NovelToon NovelToon
MELAWAN IBLIS

MELAWAN IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi Timur / Iblis / Ahli Bela Diri Kuno / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:876
Nilai: 5
Nama Author: Cut Tisa Channel

MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mendapat Teman Baru

Hari itu di rumah Tun Ai yang berada di sekitar kota Surabaya sedang di adakan pesta yang sangat meriah.

Setiap tahun memang pria kaya raya tersebut selalu membuat perayaan yang dipenuhi dengan makanan dan hiburan bagi siapa saja yang di undangnya.

Acara hari ini sungguh sangat mewah dan meriah. Terlihat karangan bunga besar tergantung indah di sepanjang jalan menuju ke rumah lengkap dengan dekorasi yang indah dan mewah.

Sepasang pengantin yang baru saja menikah duduk di atas kursi besar bergandengan dengan pakaian khas Tiongkok.

Selain perayaan itu untuk menikah kan putrinya yaitu Sila, Tun Ai juga sengaja membuat acara yang sangat besar dan meriah tersebut untuk mengundang beberapa koleganya.

Indrayana sang ketua perkumpulan yang besar itu turut menghadiri acara tersebut bersama puluhan bawahan nya yang sebagian besar menyamar sebagai pelayan atau penjaga keamanan.

Ada pula beberapa kompeni berpangkat tinggi yang di undang Tun Ai. Acara berjalan lancar hingga sore hari, barulah masalah timbul.

Sekelompok pembesar kompeni mendatangi rumah tersebut dan memanggil Tun Ai dengan nada sedikit kasar.

"Ada apa tuan Snorke? Ada yang salah?" Tanya Tun Ai ketika berhadapan dengan pemimpin penjajah itu.

"Siang tadi ketika anak buah ku memenuhi undangan mu. Dia melihat dua orang pembunuh berada di sini. Serahkan mereka pada kami". Seru tuan Snorke pria berambut perang dengan jambang panjang hingga hampir menutupi dagu.

"Kami tidak menyembunyikan pembunuh atau pesakitan apapun tuan. Siapa yang tuan maksud?" Tun Ai bertanya tenang meski terdapat nada khawatir di dalam getaran suaranya.

"Cepat geledah tempat ini". Seru pimpinan kompeni itu yang langsung di ikuti dengan masuk nya belasan kompeni ke dalam rumah Tun Ai.

Karena yakin tak ada yang di sembunyikan, makanya Tun Ai membiarkan saja mereka menggeledah.

Ketika seorang kompeni menunjuk, ternyata orang yang dimaksudnya adalah Sina dan Sila yang dulu pernah membunuh para kompeni di kapal.

Ternyata korban mereka ada yang selamat dengan bagian tubuh cacat. Hari itu, di tangkap lah Sila dan Sina dengan tangan di rantai kuat dan di masukkan ke kerangkeng kayu roda.

Tanpa melawan, Tun Ai berbisik kepada istri istrinya dengan tenang. Tampak dua istrinya masuk ke dalam dengan langkah tenang dan gontai agar tak di curigai.

"Siapa kedua orang itu?" Tanya kompeni tersebut.

"Mereka putra dan putri ku. Jika memang terbukti mereka bersalah, aku tak keberatan mereka di hukum". Seruan Tun Ai menggema ke seluruh tempat itu.

Tanpa berlama lama, para penjajah belanda itu meninggalkan rumahnya sambil membawa kedua anak nya.

Tun Ai meminta maaf kepada semua tamu jika acara kali ini mengalami masalah seperti itu.

Para tamu pun pulang ke rumah masing masing. Tak berapa lama berselang, dari belakang rumah Tun Ai terlihat delapan orang berpakaian ninja yang hanya terlihat matanya saja berlari kencang memegang samurai yang tergantung di bahu masing masing.

Gerakan mereka sangat ringan dan cepat. Kedelapan orang itu tak lain adalah Tun Ai bersama anak anak empat istrinya bersama Asok yang memutar melewati hutan bertujuan menghadang para penjajah yang membawa Sila dan Sina.

Ketika para penjajah kompeni hampir tiba di perbatasan kota besar Surabaya dengan hutan yang mereka lalui, seorang demi seorang anak buah nya yang berada paling belakang menghilang.

"Hentikan kereta. Kita ke lapangan sana". Perintah menir Snorke seraya menunjuk ke sebuah lapangan yang di kelilingi pepohonan yang sudah mati.

Baru saja mereka tiba di lapangan tersebut, delapan orang ninja keluar dari balik pepohonan berlari cepat ke arah mereka dan langsung menyerang.

Para kompeni itu hanya bisa pasrah dan melawan. Namun gerakan para ninja bermacam ukuran itu memang sangat dahsyat.

Semua serangan kompeni dapat mereka hindari dan serangan dahsyat mereka hampir tak ada yang bisa di hindari pasukan tentara penjajah tersebut.

Akhirnya puluhan orang penjajah itu tewas semua tak bersisa sama sekali. Setelah membebaskan Sina dan Sila, mereka kembali ke rumah mereka melewati jalan belakang setelah menumpuk mayat para kompeni itu ke dalam satu lubang besar.

Terbebas lah Sina dan Sila berkat pertolongan dari keluarga mereka. Setelah tiba di rumah, Asok berkata kepada Tun Ai bahwa mereka tak bisa tinggal lebih lama lagi di situ.

Akhirnya Tun Ai mengambil keputusan untuk kembali ke rumah nya yang ada di daerah jawa tengah tak jauh di kaki gunung Brahma.

Begitu malam tiba, berangkat lah mereka semua dengan kereta kuda yang sudah di sediakan para pembantu Tun Ai.

***~###~***

Terlihat seorang pria muda sedang mendorong gerobak tua yang berisikan banyak barang melewati jalan hutan di dampingi seorang gadis cantik yang berjalan ceria di sisinya.

"Kanda, sudah dari pagi kita menyusuri hutan ini, belum juga ada perkampungan. Kaki ku sudah penat sekali".

"Ya sudah, kau naik saja ke sini".

"Kita istirahat dulu kanda. Kau juga pasti lelah".

"Baiklah, sebentar lagi sudah siang. Sekalian kita makan dinda". Seru Saloka sambil memarkirkan gerobak ke pinggir di bawah sebuah pohon.

Keduanya mengambil makanan yang bisa dimakan langsung dari gerobak dan memakan nya. Tak lama mereka duduk beristirahat di situ, Silya mendengar suara gerusukan dari arah utara.

Kedua nya segera bersiaga dengan pedang di tangan mereka. Setelah menunggu beberapa saat, ternyata sepasang orang utan yang terluka parah mendekati mereka sambil menggendong sepasang anak nya di punggung.

Belum begitu sampai ke tempat mereka, sepasang monyet besar berbulu coklat tersebut sudah terjatuh, tampak darah mengucur dari badan kedua ekor orang utan tersebut.

"Kanda, monyet apa itu besar sekali?"

"Entah lah dinda, aku baru melihat ada hewan seperti ini". Jawab Saloka.

Terlihat Silya mulai mendekati perlahan lahan.

"Hati hati dinda. Mungkin hewan itu buas".

Gadis itu hanya mengangguk sambil terus mendekat perlahan lahan.

Ketika Silya telah dekat, dia melihat kedua ekor orang utan tersebut telah tewas tak bernapas. Seekor anak orang utan yang paling kecil pun ikut tewas tertimpa tubuh induknya.

Hanya seekor yang masih selamat dan tampak ketakutan didekati gadis itu.

"Kemari lah hewan baik, jangan takut. Aku akan menolong mu". Ucap Silya yang membuat Saloka tertawa geli.

"Hahaha, ada ada saja kau dinda, mana dia tahu apa yang kau bicarak!!" Belum selesai perkataan Saloka, monyet kecil itu sudah mulai mendekati Silya dengan air mata berlinang.

Tanpa takut lagi gadis itu menggendong anak orang utan tersebut.

"Wah, dia jinak dengan mu dinda". Kembali Saloka kagum melihat monyet kecil itu merasa nyaman di pelukan Silya.

"Kanda, pegang dia sebentar, aku mau menguburkan keluarganya". Seru Silya sambil menyerahkan anak monyet itu.

Baru saja menjulurkan tangan nya, si monyet kecil kelihatan takut pada Saloka. Bahkan ketika Saloka ingin mengambil paksa tubuhnya, monyet itu mengancam dengan memperlihatkan muka marah dan taring kecilnya pada Saloka.

"Dia tak mau dinda. Kau beri saja dia makan roti dan air dulu. Biar aku yang mengubur keluarganya". Saloka segera bergegas menggali sebuah lubang agak besar dengan pedang nya.

Semua pekerjaan Saloka, di lihat oleh Silya dan monyet kecil itu yang makan dan minum dengan lahap sekali.

Setelah selesai pekerjaannya mengubur tiga bangkai hewan itu, Saloka yang beristirahat setelah membersihkan tangan nya berkata,

"Dinda, mau kau apakan hewan ini?"

"Aku akan merawatnya seperti anak ku sendiri kanda. Bolehkan?"

"Boleh saja, terserah padamu. Sebaiknya kau beri dia nama. Tak enak aku menyebutnya hewan atau binatang meski benar adanya. Hahaha".

"Kita panggil saja dia Loki. Bagaimana kanda?"

"Loki? Apa artinya?" Tanya Saloka.

"Entah lah. Dulu guru memiliki kucing bernama Loki, tapi sudah lama mati. Aku suka sekali kucing itu".

"Baik, kau dengar? Nama mu sekarang Loki, Loookiii. Ingat ya? Looki". Senyum simpul menghias wajah Silya melihat tingkah Saloka yang berbicara pada orang utan itu dengan tingkah lucu.

"Ayo kita lanjutkan perjalanan kita kanda".

BERSAMBUNG. . .

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!