Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12.
“Selamat malam Bu Ariana, rupanya sudah membuka les privat di rumah..” ucap Pak Anton saat sudah berada di dekat teras , dia memang sempat melihat dua anak yang ke luar dari rumah orang tua Ariana.
“Selamat malam Pak Anton, iya memberi les pada anak anak tetangga.. maaf ada perlu apa malam malam ke sini. Mari masuk..” ucap Ariana..
“Di teras saja Bu Ariana saya juga tidak lama lama.. “ ucap Pak Anton lalu dia duduk di kursi teras. Ariana pun mau tak mau duduk di kursi teras..
“Begini Bu Ariana saya disuruh Respati untuk menyampaikan ini hasil keputusan sidang cerai. Karena Bu Ariana tidak hadir di sidang maka hakim memberi putusan verstek.” Ucap Pak Anton sambil memberikan amplop coklat berukuran besar. Ariana menerima amplop itu dan membuka sampul amplop itu..
“Hakim sudah mengabulkan permohonan Respati, Bu Ariana secara penuh mendapatkan hak asuh Arumi dan kewajiban untuk menafkahi Arumi secara penuh juga.. tidak ada harta gono gini, rumah dan isinya dijual dan Bu Ariana tidak mendapatkan hasil dari penjualan nya.. Jika Bu Ariana tidak terima bisa mengajukan upaya verzet. Tetapi jika Bu Ariana tidak mengajukan verzet maka putusan hakim sudah bersifat tetap.”
Ariana membaca point point penting putusan sidang hakim di kertas yang dia pegang..
“Terima kasih Pak Anton sudah mengantar surat cerai ini, meskipun saya juga ikut keluar uang untuk membayar DP rumah, ikut membeli beberapa perabot dan ikut membayar angsuran beberapa bulan sebelum Arumi lahir, tapi saya iklas tidak menerima sepeser pun uang dari penjualan rumah itu. Bagi saya Arumi anak saya lebih berharga dari rumah itu dan perabot perabot isi rumah itu.”
“Saya sudah menerima putusan hakim ini dan tidak akan mengajukan verzet.” Ucap Ariana lagi dengan tegas.
“Okey baiklah kalau begitu, terus yang kedua saya mau minta copy an video yang Bu Ariana buat untuk media alat bantu siswa..” ucap Pak Anton sambil merogoh saku kemeja nya dan mengambil flash disk lalu disodorkan pada Ariana. Akan tetapi Ariana tidak menerima flash disk itu.
“Iya Pak Anton nanti saya kirim ke alamat e mail Pak Anton saja ada di lap top saya video itu. Dan tunggu sebentar.” Ucap Ariana yang masih malas untuk mengambil dan membuka lap top nya untuk memberikan salinan video alat bantu ajar yang sudah dia buat. Ariana bangkit berdiri dan cepat cepat melangkah masuk ke dalam rumah..
Beberapa menit kemudian Ariana sudah kembali datang... di tangan nya menggenggam sesuatu.
“Dan ini cincin juga saya kembalikan ke Respati!” ucap Ariana sambil menyodorkan cincin kawin nya pada Pak Anto.
“Ooo ya ya nanti saya sampai kan ke Respati. “ ucap Pak Anton sambil menerima cincin dari Ariana.
“Baiklah kalau begitu aku pamit, jangan lupa ya kirim video itu.” Ucap Pak Anton sambil bangkit berdiri dan memasukkan cincin ke dalam saku kemejanya.
“Insya allah...” ucap Ariana sambil memasukkan lagi surat surat itu pada amplop. Ariana lalu segera melangkah masuk ke dalam rumah.
“Ar, Pak Anton ya.. ada perlu apa dia? Masih sering memberi kamu tambahan tugas?” tanya Kakek yang kini berdiri di ruang depan.
“Mengantar surat cerai Pak, aku besok sehabis dari sekolah mau ngurus surat surat administrasi kependudukan ku Pak.” Ucap Ariana..
“Kamu tidak mendapat uang dari hasil penjualan rumah?” tanya Kakek karena dia dulu ikut juga membantu memberi uang Ariana untuk DP rumah.
“Tidak Pak, aku tahu sangat repot untuk mengurus langkah hukum jika tidak menerima putusan hakim. pasti perlu uang juga buat ngurus ngurus belum lagi harus izin dari sekolah Pak.. Keluarga Respati pasti juga tidak mau kalah pasti dia akan memakai pengacara, pasti biaya Arumi untuk alasan agar dia bisa menguasai seluruh hasil penjualan rumah. Kita iklas kan saja Pak toh kita sudah mendapatkan Arumi...aku dapat hak asuh Arumi secara penuh”
“Ya sudah kalau kamu sudah iklas aku pun juga iklas Ar, rejeki bisa dicari lagi. Sekarang makan lah.. sudah hampir jam sembilan.. Arumi di kamar sama Nenek..”
Ariana segera melangkah masuk, setelah makan malam untuk mengisi perut nya agar tidak sakit, Ariana masuk ke dalam kamarnya tampak Arumi sudah tidur dikeloni oleh Neneknya.. dan tampak Nenek pun ikut tertidur atau mungkin Nenek lebih dulu tidur dari pada Arumi.
Ariana duduk di kursi dan kembali membuka amplop coklat itu.. meksipun dia sudah iklas tetapi tetap saja ada rasa sedih di hati nya.. Dia dulu menjalin cinta dengan Respati sejak dia masih kuliah..
“Ar...” ucap Nenek yang terbangun karena lampu kerja Ariana di atas meja menyala.. Nenek menoleh ke arah Ariana.
“Maaf Ibu jadi terbangun karena lampu.” Ucap Ariana.
“Tak apa, kalau kamu sudah di sini aku mau pindah kamar.. surat apa itu.” Ucap Nenek sambil bangkit dan tatapan mata Nenek langsung tertuju pada amplop coklat besar yang ada di tangan Ariana dan berlembar lembar kertas yang baru saja di keluarkan oleh Ariana.
“Surat cerai Bu...” ucap Ariana..
“Sudah jadi? Jangan sedih Ar, mulai lah hidup baru kamu.” Ucap Nenek lalu melangkah dan kini dia berdiri di dekat tempat duduk Ariana ..
“Iya Bu..” ucap Ariana dan kembali membaca surat putusan dari pengadilan itu..
Air mata Ariana mengalir saat membaca alasan Respati menggugat cerai..
“Bu alasan dia menggugat cerai aku.. sudah tidak ada kecocokan, sudah tidak mencintai, istri tidak mendukung suami, dan yang sangat menyakitkan istri tidak bisa memberikan keturunan yang sehat... “ ucap Ariana sambil menghapus air mata nya..
Nenek pun air mata nya juga meleleh..
“Ya sudah Ar.. diterima saja dengan iklas.. padahal keadaan Arumi seperti itu bukan karena salah kamu.. Kamu sekarang kerja yang benar semoga dapat rejeki banyak dan bisa segera mengoperasi mata Arumi dan kaki Arumi cepat pulih. Seperti nya les dan jualan juga laris aku akan suruh Kakek membuat papan tulisan di depan biar semakin banyak orang tahu kita terima les dan menjual daster dan sprai di sini..” ucap Nenek sambil mengusap usap punggung Ariana..
“Iya Bu... kalau murid les bertambah banyak Shelly juga mau membantu.“ ucap Ariana lalu memasukkan kertas kertas putusan hakim itu pada amplop coklat lagi.
“Syukur alhamdullilah Ar, selain kamu dapat rejeki kamu juga bisa membantu sesama...” ucap Nenek penuh syukur...
Sementara itu di lain tempat di rumah mewah rumah baru pasangan suami istri baru.. Orang tua Respati masih berada di rumah itu.. kini mereka duduk di atas karpet tebal di ruang keluarga yang luas sambil membuka kado kado..
Kado kado yang didapat pengantin baru itu barang barang mahal tidak seperti waktu pernikahan Respati dan Ariana dulu.. bagaimana tidak orang tua Hani penjabat di kota itu sementara orang tua Arumi hanya tukang kebun sekolah dasar negeri. Hani karyawan penting di sebuah perusahaan besar sedangkan Ariana saat itu baru lulus kuliah dan baru tiga bulan bekerja sebagai guru honorer.
Hal yang sama di pernikahan ini sama sama yang mengadakan acara di pihak pengantin wanita.
“Mama sangat bersyukur akhirnya Respati mendapat istri yang benar benar sempurna, sukses suami itu memang tergantung istri.. “ ucap Mamanya Respati sambil tersenyum bangga pada Hani menantu baru nya..
“Terima kasih Ma, Hani juga sangat bersyukur di usia Hani yang sudah lebih tiga puluh tahun akhirnya bisa berjodoh dengan Mas Respati masih muda dan tampan.” Ucap Hani menatap Respati sambil tersenyum..
“Saya sempat berpikir saya sudah tidak berjodoh tidak bisa menikah atau andai menikah mendapat duda yang usianya sudah empat puluh lebih he... he.. he... kepala sudah mulai botak dan perut sudah membuncit...”
“Aku yang lebih bersyukur Sayang... akhirnya berjodoh dengan perempuan cantik pintar kaya dan .... “ ucap Respati tidak berlanjut lalu menoleh ke arah Hani sambil mengedipkan satu mata nya..
“Dan apa Res?” tanya Bu Rachmat Mamanya Respati kepo..