NovelToon NovelToon
Wanita Pilihan CEO Tua

Wanita Pilihan CEO Tua

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rahayu Dewi Astuti

Wanita tegar dan nampak kuat itu ternyata memiliki luka dan beban yang luar biasa, kehidupan nya yang indah dan bahagia tak lagi ada setelah ia kehilangan Ayah nya akibat kecelakaan 10 tahun lalu dan Ibunya yang mengidap Demensia sekitar 7 tahun lalu. Luci dipaksa harus bertahan hidup seorang diri dari kejinya kehidupan hingga pada suatu hari ia bertemu seorang pria yang usianya hampir seusia Ayahnya. maka kehidupan Luci yang baru segera dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahayu Dewi Astuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Obroal Serius

"Silahkan diminum Nyonya." Seorang pria menyuguhkan segelas jus jeruk yang dingin kepada Luci.

"Terima kasih." Luci menerimanya dengan sangat ramah.

Pria itu mengangguk, kemudian ia pergi keluar dari ruangan William dan berdiri didepan pintu menunggu kedatangan William.

Sedangkan diruang meeting, William baru saja selesai semua sudah meninggalkan ruangan namun dirinya memutuskan untuk berdiam diri sebentar disana.

"Panggilkan Maria kemari, ada hal yang perlu aku bicarakan dengannya." William memerintahkan asistennya.

Bukannya segera pergi, pria itu justru membisikan sesuatu pada William. "Diruangan Nyonya Luci sedang menunggu anda Tuan."

Wajah William menegang, mengapa bisa-bisanya Luci datang kekantornya padahal tadi pagi ia berkata akan pergi merapikan barang-barang ditempat tinggal lamanya.

William bangkit sembari melihat isi ponselnya, rupanya Simon berkali-kali mencoba menghubungi dirinya, memberi tau jika Luci akan datang kekantor mengunjungi William.

Langkah kaki William cepat, seperti biasa karyawan akan bergunjing jika melihat William padahal pria itu tidak sedang berbuat apapun. Ia melihat ruangannya tertutup dan ada anak buah nya yang menunggu disana.

"Apa didalam ada Luci?" Tanya William pada pria itu.

"Benar Tuan, sekitar 20 menit yang lalu beliau sampai diantar oleh Simon." Jawabnya.

William mengangguk, kemudian didepan pintu ia mencoba mengatur mimik wajahnya supaya terlihat bahagia dengan kejutan yang ada.

Pintu ia buka dan tentu saja, William segera membuat ekspresi terkejut melihat seorang wanita cantik sedang duduk santai sembari memainkan ponselnya.

"Apakah aku sedang bermimpi? mengapa bidadari cantik bisa ada diruanganku?" William membulatkan mulutnya sembari merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Luci.

Luci bangkit dari duduknya dan ia segera menerima pelukan itu. "Apa kau sibuk? sepertinya iya." Luci bertanya sekaligus menjawab pertanyaannya sendiri.

"Hanya sedikit, karena ada beberap meeting yang tertunda kemarin. Hmmm ngomong-ngomong ada apa sampai datang kemari? apa kau sangan merindukanku?" William selalu mencoba menggoda Luci disetiap saat.

"Tentu saja tidak, ada hal yang perlu aku bicarakan sekarang juga dan ini cukup serius Daddy."

Mendengar kata "SERIUS" membuat William menjadi penasaran hal apa yang akan dibicarakan oleh Luci sehingga ia tak bisa menunggunya sampai nanti ia pulang.

Mereka kini telah duduk berhadapan disebuah sofa, "Daddy, aku tadi bertemu dengan Sabrina."

"Sabrina? siapa dia?" William merasa tak asing dengan nama itu namun kali ini ia tak sempat untuk mengingat-ingatnya.

"Sahabatku, yang saat itu mengajakku bekerja di club. Bukannya kau tamu VVIP dia?" Luci melemparkan pertanyaan yang membuat dirinya sedikit cemburu.

"Ah... Mengapa dia mengunjungimu?" Tanya William.

"Dia sekarang jatuh miskin, seluruh kekayaannya diambil oleh wanita bernama Madam Elsa. Tentu saja semua ini karena kesalahanku." Luci seketika menjadi murung.

William tak mengerti kenapa Wanita itu merampas seluruh kekayaan Sabrina, padahal ia telah mengeluarkan cukup banyak uang untuk menyelesaikan masalah ini.

Saat itu juga Simon tiba-tiba masuk keruangan, dengan beberapa plester luka di leher dan wajahnya. Hal itu juga mencuri perhatian William apa yang sebenarnya terjadi tadi.

"Tentu saja itu bukan kesalahanmu, bukankah dia yang mengajakmu bekerja disana? kau tak membencinya?" William kini merubah posisi duduknya jauh lebih dekat dengan Luci.

Luci menggelengkan kepalanya, "Tidak, karena waktu itu aku yang meminta dan setuju ikut bekerja dengannya, bahkan Sabrina sudah mengeluarkan banyak uang untuk membelikanku pakaian pada saat itu. Apa kau bisa membantunya?"

William merasa khawatir jika Sabrina mungkin saja memiliki niat tak baik pada Luci namun jika Luci memohon pada William seperti ini ia tak bisa menolaknya begitu saja.

"Baiklah, aku akan memikirkannya." Jawab William.

"Sungguh?" Senyum Luci mengembang. "Terima kasih, Daddy. Aku sangat menyayangimu." Luci memeluk William dengan senang.

Setelah memeluk William, kini Luci mulai sadar kehadiran Simon yang sudah kembali rapi namun ia nampak terluka.

"Apakah kau sudah mengobati lukamu?" Tanya Luci pada Simon.

"Mengapa kau bisa terluka?" Tanya William dengan suara deepnya.

"Tidak apa-apa, ini hanya luka kecil." Simon hanya menjawab keseluruhan.

William sudah menduga jika tadi pasti ada hal yang tidak diceritakan oleh Luci dan belum dilaporkan oleh Simon padanya.

"Simon, antarkan Luci pulang. Sebelum itu mampirlah lebih dahulu ke restoran yang Luci inginkan." Perintah William pada Simon.

"Baik."

"Apa nanti kau akan pulang cepat?" tanya Luci dengan suara yang manja.

"Tentu saja, setelah semua urusanku selesai aku akan segera pulang." William mengelus wajah Luci dengan lembut.

Mereka kini berpamitan, Luci keluar ruangan bersama dengan Simon dan William. Hal itu sontak menjadi pusat perhatian seluruh karyawan termasuk Maria.

Luci bisa melihat jika Maria melihat kearah mereka, namun dengan percaya dirinya Luci membuang muka dan menggandeng tangan William dengan erat saat akan memasuki lift.

"Aku melihat Maria, apakah dia selalu berpakaian ketat saat bekerja dan juga sepatu hak tinggi?" Tanya Luci pada William.

"Ah entahlah aku tidak terlalu memperhatikan penampilannya." Jawab William santai.

"Karena kau sudah terbiasa." Luci segera melepaskan gandengannya. Ia merasa kesal karena William bekerja dengan mantan kekasihnya.

"Jika kau cemburu seperti ini rasanya aku ingin memakanmu." Ujar William sembari mengecup tangan kecil Luci.

Simon yang berada didepan mereka mencoba tetap tenang melihat sikap kekanak-kanakan yang ditunjukan bossnya. William yang dipandang sebagai pria berdarah dingin ternyata memiliki sisi manja dan lembut pada wanita yang ia sayangi.

"Anggap saja kau tak mendengar apapun, Simon." Ujar William.

Simon mengangguk mengerti.

Mobil sudah siap William membukakan pintu untuk Luci masuk. Ia juga menutup kembali pintu mobil kemudian melambaikan tangannya kepada Luci.

"Ah apakah aku tidak salah melihat, apa yang baru saja terjadi." Bisik karyawan kepada temannya yang melihat kejadian langka itu.

"Hahaha, apa gadis muda itu kekasihnya? aku rasa selera nya sedikit berubah dari mantan kekasih sebelumnya."

Mereka terus bergunjing sembari berlalu, dan hal itu sama sekali tidak dipedulikan oleh William. Selama tidak mengusik nya secara langsung apalagi sampai menyakiti orang penting baginya maka William tidak akan menggubrisnya.

"Mengapa anak itu berani sekali datang kekantormu?" Tiba-tiba Maria menghadang William dengan wajah yang merah.

"Bukan urusanmu, memang kenapa jika dia datang mengunjungiku?" William nampak tak suka dengan pertanyaan Maria kepadanya.

"Apa kau tak tau jika seluruh orang membicarakanmu?" Maria semakin kesal pada William.

"Bahkan kau menghadangku seperti ini, kemudian bicara secara lantang jauh lebih banyak menarik perhatian orang lain." William pergi meninggalkan Maria yang masih tersungut-sungut.

Merasa ditinggalkan William ia segera menyusul pria itu, bahkan William sudah tau jika Maria akan mengikutinya sampai keruang kerja William. Hal ini menjadi kesempatan baik bagi William untuk mencecar mantan kekasihnya itu.

"Mengapa kau meninggalkanku, apa kau sengaja mempermalukanku?" Maria belum berhenti mengomel.

William kini duduk dengan menumpangkan satu kaki ke kaki satunya, kemudian ia mengangkat beberapa photo dan ia lempar ke atas meja.

Maria yang bingung tiba-tiba memgambil satu photo untuk ia lihat hingga akhirnya ia mengambil semua photo yang dilempar oleh William. Wajahnya menegang, dan mulutnya menjadi kalu.

"A..apa mak...sud photo ini?" Maria terkejut dengan photo dua orang pria yang penuh luka.

"Apa kau mengenal mereka?" Tanya William dengan santai.

"Ten..tu saja tidak."

"Ah.. sayang sekali padahal mayatnya masih tergeletak begitu saja, apa aku perlu menyuruh anak buahku untuk membakar mereka."

"Kau membunuhnya?!"

1
Reysha Maharani
ceritanya sangat fresh, dan membuat penasaran bagaimana nantinya hubungan Lucu dengan Mr.William perbedaan umur 20 tahun sangat menarik
Reysha Maharani
puas banget Simon nampar Sabrina /Scream/
Reysha Maharani
seru sekali, aku gak bisa stop baca Thor... jangan stop update yaaa
Eemlaspanohan Ohan
lanjut
Ita Putri
typo....sabrina thor bukan sandra
Eemlaspanohan Ohan
waw. Simon sama sabrina
Eemlaspanohan Ohan
mampir thor
Abu Yahya Badrusalam
Ceritamu bikin aku susah move on thor, keep writing 👏👏
Withtiwi: terima kasih kak(^v^)bikin aku jadi semangat buat nulis nih
total 1 replies
Jenny Ruiz Pérez
Terima kasih udah bikin cerita keren kaya gini. Jadi pengen jadi penulis juga.💪🏼
nabila Nisa
Wah, seru banget nih ceritanya, author jangan berhenti ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!