menatap sendu saat menyerahkan cincin pernikahan milik Ardini kepada Aizel.
'Berakhir sudah cinta yang tersisa untukmu Aizel. Sekarang kau sudah resmi menjadi suami Ardini.' Batin Eliza mencoba berdamai dengan lukanya,ia sedang berusaha untuk mengikhlaskan Aizel sepenuhnya.
"Tersenyumlah Eliza! wajahmu itu seperti sedang menghadiri prosesi pemakaman saja." ucap Ardini penuh senyum sambil memamerkan cincin di jari nya pada Eliza.
Di saat yang sama, Raiyan naik ke pelaminan untuk mengucapkan selamat, ia pun tampak lebih gagah dan berwibawa dengan tuxedo hitamnya.
"Hai Eliz, maaf Aku terlambat. Oh ya, selamat pengantin Baru ya, Adikku." Raiyan mengecup kening Ardini.
"Adik?!" tanya Eliza dan Aizel serempak
"Iya, Aku adalah adik tiri Raiyan,Eliza. Kenapa terkejut begitu?" ucap Ardini dengan perasaan di atas awang-awang karena sudah berhasil merebut Aizel, juga sudah berhasil mempermainkan Eliza atas sandiwara liciknya dan Raiyan.
"Raiyan! Kau berhutang penjelasan padaku." mata Eliza memanas, ia hampir menangis, Raiyan merasakan sebak di dadanya melihat raut wajah Eliza yang sulit di jelaskan saat wanita itu turun dari pelaminan.
Tanpa sadar Raiyan menyeret langkahnya untuk mengikuti Eliza yang sudah keluar dari gedung resepsi.
Terlihat Eliza sedang berdiri memegang hp,kemungkinan ia sedang memesan taksi online.
"Eliza! Maafkan Aku karena tak memberitahumu tentang hubunganku dengan Ardini."
"Apa sebenarnya tujuanmu mendekatiku? Kenapa Kau harus berpura-pura tak mengenal Ardini waktu itu? Seolah Kau sengaja membuatku move on agar Aku benar-benar berhenti percaya pada Aizel." Tanya Eliza dengan suara bergetar.
"Aku hanya merasa Kita punya takdir untuk bersama, itu hal yang wajar bukan? Lagi pula memang sudah saatnya Kau melupakan lelaki itu, El." Raiyan merasa konyol pada dirinya sendiri. Kenapa dia harus mempertahankan citra baiknya di depan Eliza?
Bukankah seharusnya ia mencampakkan Eliza seperti kesepakatannya? Selama ini ia yang menyandang gelar playboy merasa baik-baik saja setelah memutuskan pacarnya.
'Apa yang Kulakukan? Apa Aku sudah gila? Kenapa perasaan iba ini menjalar ke seluruh tubuh bahkan sudah sampai ke ubun-ubun?' Batin Raiyan mengutuk dirinya yang seperti bukan dirinya sendiri.
Eliza tak menjawab apapun, ia langsung masuk ke sebuah mobil yang dipesannya beberapa menit lalu.
...****************...
Keesokan harinya, Raiyan mendapati beberapa barang yang di belikannya untuk Eliza tergeletak di ruang tamu rumahnya. Eliza mengantarkannya lewat kurir.
Sejak tadi malam Eliza tak membalas pesannya sama sekali. Wanita itu juga tak masuk kerja. Raiyan mendatangi kosnya tapi tak ada tanda-tanda Eliza di sana. Raiyan merasa bersalah,mungkin ia harus minta maaf secara baik-baik. Bukankah mengambil kesempatan atas penderitaan orang lain itu berdosa?
Sejak peristiwa malam itu, Eliza bagai di telan bumi. Raiyan mencoba mencari Eliza di tempat yang mungkin Eliza kunjungi seperti pasar malam, beberapa kafe dan restoran, barangkali Eliza kerja di sana.
Meski sudah mendapatkan saham sepuluh persen, Raiyan merasakan hari-harinya begitu kosong. Kesibukan di kantor tak mampu mengalihkan pikirannya dari Eliza.
Dua bulan Raiyan telah terbiasa dengan perannya sebagai orang yang mengejar-ngejar Eliza, ia merasa senang jika Eliza tersenyum setiap kali menerima perlakuan manisnya. Lalu dalam semalam ia harus melihat wajah Eliza yang tersipu itu menjadi sendu dan redup.
Raiyan mungkin berhasil menyembuhkan patah hati Eliza, tapi Raiyan juga yang kembali mematahkan hati Eliza.
Raiyan teringat dengan ibunya. Mungkin Eliza sedang merasa patah hati yang lebih hebat kali ini sama seperti yang ibunya rasakan dahulu.
Raiyan hampir menyerah, apa sebaiknya Raiyan melaporkan Eliza sebagai orang hilang? Lelah berkeliling kota hanya untuk mencari dan menerka keberadaan Eliza, Raiyan mampir di sebuah rumah makan lesehan. Setelah memesan nila bakar dan sayur asem, Raiyan menunggu makanannya dengan sabar sambil memantau sosial media Eliza, siapa tahu ada postingan terbaru.
"Silahkan makanannya." Suara yang sangat mirip dengan Eliza. Raiyan melihat kepada wanita didepannya yang sibuk sendiri menata pesanannya.
"Eliza.." gumam Raiyan tanpa sadar.
"Kau.." balas Eliza tak percaya harus melihat lelaki yang sudah mempermainkannya.
"Akhirnya Tuhan mempertemukan Kita kembali." ucap Raiyan penuh syukur, ia tersenyum begitu saja.
'Aku takkan melepasmu kali ini, Eliza.' Batin Raiyan dengan penuh semangat.
Hi Readers, selamat membaca karya pertama saya, mohon like dan dukungannya semua, Salam hangat dari Kepri.
Raiyan.
Eliza