NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sandri Ratuloly

Aruna, namanya. Gadis biasa yatim-piatu yang tidak tau darimana asal usulnya, gadis biasa yang baru memulai hidup sendiri setelah keluar dari panti asuhan di usianya yang menginjak 16 tahun hingga kini usianya sudah 18 tahun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

dua puluh sembilan

Sementara di tempat lain, Tama. Laki-laki itu tengah menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk, dia tidak tau apa yang saat ini tengah dia rasakan, satu minggu berpisah dengan Aruna rasanya begitu berat sekali. Entah, apa itu bisa dikatakan berat untuk Tama yang tidak menaruh rasa kepada Aruna.

Namun, berpisah selama seminggu ini. Membuat rasa rindu kini merasuki relung hatinya, dia merindukan istri beserta anaknya, merindukan tendangan tendangan kecil sang bayi saat perut besar Aruna dia elusin atau mengajak mengobrol random.

Apa ini karma yang didapatkan Tama? Dulu, dirinya sangat menolak keras akan kehadiran Aruna, juga dengan bayi yang tengah perempuan itu kandungi. Namun kini, rasa kesepian di deritanya saat tidak ada Aruna di sisinya, merindukan bagaimana cerewetnya Aruna yang berusaha mengambil perhatiannya yang memang dulu Tama sangat cuek sekali kepada Aruna.

Sejujurnya, dari relung hatinya terdalam. Tama sebenernya ingin sekali menjemput Aruna untuk kembali di apartemen mereka, memperbaiki semuanya, membuka lembaran baru, dan berjanji bahwa dirinya tidak akan lagi menyakiti hati Helena. Namun, rasanya Tama seperti belum mampu, dirinya takut nanti tanpa sadar malah melukai kembali hati Aruna.

"Gua harus bisa! Gua gak bisa kalau gini terus. " gumamnya, menatap kosong foto USG milik bayinya bersama Aruna dengan lirih.

"Gua harus buktiin kalau gua bisa lupain, Alana. Mau gimanapun Aruna adalah istri sah gua, calon ibu dari anak gua kelak. " ujarnya penuh tekad, dirinya berjanji akan berubah dan akan membuka hatinya untuk Aruna dan membuang jauh nama Alana dari hidupnya.

••••••••

Bagi seorang Alana, keputusan yang di ambilnya ini sudah sangat benar. Sudah dia pikirkan dengan matang-matang baik buruknya jika dia tetap berada di satu kota dengan Tama, dia juga ingin bahagia, ingin memulihkan hatinya yang terluka. Mengikhlaskan sesuatu hal memang tidak mudah, tapi ini lebih baik daripada dia harus menjadi manusia jahat yang tega pada manusia yang lain.

Ini takdirnya, soal takdir siapa yang mampu mengubahnya jika sudah begini? Tidak ada bukan? Andai saja waktu bisa berputar, Alana sangat ingin mengubahnya, menghentikan apa yang sudah terjadi padanya saat ini, namun sayangnya itu hanyalah sebuah mimpinya saja. Dan sekarang yang bisa Alana lakukan adalah menerima dengan lapang dada, kesedihan pasti akan di balas dengan kebahagiaan di kelak hari nanti.

Alana menatap langit cerah di siang hari ini, tidak ada gumpalan awan putih yang menghiasi langit di hari ini, cuacanya benar-benar indah dan cerah, tidak sesuai dengan suasana hati Alana rasakan saat ini. Dia menghembuskan nafas panjang, hari barunya akan segera dimulai.

"Alana, kamu baik-baik ya di sana. Jangan sedih terus. " ibu Alana tersenyum teduh menatap wajah anaknya, sebagai seorang ibu. Dirinya pasti ingin yang terbaik untuk anak perempuannya, dirinya tidak tahan melihat wajah murung Alana saat anaknya itu sudah putus dengan Tama.

"Ibu juga baik-baik ya di sini, nanti kalau ada waktu, datang jenguk Alana dan nenek ya nanti kesana. "

Lama menjawab, ibu Alana kembali memeluk erat tubuh Alana dengan perasaan tidak rela. "Kalau udah sampai di tempat nenek, jangan lupa kabarin ibu ya. "

Alana mengangguk mengerti disela pelukan keduanya, rasanya begitu berat sekali harus menjauh dari orang-orang yang dia sayangin, apalagi kedua orangtuanya. Sedangkan papa Alana tidak bisa mengantarkan Alana, karena laki-laki baya itu ada urusan penting di kantornya.

Didalam pesawat, Alana hanya terdiam. Kepalanya bersandar pada jendela pesawat, semuanya akan segera dimulai, Alana harus bisa melepaskan dan meninggalkan semuanya. Sedetik kemudian Alana membuka room pesannya dengan Tama yang dia kirimkan saat di rumah tadi sebelum ke bandara, membaca kembali pesan yang dia kirim kepada laki-laki itu.

_________

Tama

Hai, Tama.

Aku pamit pergi, ya. Jaga diri kamu baik-baik, jangan sakiti Aruna lagi, ayo berjuang bersama-sama. Kamu dengan Aruna, dan aku dengan kebahagiaan yang lain, kita masih bisa berteman, kan? Sampai jumpa, Tama.

__________

Setelah membaca habis pesan darinya, Alana mematikan ponselnya dan menyimpannya ke dalam tas, dirinya memejamkan mata untuk menghilangkan penat yang menderanya tiba-tiba.

••••••••••

Hari-hari dijalankan dengan seperti biasa, Aruna bangun pagi membantu Aretha memasak. Dengan perutnya yang semakin besar, membuat ruang geraknya semakin susah dilakukan, bahkan berdiri lama hingga beberapa menit saat memasak rasanya begitu sudah melelahkan.

Aretha bahkan mewanti-wanti nya untuk tidak melakukan apapun di rumah, melihat perut besar Aruna membuat wanita baya itu ketakutan bila terjadi sesuatu kepada Aruna.

Dengan langkah pelan, Aruna melangkahkan kakinya menuju dapur di mana ada Aretha yang tengah memasak, Aruna ingin membantu tapi pasti niatnya ini akan ditolak mentah-mentah oleh Aretha, seperti kejadian sebelum-sebelumnya.

"Mama buat apa? " tanyanya, ketika Aruna sudah berdiri disamping Aretha yang sibuk memasak.

"Bakwan jagung, kamu suka,kan? "

Aruna tersenyum lebar, mendaratkan satu kecupan di pipi kanan Aretha dengan sayang. Kemudian terdiam sejenak, seperti tengah memikirkan sesuatu.

"Mama, menurut mama apa yang aku lakukan ini dosa tidak? " tanyanya setelah terdiam cukup lama.

Aretha mengerutkan dahinya bingung, "Dosa kenapa? "

"Pisah begini sama suami. "

Aretha terkesiap, membuka sedikit mulutnya saat mendengar ucapan Aruna. "Sebenernya marah lebih dari tiga hari aja kita udah berdosa, apalagi sudah selama berminggu ini. Tapi sebenarnya juga gapapa, daripada terjadi sesuatu yang tidak-tidak sama kamu, bagaimana? "

Aruna kembali terdiam, memikirkan sesuatu sebelum bersuara, "Jadi, Aruna harus bagaimana, ma? "

"Mama tanya, kamu beneran mau bercerai? "

Aruna menundukkan kepalanya saat mendapatkan pertanyaan seperti itu, jawabannya sudah pasti iya. Namun, melihat keadaan yang sekarang, membuat dirinya sedikit bimbang. Terlebih Alana sudah mengorbankan diri untuk merelakan dirinya agar Aruna bahagia bersama Tama.

Kalau dia tetap memutuskan untuk tetap bercerai dan menjalani hidup sendiri, bukankah itu artinya dia tidak menghargai segala pengorbanan yang Alana lakukan padanya?

"Aruna gak tau, ma. Aku bingung, dari relung hati aku yang paling dalam, aku juga gak mau kalau nantinya anak aku gak bisa tinggal satu rumah dengan ayahnya, tapi juga kalau diterusin, rasanya begitu sakit. "

Aretha hanya diam, bukan berarti dirinya tidak ingin menanggapi ucapan Aruna. Setelah mematikan kompor terlebih dahulu, Aretha menatap penuh pada wajah Aruna yang tengah merenung.

"Menurut kamu, Tama nanti bisa berubah? "

Aruna menunduk, dia tidak tau kalau akan hal itu. Alana terlalu baik untuk dilupakan, terlalu indah kenangannya bersama Tama untuk dibuang.

"Kalau kamu yakin, lanjutkan saja. Sebuah proses gak akan menghianati hasilnya, mama yakin Tama akan berubah seiring berjalannya waktu nanti. Mungkin bukan sekarang waktunya, karena kamu tau kan bagaimana keadaannya sekarang? "

Aruna mengangguk, Aretha betul. Nikmati prosesnya, walau rasanya sakit sekalipun, mungkin di ujung jalan nanti Aruna bisa menemukan kebahagiaan bersama Tama nantinya.

"Kamu pikirkan lagi, ya. Pernikahan bukan sebuah permainan, jangan sampai salah ambil langkah, dan menyesal di kemudian hari. "

Aruna lagi-lagi hanya mengangguk sebagai jawaban, akan dia pikirkan lagi untuk langkah selanjutnya yang akan dia ambil nantinya.

1
Arieee
semangat Thor up nya q selalu menunggu 🥰
Sandri Ratuloly: makasih banyak atas dukungannya 😍😍
total 1 replies
Arieee
pergi Aruna cari kebahagiaan u sendiri💪💪💪💪💪💪💪💪👍👍👍👍👍👍👍
Arieee
Aruna 👍👍👍👍👍👍💪👍💪👍💪👍 berjuang utk kebahagiaan gak usah berharap ma tama
Black Moon
Thor, ini Helena siapa ya? Apa nama panjang Aruna 😁
Arieee
si Cindy belum kualat aja😡😡😡😡😡😤😤😤😤😤😤😤😤😤bukan hidup situ yg rusak kenapa jadi hakim
Black Moon
ko aku ngerasa, kalo Alana ini nantinya bakal jadi duri ya. Apalagi ditambah sama Tama yg memang ga tegas buat jadi suami 🤔
Sandri Ratuloly: masih labil jadi gak begitu tegas jadi suami, apalagi dia nikahin Aruna karena kepaksa😌🤭
total 1 replies
Arieee
approve ma temen" nya Tama yang waras😆👍👍👍👍👍👍👍
Sandri Ratuloly: untung teman-temannya gak gebukin kepala tama🤣
total 1 replies
Black Moon
setuju sama Aruma, kalo udah lahiran tinggalin aja laki modelan begitu. Ga cocok juga disebut laki-laki, lebih cocok disebut kaum berdaster 😒
Arieee
percuma gak ada sadar nya😡😡😡😡
Arieee
pergi aja lah si mertua juga gak peka 😡
Black Moon
Sejujurnya, ini menguras emosi 😭
Black Moon: Author sendiri kuat banget begadang sampe jam segini, tidur dulu Thor 🤭😁
Sandri Ratuloly: tidur kak, kamu kuat banget begadang baca cerita sampai jam segini😭😭
total 2 replies
Black Moon
Emang Dit, temen kamu itu 🤬🤬🤬🤬🤬 aku pun esmosi. Harus 🤾 pake bakiak
Black Moon
Aruna beruntungnya kamu punya keluarga yang sayang banget sama kamu, apalagi ini bukan keluarga sedarah. Jadi terhura, eh salah. Terharu maksudnya
Black Moon
Dasar laki-laki 🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
Black Moon
jahatnya, minimal peluklah dulu sahabat kamu Ra 🤬
Arieee
ya diusut lah laporin polisi biar tau rasa yang nyinyir 😡😡😡😡😡😡😡gak tau cerita nya eh bikin cerita sendiri
Sandri Ratuloly
bagussss
Arieee
Aruna 👍👍👍💪💪💪
Arieee
tuh kan sudah q duga 😤😤😤😤😤😤😤
Arieee
karma nya harus pedihhhh ya😤😤😤😤😤😤😤😤😤😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!