Garis hidup Jossy Jeanette berubah seratus delapan puluh derajat ketika dia bertemu dengan Joshua, CEO tampan yang mendadak menjadi kekasihnya, akan tetapi hubungan mereka berdua harus disembunyikan dari siapapun sesuai permintaan sang CEO itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Dia Mulai Memanjakanku
Jossy Jeanette mematut lama di depan cermin sembari memperhatikan penampilannya yang mengenakan gaun panjang berwarna perak.
Dandanan Jossy terlihat natural dengan sapuan riasan tipis namun memancarkan kecerahan dari wajah cantiknya.
Jossy menghela nafas pelan seraya mengamati gaun yang dia kenakan saat ini, dia menjelma bak seorang putri dari kalangan atas.
"Fuih..., apa yang kulakukan ini ?!" ucapnya sendu seraya menunduk.
Jossy memutar badannya, untuk memastikan kembali dandanan nya yang lebih berkelas.
Sret... !
Tirai kamar ganti disibakkan oleh seseorang.
Muncul Josua Maxim di depan kamar ganti sembari menatap serius ke arah Jossy.
"Lama sekali ?" tegurnya.
Jossy segera menutupi bagian atas tubuhnya sembari membalikkan badan.
"Kenapa tidak mengetuk dulu ?" sahut Jossy tak terima dengan perlakuan Josua yang main selonong masuk tanpa permisi ke kamar ganti.
"Apa itu diperlukan ? Kurasa tidak karena aku adalah kekasihmu sekarang ini", ucap Josua sembari menaikkan kedua alisnya ke atas.
"Meski aku ini kekasihmu, tetaplah menjaga sikap, dan kau tahu kalau aku sedang berganti pakaian", kata Jossy.
Josua Maxim melirik tajam ke arah Jossy, memperhatikan gadis itu mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Gaun itu sudah pas dan cocok buatmu, tidak usah menggantinya lagi", kata Josua seraya menarik lengan Jossy dari dalam kamar ganti.
"Tu-tunggu, aku belum siap, Josua !" pekik Jossy terkejut kaget ketika dirinya ditarik keluar dari kamar ganti oleh CEO itu.
"Sudah, jangan berpikir lagi, pilih saja gaun yang kau pakai sekarang dan carilah gaun lainnya lagi, aku memberimu kesempatan, memilih lima gaun untuk kita beli", kata Josua.
"Tu-tunggu, kenapa harus terburu-buru, aku masih belum memastikan apakah aku menyukai gaun ini", sahut Jossy.
"Kenapa ?" tanya Josua seraya menghentikan langkah kakinya lalu berputar menghadap ke arah Jossy.
"Karena aku tidak suka gaun perak ini terlalu terbuka bagian atasnya sehingga memperlihatkan dadaku yang menonjol", sahut Jossy polos.
Josua mengamati bagian yang dimaksudkan oleh Jossy lalu tersenyum tipis.
"Menarik...", sahutnya datar.
"Apanya yang menarik ?" tanya Jossy dengan wajah lugunya.
"Ya, sangat menarik jika aku harus memandanginya, dan aku suka sekali bagian yang menonjol itu daripada harus tertutup", sahut Josua.
"Apa ?!" kata Jossy tertegun diam.
"Kenapa ?" tanya Josua. "Kenapa kau ganti bertanya padaku ?" sambungnya lalu membuang muka.
"Sebaiknya aku mengganti gaun lainnya sekarang !" sahut Jossy agak gugup serta hendak pergi.
Josua menarik cepat pergelangan tangan Jossy hingga gadis itu tersentak kaget dan terjatuh ke dalam pelukan Josua.
"Hati-hati..., perhatikan langkahmu, Jossy !" bisik Josua di telinga Jossy.
Semburat warna merah langsung menghiasi wajah Jossy Jeanette saat ini juga.
Jossy segera menarik dirinya dari pelukan Josua.
Seseorang menyapa mereka dan mendekat.
"Permisi...", ucap karyawati butik.
"Ya...", sahut Jossy dan Josua bersama-sama.
"Apa gaun ini akan dicoba juga ?" tanya karyawati butik itu sembari memandangi Jossy dan Josua.
"Emm, coba aku lihat !" kata Josua.
Josua mengambil gaun paling atas yang dibawa oleh karyawati butik itu lalu memperhatikan gaun berwarna kuning pendek itu.
"Kurasa gaun ini juga cantik, aku suka sekali dengan modelnya, aku ambil ini dan tolong kamu masukkan ke dalam tagihan belanjaanku", lanjut Josua.
"Tapi ini terlalu pendek bahkan bagian atasnya juga sangat terbuka, Josua", kata Jossy.
"Tapi aku suka sekali dengan gaun ini, Jossy sayang", sahut Josua sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Jossy Jeanette.
"Kalau begitu kamu pakai saja sendiri gaun itu !" kata Jossy.
Jossy berjalan cepat ke arah kamar ganti dengan mengambil sebuah blouse baru dari arah rak pakaian butik saat dia melintas.
Tampak Josua berdiri tercengang ketika Jossy berlalu pergi dari hadapannya tanpa peduli.
"Bagaimana bisa aku memakai gaun ini ?" gumamnya tak mengerti.
Karyawati butik langsung berdehem pelan.
"Ehem..., maaf, pak...", ucapnya.
Josua segera memalingkan muka ke arah karyawati butik seraya berkata padanya.
"Bungkus semua gaun yang mirip dengan model gaun ini dan aku borong semua pakaian yang ada di rak sana !" perintahnya sembari menunjuk ke arah rak pakaian yang baru saja dilewati oleh Jossy Jeanette.
"Ba-baik, pak", sahut karyawati butik itu dengan anggukkan kepala cepat.
"Menunggu apalagi ?" tanya Josua dingin. "Cepatlah karena aku tidak memiliki waktu banyak berlama-lama disini !" sambungnya.
Karyawati butik segera berlari cepat, mengerjakan perintah Josua Maxim sesuai permintaan CEO itu.
Josua menghela nafas panjang seraya melirik ke arah kamar ganti butik dengan menyaku tangan.
Wajahnya berubah cerah ketika melihat Jossy Jeanette tadi.
Josua pada akhirnya bisa mendapatkan Jossy Jeanette yang selama ini dia incar sejak pertama kalinya dia berjumpa di Mall Maxx.
CEO itu sudah suka pada Jossy saat dia tanpa sengaja membaca surat lamaran gadis itu yang terselip di meja kerja milik Matt.
Seulas senyuman manis menghiasi sudut bibir Josua.
Selang berapa waktu, terlihat Jossy keluar dari dalam kamar ganti dengan mengenakan setelan blouse warna peach.
Jossy semakin tampak bersinar dan elegan dengan blouse tersebut.
"Bagaimana menurutmu penampilanku ini ?" tanya Jossy saat dia melihat Josua sedang memperhatikan dirinya.
"Bagus, sangat menarik, aku suka karena kamu terlihat berbeda, agak sedikit berkelas", sahut Josua datar.
"Aku suka blouse ini daripada gaun perak tadi, mana mungkin aku memakai gaun warna seterang itu disetiap keseharianku", kata Jossy.
"Mana gaun perak tadi ?" tanya Josua.
"Aku meninggalkannya di kamar ganti", sahut Jossy.
"Bawa padaku !" kata Josua.
"Untuk apa ? Apa kau akan memakainya untukmu sendiri ?" tanya Jossy.
"Ambil saja kemari dan bawa padaku cepat !" perintah Josua.
"Tapi aku tidak suka memakainya, untuk apa diambil lagi, aku tidak mau", sahut Jossy sembari menggeleng cepat.
"Kataku ambil gaun perak itu !" kata Josua serius.
"Aku tidak mau", sahut Jossy.
Josua tidak sabaran, dia segera berjalan cepat ke arah kamar ganti lalu mengambil gaun perak seksi itu.
"Aku beli gaun ini juga, tolong bungkuskan untuk ku !" ucapnya seraya menghampiri karyawati butik yang sedang sibuk memasukkan gaun-gaun pesanan Josua ke dalam tas bungkus.
"Baik, pak", kata karyawati butik seraya mengambil gaun perak dari tangan Josua.
Josua menoleh kembali ke arah Jossy Jeanette lalu berjalan menghampiri gadis itu.
"Sudah terbeli, dan terpakai, tidak bisa dikembalikan lagi sekarang jika kau ingin membatalkan gaun itu maka kau harus membayar denda sebesar 30 persen dari harga jual gaun disini", ucapnya.
"Apa ?" sahut Jossy terhenyak kaget.
"Baiklah, kalau kamu setuju, kita pergi ke tempat lainnya karena kamu belum memiliki sepatu baru yang pantas kamu kenakan sekarang", kata Josua.
"Tu-tunggu, aku nyaman dengan sepatuku ini, tidak perlu mengganti dengan yang baru", kata Jossy menolak.
Josua menoleh kembali ke arah Jossy Jeanette seraya mengamati kedua kaki gadis itu yang mengenakan sepatu olahraga warna kuning menyala.
"Tidak, kurasa gaya fashionmu hari ini terlalu menyala, dan coba perhatikan blouse warna peach yang kamu pakai itu di cermin", kata Josua.
Josua Maxim menunjuk ke arah cermin dinding yang ada di ruangan butik.
"Lihat kesana !" perintahnya.
Jossy mengikuti saran Josua dengan berjalan ke arah cermin di dinding butik.
Tampak dua pasang sepatu olahraga warna kuning menyala terang sedang dia kenakan saat ini, sepatu itu sangat kontras berbanding terbalik dengan blouse warna peach yang Jossy pakai sekarang ini.
Jossy tersipu malu lalu menudukkan pandangannya ketika dia melihat pantulan dirinya pada cermin, dan dia mengakui kalau penampilannya sangat kacau sekali hari ini.
Dibelakang Jossy terlihat bayangan Josua memantul pada cermin butik, laki-laki itu sedang menyilangkan lengan tangannya ke depan serta memandang agresif kepada Jossy, menandakan bahwa CEO itu mencoba menenangkan diri.