Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.
Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.
Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Kotak Makan
"Wihh kalung baru tuh!"
"Dapat dari mana?"
"Pasti dari bapak ya?"
"Apa kalian jadian?"
Suara godaan dari dua pembantu yang tak pernah bosan mengusik Melissa itu, membuat jengah. Namun, karena sedang bahagia, Melissa tetap tersenyum menanggapinya.
Dirinya kembali mengingat saat di mana sang kekasih memasangkan benda berkilau itu di lehernya, lalu mereka saling mengungkapkan perasaan, sampai di adegan batal ciuman karena ada orang yang kebelet buang air.
"Melissa , gila kamu senyum-senyum sendiri!" Sasa menyadarkan lamunan Melissa .
"Bagaimana cara bapak menembaknya? Apa sekelas pak Adrian membeli kalung imitasi?" Yani bertanya-tanya.
"Ihh, walaupun ini bukan yang asli tapi ini istimewa. Dan, asal kalian tau ya, aku tuh jadian sama Andres bukan sama pak Adrian .
Jadi, stop usung-usungin aku sama majikan!" tekan Melissa .
Keempat bola mata itu melotot secara bersamaan. Sasa dan Yani terkejut setelah mendengarnya.
Mereka merasa tak percaya.
"Andres bodyguard pak Adrian ?" tanya Sasa, dan itu diangguki oleh Melissa dengan senyuman malu-malu.
"Di mana kalian meresmikan hubungan sampai pacaran?" tanya Yani.
"Di toilet!"
"Apa? Di toilet!" Mereka serentak kaget.
"Yaaa emangnya kenapa?
Lebih romantis dibanding jadian di atas tebing, pakai bunga tujuh warna, habis itu jatuh, meninggoy!" celetuk Melissa .
"Kok bisa kalian saling kenal?" tanya Yani.
"Sebenarnya tuh aku bawa
makanan dua buat dia sama bapak. Waktu ada nona Mauren, makanan aku yang pertama kali aku antar dia yang makan, dan aku ngerasa dihargai sama dia. Selain itu Andres juga lembut, baik dan aku sudah suka waktu pertama kali lihat!"
"Keren sih, baru kerja udah dapet pasangan!" gumam Sasa.
"Okelah, gak apa-apa kamu bisa pacaran, tapi ingat tugas-tugas kamu ya Melissa . Jangan sampai lalai karena terlalu fokus sama pasangan!" ujar Yani.
"Iya Mbak, tenang aja!"
"Kalau gitu kita ucapin selamat ya!" ucap Sasa.
"Ya, aku tau Andres itu baik, kamu termasuk cewek hebat yang bisa dapetin dia!" ucap Yani.
"Iya, dulu ada mantan pembantu yang suka sama dia, tapi ditolak padahal cantik. Sampai itu pembantu resign karena malu," sahut Sasa.
"Gimana ya, soalnya Andres memang terkenal tampan dan paling muda di antara bodyguard lain," ujar Yani.
Seketika hati Melissa berbunga-bunga. Perasaannya yang mengakui jika Andres adalah pria baik dan tampan, ternyata bukan hanya dirinya. "Aduh, aduh udah ih, aku jadi merasa paling cantik nih aw. Keren banget ya bisa pacaran sam-Mbak, Mbak ih belum selesai ngomong lhoo aku!"
Mungkin karena muak, mereka meninggalkan Melissa yang sedang berbicara menyerepet.
***
Sampai di hari keesokannya.
Kehidupan Melissa hanya berputar, menjaga si kecil, kemudian melayani ayahnya si kecil, lalu mengantar makanan setiap hari.
Namun, semenjak ada kehadiran Andres, kini bekerja bukan lagi suatu keterpaksaan.
Kini, terlihat makanan yang satu sudah jatuh ke tangan Andres. Setelahnya perempuan itu masuk ke dalam ruangan.
"Selamat siang, Pak," ucapnya tangan tersenyum riang.
"Hmm!"
Majikannya itu tampak cuek, terlihat pria tersebut sangat fokus dengan ipad di tangannya. Entah mengapa Melissa merasa mood Adrian hari ini sepertinya sedang tidak bagus.
"Bapak mau saya suapin kayak kemarin?" tawar Melissa .
"Tidak, hari ini saya mau ngajak kamu ke restoran. Kita makan di sana!"
"Terus makanan saya gimana?" Melissa menunjukkan kotak makan yang ia bawa.
"Bawa, saya akan tetap makan itu!" balas majikannya.
Namun, yang dirasakan Melissa adalah kecemasan. Bisa saja ia menuruti permintaan majikannya itu, tetapi bagaimana dengan sang kekasih. Bahkan, saat ini ia ingin sekali buru-buru keluar dari ruangan untuk menjumpai sang bodyguard tampan yang sudah berhasil memikat hatinya.
"Pak, tapi setelah ini saya harus buru-buru pulang. Anak bapak lagi rewel. Saya takut dia bangun, terus nangis lagi!" balas Melissa .
"Oh gitu? Ya sudah, saya makan sendiri aja. Kamu boleh pulang!"
"Serius Pak?"
Adrian tampak keheranan melihat ekspresi senang di wajah pengasuhnya. "Iya, memangnya kenapa? Pulang saja, anak saya butuh kamu, 'kan?"
"Ah, iya Pak. Saya pulang!"
Buru-buru Melissa pamit untuk keluar dari ruangannya. Dia sangat tidak sabar menjumpai sang kekasih.
"Kak Andres, ayo!"
"Apa ada nona Mauren lagi?" tanya Andres.
"Sudah ayo!"
Mereka menuju tempat biasa yang keberadaannya tidak jauh dari ruangan Adrian .
"Kenapa? Kok tumben cepet?" Lagi-lagi Andres bertanya karena rasa penasarannya. Pasalnya ia dan para penjaga lain sama sekali tidak melihat kedatangan Mauren hari ini.
"Aku malas diajak temani dia makan di restoran, jadi aku beralasan mau pulang takut anaknya nangis!" jelas Melissa .
"Astaga nakal banget ya kamu, siapa yang ngajarin berbohong?!" Andres menoel hidung mancung Melissa .
"Ih, demi kamu. Nanti kalau aku ke restoran aku nggak bisa temani Kakak makan!"
Andres terkekeh. "Ya, benar. Aku gak akan bisa makan tanpa kamu!"
Sementara itu, kembali lagi ke ruang pemimpin. Di sana Adrian baru saja membuka kotak makan yang dibawa oleh pengasuhnya.
Namun, ia tidak melihat letaknya sendok, lalu dia menggunakan apa untuk makan?
"Dia sepertinya menyuruhku makan siang menggunakan kaki. Bagaimana bisa tidak adanya sendok di sini. Aku tidak bisa makan menggunakan tangan telanjang!" gumamnya.
Pria itu beranjak dari singgasananya. Berpikir jika pengasuhnya belum lama pergi, ia pun berniat untuk mengejarnya.
"Bisa kalian kejar pengasuh saya di luar. Aku membutuhkan sendok! Kalau tidak ada, minta ambilkan saja dengan petugas dan antarkan ke ruanganku!" Ya, Adrian sedang berbicara dengan bodyguardnya yang saat itu tengah menyantap makan siang mereka bersama.
"Di sana Tuan, itu nona Melissa !" Salah satu bodyguard bernama Laksa, menunjukkan keberadaan Melissa dan Andres yang tampaknya sedang bercengkrama ria.
"Dengan siapa dia?" tanya Adrian memerhatikan punggung pria dengan seragam yang sama seperti bodyguardnya.
"Itu Andres, Tuan. Mereka sedang makan!" jawab Laksa.
"Makan?" Adrian keheranan.
"Ya, sebelum keluar dari ruangan, nona Melissa selalu memberikan Andres kotak makan, dan setelah keluar dia akan menemaninya!"
Hati Adrian seperti disundut kobaran api. Menelan saliva dengan susah payah, tatapannya pun bak elang terbang menuju mangsa.
"Berani-beraninya mereka. Gadis itu juga membuat alasan tentang anakku, tapi ini yang terjadi."
Pria itu balik ke ruang, dengan emosi membuncah Adrian menyerak kotak makan dimejanya begitu saja hingga makanan yang tak bersalah itu menjadi luapan emosi.
***
Malam hari. Kondisi Chia semakin memburuk, sepertinya anak itu demam.
"Mbak, pak Adrian pulangnya lama banget sih?!" keluh Melissa . Ia merasa sangat cemas melihat anak asuhnya terus menangis. "
Panasnya makin tinggi!"
"Sebentar lagi dokter pribadi sampai, Melissa . Tenanglah!"
"Tapi, pak Adrian harus tau anaknya sakit!" Tetap saja, Melissa cemas meskipun Yani sudah menenangkannya.
Tak lama kemudian, nama yang mereka sebut-sebut datang bersama dengan seorang dokter cantik.
Adrian langsung mengambil anaknya dari gendongan Melissa . Saat itu, ia menangis karena tak kuasa menahan kekhawatirannya.
"Pak-"
"Dok, ayo ke kamar saya!" ajak Adrian . Dia menghiraukan Melissa yang ingin menjelaskan keadaan si kecil. Melissa pun menatap heran ke arah tuannya.
Bersambung ~