NovelToon NovelToon
SECOND LIFE, LIORA!

SECOND LIFE, LIORA!

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rosalyn.

SPAM LIKE? AUTO BLOCKED!

Di tengah kehancuran yang ditinggalkan oleh amukan Liora Ravenscroft, putri bungsu dari Grand Duke Dimitri Ravenscroft, ruangan berantakan dan pelayan-pelayan yang ketakutan menggambarkan betapa dahsyatnya kemarahan Liora. Namun, ketika ia terbangun di tengah kekacauan tersebut, ia menemukan dirinya dalam keadaan bingung dan tak ingat apa pun, termasuk identitas dirinya.

Liora yang dulunya dikenal sebagai wanita dengan temperamental yang sangat buruk, kini terkejut saat menyadari perubahan pada dirinya, termasuk wajahnya yang kini berbeda dan fakta bahwa ia telah meracuni kekasih Putra Mahkota. Dengan mengandalkan pelayan bernama Saina untuk mengungkap semua informasi yang hilang, Liora mulai menggali kembali ingatannya yang tersembunyi dan mencari tahu alasan di balik amukannya yang mengakibatkan hukuman skors.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosalyn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MINUM TEH BERSAMA YANG MULIA

...14...

Ruangan Liora terasa begitu damai, cukup tenang baginya untuk membaca surat kabar yang memuat berita-berita penting yang sedang ia butuhkan. Surat kabar tersebut penuh dengan berita tentang dirinya, tentang Nichol, dan sekali lagi, tentang mereka berdua. Bahkan, nama mereka terpampang begitu besar, menjadi judul yang hangat diperbincangkan, memenuhi hampir seluruh halaman surat kabar.

"Bukan bangsawan namanya jika tidak bergosip," gumam Liora sambil menatap keluar jendela. Dari sana, ia bisa melihat para pelayan yang berhenti bekerja sejenak, tampaknya untuk membicarakan gosip panas yang sedang beredar. "Bahkan para pelayan pun tidak mau melewatkan kesempatan untuk bergosip."

Ia meletakkan surat kabar itu di atas meja bundar dari kayu mahoni yang kokoh, lalu mengangkat cangkir teh dan menyesapnya perlahan, mencoba meredakan stres yang perlahan menggerogoti pikirannya. Meskipun sedikit tertekan, setidaknya ada kebahagiaan kecil yang menyelinap, karena ia berhasil membuat rancangan busana Damianus menjadi sangat terkenal.

"Setidaknya aku berhasil mendapatkan seseorang yang berbakat di sisiku. Jika saja Damianus bekerja untuk orang lain, aku mungkin tidak akan pernah meraih kesuksesan ini," gumamnya, terdengar cukup puas.

Namun, kegembiraan itu terasa aneh. Ada sesuatu yang membuatnya tidak sepenuhnya bahagia, bahkan sedikit kesal.

"Anehnya... aku tidak terlalu senang," pikirnya sembari menatap surat kabar itu dengan sorot mata yang tajam. "Apa-apaan dengan rumor sampah ini? Kenapa mereka mengatakan kalau Nichol menyukai penyihir berambut merah itu?!"

Tatapan tajamnya tetap tertuju pada surat kabar yang tergeletak di atas meja. Amarah perlahan menggelora dalam dirinya, terutama setelah membaca rumor yang mengaitkan Nichol dengan Aurelia Valenmore. Rasanya benar-benar menjengkelkan, bahkan membuatnya ingin muntah.

Merasa frustrasi, Liora hanya bisa duduk terdiam sambil memijat pelipisnya, berusaha meredakan sakit kepala yang tiba-tiba menyerang.

Di tengah rasa frustrasinya, pintu ruangannya diketuk perlahan. Terdengar suara seorang pria dari balik pintu.

"Nona Muda, bolehkah saya masuk?" tanya pria itu, yang ternyata adalah Butler kepercayaan Dimitri.

Liora memutar bola matanya, tampak tidak sabar. "Masuklah."

Pintu terbuka perlahan, menampilkan sosok pria yang mengenakan celana panjang dengan langkah tenang. Melihat wajah pria itu hampir membuat Liora kehilangan kesabaran, tetapi ia cukup bersyukur masih mampu menahannya.

"Jelaskan maksud kedatanganmu," titah Liora dengan nada tidak bersahabat.

Butler itu, dengan penuh hormat, meletakkan tangan kanannya di dada dan berkata, "Saya datang untuk menyampaikan pesan dari Grand Duke kepada Anda, Nona Muda."

"Apa yang beliau katakan?" Liora bertanya, nada suaranya menunjukkan ketidakketertarikan pada pesan ayahnya.

"Beliau mengundang Anda untuk minum teh bersama siang ini."

"Minum teh... siang ini..." Liora merenung sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Baiklah. Katakan pada beliau bahwa aku akan datang."

"Saya akan menyampaikan pesan balasan Anda, Nona Muda. Mohon izin undur diri," ucap Butler itu sambil melangkah mundur, bersiap meninggalkan ruangan.

Namun, sebelum ia sempat pergi, Liora menahannya sejenak.

"Tampaknya sikapmu semakin baik dari sebelumnya, Butler," ujar Liora dengan senyum sinis.

"Saya merasa tersanjung, Nona Muda. Kalau begitu, saya pamit." Ia segera melangkah keluar Dari ruangan, seolah tak ingin berlama-lama berada di sana bersama Liora.

"Ya, ya, pergilah. Tidak ada yang menghalangi mu," Liora menggerutu sambil menatap punggung Butler yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Cih!"

Dia kembali mengangkat cangkir tehnya yang telah kosong, berdecak sebal lalu mulai menaruh kembali cangkir itu cukup keras.

.................

Setelah menerima pesan dari butler, Liora bersiap untuk pertemuan teh dengan ayahnya, Grand Duke Dimitri. Meski ada keengganan di hatinya, rasa tanggung jawab untuk memenuhi undangan tersebut membuatnya bergegas. Ketika ia tiba di ruang kerja Dimitri, suasana siang itu terasa tenang.

Sinar matahari menembus jendela besar, menciptakan bayangan lembut di atas meja kayu ek yang kokoh. Di atasnya, sudah tersedia satu set teh porselen elegan. Dimitri duduk di sana, wajahnya penuh ketenangan, mengangkat cangkir teh sambil menatap Liora yang melangkah masuk.

"Ah, Liora. Tepat waktu, seperti biasa," sapa Dimitri dengan senyum kecil di sudut bibirnya. "Duduklah. Aku sudah menunggu."

Liora duduk di kursi di seberang ayahnya, tetap menjaga sikap tenang meskipun pikirannya terasa canggung dan berantakan. Ia berusaha untuk tampak alami, meski detak jantungnya terasa semakin cepat.

Dimitri menyesap tehnya sejenak sebelum memulai percakapan. "Aku ingin memuji sikapmu saat pesta di kediaman Valenmore tadi malam," ucapnya perlahan. "Kau menepati janjimu untuk tidak membuat masalah. Sangat mengesankan. Aku tahu itu bukan hal yang mudah, terutama setelah rumor-rumor yang tersebar."

Liora mendengarkan pujian itu dengan sedikit ragu, menyesap teh dari cangkirnya untuk menenangkan diri. "Terima kasih, Yang Mulia," jawabnya singkat.

Dimitri berhenti sejenak, alisnya terangkat, jelas terlihat sedikit kebingungan. "Yang Mulia?" ulangnya, nada suaranya penuh keheranan. "Sejak saat kita bertemu di ruangan, kau memanggilku Yang Mulia. Dulu, kau selalu memanggilku 'Ayah.' Ada sesuatu yang berubah, Liora?"

Liora menunduk sejenak, merasa malu dan tidak tahu harus menjawab apa. Sejujurnya, hubungan mereka terasa sedikit berbeda sejak peristiwa beberapa bulan lalu. Meski Dimitri tetap menjadi sosok Ayah yang baik, Liora merasa ada jarak yang sulit dijelaskan. Itu membuatnya bingung bagaimana harus bersikap.

"Maafkan saya, Yang... maksud saya, Ayah," kata Liora dengan sedikit kesulitan, suaranya pelan. "Saya hanya... saya tidak tahu harus bersikap seperti apa sekarang."

Dimitri menatapnya dengan penuh perhatian, seolah mencoba memahami perasaan putrinya. "Liora, aku tahu banyak yang telah terjadi. Rumor, masalah keluarga, dan tanggung jawab yang menekan mu. Tapi aku tetap Ayahmu. Kau tidak perlu merasa canggung."

Liora mengangguk pelan, tetapi masih sulit baginya untuk benar-benar rileks. "Saya hanya merasa... tidak seakrab dulu, mungkin karena banyak hal yang berubah. Saya berubah."

Dimitri menatapnya dengan lembut. "Perubahan adalah hal yang wajar, terutama setelah apa yang kau hadapi. Tapi, kau tetap putriku, Liora. Tidak peduli bagaimana kau berubah, aku selalu ada untukmu."

Mendengar kata-kata ayahnya, hati Liora terasa sedikit lebih ringan, meski ia masih merasakan kebingungan yang mengendap dalam dirinya. "Terima kasih, Ayah," ucapnya akhirnya, dengan suara yang lebih lembut dan penuh ketulusan.

Dimitri tersenyum tipis, merasa puas dengan perkembangan percakapan mereka. "Itu lebih baik. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, Liora."

Mereka berdua melanjutkan obrolan santai, membicarakan tentang kegiatan sehari-hari. Dimitri bercerita tentang tugas-tugasnya sebagai Grand Duke, sementara Liora menceritakan kesuksesan rancangan busana Damianus yang mulai menarik perhatian banyak orang. Meskipun suasana masih sedikit canggung di antara mereka, perbincangan itu membantu mencairkan suasana, perlahan tapi pasti.

Setelah beberapa saat, Liora merasa lebih nyaman, meski masih ada banyak hal yang belum ia ungkapkan. Ia butuh waktu untuk itu, terlebih lagi karena ia tidak terbiasa menempati posisi menjadi seorang putri satu-satunya milik Grand Duke.

^^^TO BE CONTINUED^^^

1
⚛Natus vincere
tanan itu apa? 🗿
HaeZen: /Sob//Sob//Sob/ typo
total 1 replies
⚛Natus vincere
setiap Dimitri aku selalu ingat ibu nya ica, damini🗿
⚛Natus vincere
pengen ngeship tapi adek kkak, ah yaudahlah🗿
HaeZen: /Sob//Sob/
total 1 replies
⚛Natus vincere
wahh, langka moment/Scare//Scare/
Murni Dewita
👣
HaeZen: selamat datang 🙏🏻
total 1 replies
HaeZen
lanjut gak nih?
⚛Natus vincere
sayang sekali, pdhal sisa 1 bab lgi, tapi panggilan Tuhan itu berati kawan🗿
⚛Natus vincere
dia sebenarnya mau pinjam 100 lady, cuma malu🗿
HaeZen
Saina bukan Sania /Sob//Sob/
HaeZen
ya Tuhan ini ketinggalam g nya /Sob//Sob//Sob/
A.D
bagus Zen tanda baca lu, good job
HaeZen: /Sob//Sob/
A.D: g, hoax doang
total 3 replies
A.D
itu gambar nya buatan ai?
HaeZen: iyauuu, tapi deskripsi nya dari zen
total 1 replies
A.D
widih
HaeZen
ini banyak banget typo nya /Sob//Sob/ maaf guys, aku bakal revisi...untung sepi jadi aku gak malu malu banget
Cloropil
handsome 😍
A.D
sogok pake duit
⚛Natus vincere
EPS BARU THOR/Scare//Applaud//Rose/
⚛Natus vincere
nah mampus jeperi nikol
⚛Natus vincere
Wizzih liora gg
⚛Natus vincere
trlalu sempurna ga baik ya dek ya, saya insecure/Scare/
HaeZen: ok tak tunggu fan
⚛Natus vincere: bentar Zen, mau bikin sekaligus 3, biar pembaca nya g bingung🗿
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!