Saat keadilan sudah tumpul, saat hukum tak lagi mampu bekerja, maka dia akan menciptakan keadilannya sendiri.
Dikhianati, diusir dari rumah sendiri, hidupnya yang berat bertambah berat ketika ujian menimpa anak semata wayangnya.
Viona mencari keadilan, tapi hukum tak mampu berbicara. Ia diam seribu bahasa, menutup mata dan telinga rapat-rapat.
Viona tak memerlukan mereka untuk menghukum orang-orang jahat. Dia menghukum dengan caranya sendiri.
Bagaimana kisah balas dendam Viona, seorang ibu tunggal yang memiliki identitas tersembunyi itu?
Yuk, ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Keesokan harinya, para murid menyiapkan pesta kecil untuk Viona. Ia dianggap sebagai pahlawan karena selama beberapa tahun ini tak ada yang berani menentang bahkan melawan utusan dari tuan Wijaya. Viona adalah orang pertama yang melakukannya tanpa ragu dan segan, juga tanpa berbelas kasihan.
Namun, sampai siang hari ditunggu, sosok Viona tidak ada muncul di sekolah. Para murid saling bertanya satu sama lain, guru sendiri pun bingung karena Viona tidak ada keterangan. Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk menunda kejutan tersebut sampai Viona muncul di sekolah.
Sementara di sebuah rumah sederhana, rumah yang jauh dari keramaian. Viona baru saja selesai dengan kegiatan yang sudah lama ia tinggalkan. Kegiatan yang dulu sering dia lakukan saat menjadi agen Vi.
"Aku masih pandai berdandan rupanya. Mmm ... tidak buruk!" Viona menghendikan bahu saat mematut diri di cermin.
Rambut yang selama ini diikat tinggi, hari itu dia biarkan tergerai. Wajah dipoles nya dengan make-up natural khas anak remaja. Mini dress berwarna merah muda melengkapi penampilannya hari itu. Tak lupa flatshoes berwarna senada untuk menyempurnakan harinya.
Ia tersenyum, menyelipkan sebuah jepit kecil berbentuk bunga pada salah satu sisi rambutnya sebagai sentuhan terakhir.
"Sempurna!" gumamnya dengan senyum mengembang sempurna.
Ke mana Viona akan pergi?
Dia menyambar sebuah tas kecil dan mengenalkannya, seraya keluar dari rumah yang terpencil jauh dari rumah-rumah yang lain. Viona memesan sebuah taksi online yang akan membawanya ke sebuah gedung kantor untuk pemotretan.
Senyumnya hilang saat membayangkan wajah Aditya. Sebuah mobil berhenti tepat di depan dirinya, tanpa bertanya Viona masuk dan duduk dengan tenang. Mereka melesat dengan cepat.
****
"Selamat siang! Saya Merlia, datang untuk wawancara," ucap Viona sembari menunjukkan formulir pendaftaran secara online di ponselnya.
"Oh, kau rupanya. Cepatlah, naik! Kau sudah ditunggu!" ucap seorang wanita yang bertugas sebagai resepsionis itu dengan ketus.
Viona tersenyum, bersikap layaknya seorang remaja yang ambisius.
"Terima kasih, Kak," katanya seraya berjalan dituntun seorang perempuan lain menuju lantai dua di mana Aditya dan tim sedang menunggunya.
Di dalam ruangan itu, Aditya duduk di sofa memangku salah satu kakinya. Sibuk bermain ponsel untuk mengusir jemu.
"Kau yakin sudah menemukan wanita yang cocok untuk pasanganku kali ini?" tanya Aditya tanpa berpaling dari ponselnya.
"Ya, tentu saja. Kali ini dia sesuai dengan kriteria yang kau inginkan," jawab laki-laki dewasa yang sedang memeriksa kamera.
"Oh. Siapa namanya?" Aditya kembali bertanya tanpa minat sama sekali.
"Jika tidak salah mengingat namanya adalah Merlia. Nama yang indah, bukan?" ujarnya sambil tersenyum manis membayangkan wajah Viona dalam formulir yang dia terima.
Brak!
Ponsel Aditya terjatuh saat mendengar nama itu disebutkan. Tubuhnya tiba-tiba menegang, mata lebar membelalak, keringat dingin memenuhi wajahnya yang sudah dirias. Bibir bergetar bergumam tanpa suara. Hal tersebut tentu saja membuat temannya kebingungan.
"Hei!" Dia melempar Aditya dengan sebuah majalah dewasa.
Remaja nakal itu menoleh dengan wajah pucat pasi. Ya, orang lain bahkan dapat melihat tubuhnya yang gemetar hebat.
"Ada apa denganmu?" tanyanya dengan dahi yang mengkerut.
"K-kau bilang siapa namanya?" tanya Aditya dengan lidah yang kelu sulit untuk digerakkan.
"Merlia. Memang ada apa dengan nama itu? Kau ada masalah dengannya?" selidik laki-laki itu memicingkan mata curiga.
Aditya salah tingkah, berpaling dengan cepat dan menyeka keringat di wajah.
"A-aku harus memperbaiki riasan dulu," katanya seraya beranjak dari sofa dan pergi begitu saja tanpa peduli pada ponselnya.
"Hei! Ditya, ada apa denganmu?" teriak laki-laki itu semakin mencurigai remaja tersebut.
Namun, Aditya tak mengindahkan. Dia tetap berlari masuk ke ruangan make-up dan menutup pintu dengan cukup keras.
"Ada apa dengannya? Merlia? Memang siapa gadis itu?" Dia bergumam sendiri.
"Permisi!"
Ia menoleh dan mendapati seorang gadis cantik tersenyum di ambang pintu.
kyknya Peni yg terakhir.. buat jackpot bapaknya.. si mantan Viona..!! 👻👻👻