NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sandri Ratuloly

Aruna, namanya. Gadis biasa yatim-piatu yang tidak tau darimana asal usulnya, gadis biasa yang baru memulai hidup sendiri setelah keluar dari panti asuhan di usianya yang menginjak 16 tahun hingga kini usianya sudah 18 tahun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

dua puluh

Seperti apa yang dikatakan Tama tempo lalu. Tak terasa jadwal pemeriksaan kandungan Aruna telah tiba, saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tama dan Aruna yang sudah bersiap-siap, akhirnya berangkat ke rumah sakit menggunakan mobil orangtua Tama yang di pinjamkannya kemarin untuk mengantarkan Aruna periksa kandungan.

Menghabiskan waktu hingga dua puluh menit perjalanan. Akhirnya, keduanya tiba di rumah sakit 'Kasih Bunda'. Tempat rumah sakit yang sama saat Aruna periksa kandungan pertama kali dengan Arjun dan Aretha. Sebelum ikut mengantri bersama para ibu hamil lainnya, mereka terlebih dahulu mengambil kartu antrian, setelahnya ikut duduk di kursi tunggu bersama para calon ibu lainnya.

"Anak pertama, ya? " pertanyaan seorang perempuan di kursi samping Aruna duduk.

Aruna sontak menoleh, dia tersenyum canggung sebelum menjawab. "Iya, mbak. "

"Kalau saya lagi hamil anak kedua sekarang, sudah berapa bulan kandungan kamu? "

"Baru masuk tiga bulan, mbak. Sudah berapa bulan kandungan, mbak? Perutnya sudah keliatan besar sekali, ya. " tanya Aruna, dia menatap intens perut perempuan disebelahnya. Sangat besar, mungkin perkiraannya sudah tujuh atau delapan bulan.

"Sudah delapan bulan, gak lama lagi mau lahir si dedek dari dalam perut mama. " calon ibu anak dua itu menjawab, mengelus lembut perut besarnya. Tidak sabar menunggu saat anak keduanya lahir nanti.

"I-itu, kalau melahirkan secara normal, sakit ya, mbak? " tanya Aruna kikuk, dia sebagai calon baru ibu. Tentu tidak memiliki pengalaman apapun tentang hamil dan melahirkan, tapi dari yang di ketahuinya dan pembicaraan orang-orang. Melahirkan itu sakit, sakit sekali bahkan.

Perempuan itu lantas tertawa ringan, menyadari ketakutan Aruna. Semua calon ibu di muka bumi ini memang akan merasakan ketakutan mengenai tentang melahirkan nanti, dulu saat awal dirinya hamil anak pertama, ketakutan itu memang selalu terbayang di pikirannya.

"Bohong besar kalau saya bilang tidak sakit. Tapi, yang harus kamu tahu, walau begitu sakitnya saat mengeluarkan buah hati kita dengan nyawa sebagai taruhannya, semuanya akan terbalaskan saat suara tangisan mulai terdengar setelah keluar dan menghirup udara yang sama dengan kita, rasa haru dan bahagia selalu menyelimuti. Bahkan sakit yang tadinya terasa amat menyakitkan akan hilang seketika. " dia memegang tangan Aruna sebagai menguatkan, ingatannya kembali saat masa dirinya hamil anak pertamanya. Dia bahkan hampir menyerah saat rasa sakit yang begitu menyakitkan saat mengeluarkan bayinya di dalam perut.

"Nanti saat waktunya melahirkan tiba, ada sosok suami yang selalu menyemangati. Menemani kita diruang persalinan, saya bahkan sampai narik rambut suami saya saat melahirkan dulu. " perempuan itu terkekeh geli, mengingat wajah penuh kesakitan suaminya saat rambutnya ditarik begitu kencang, bahkan ada sampai segenggam rambutnya terlepas.

Aruna menolehkan kepalanya pada Tama saat mendengar ucapan perempuan itu, saat dirinya melahirkan nanti, apakah Tama akan menemaninya?

"Kalian pasangan muda, ya. " tanyanya, melihat Aruna yang menolehkan kepalanya pada Tama. Melihat juga pasangan di sebelahnya terlihat begitu muda, seperti anak sekolahan.

Aruna lantas menolehkan kepalanya kembali pada perempuan itu, dia tersenyum kikuk sambil mengangguk pelan kepalanya. Tidak tau ingin menjawab bagaimana.

"Saya dulu juga menikah muda. Gak perlu takut begitu, yang penting kan sudah siap secara finansial dan mental. " kedua pasangan muda hanya mengangguk saja sebagai jawaban, bingung menjawab bgaimana. Keduanya menikah, bukan atas keinginan mereka. Karena kesalahan dan tanggung jawab, hingga dua insan yang tidak dekat dan tidak saling kenal itu terpaksa harus bersatu.

"Ah, nomor antri saya sudah di panggil. Kalau gitu saya pamit ke dalam dulu, ya. " Aruna mengangguk, dan perempuan hamil itu bangun dari duduknya dengan bantuan Tama, karena perutnya yang sudah sangat besar, membuat pergerakannya terasa susah di gerakan.

"Gugup, ya? " Tama memecah keheningan yang melanda keduanya saat perempuan hamil itu sudah masuk ke dalam ruangan pemeriksaan kandungan, Tama dengan pelan ngelus perut Aruna, dapat di rasakannya tonjolan kecil di perut Aruna.

"Saat melahirkan nanti, gua pasti akan menemani lo ke ruangan persalinan nanti, gua mau ikut menyambut kedatangan anak pertama gua nanti. Jangan takut, " Tama sadar kegelisahan Aruna rasakan, Tama juga tidak mungkin tidak menemani Aruna melahirkan nanti, walau keduanya menikah karena terpaksa, bayi yang di kandungan Aruna adalah anaknya. Anak kandungnya, darah dagingnya.

Aruna menatap lembut usapan tangan Tama di perutnya, seperti ada kumpulan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya saat perlakuan manis Tama pada.

"Makasih."

Keduanya kembali terdiam, menunggu nomor antrian terpanggil. Tama masih dengan kegiatannya, mengelus lembut perut Aruna, ada debaran menyenangkan di rasakannya saat menyentuh perut Aruna yang berisikan anaknya.

"Antrian nomor 62, silahkan masuk. " mendengar nomor antriannya terpanggil, Aruna sontak bangun dari duduknya bersama Tama menuju ruang pemeriksaan kandungan. Dengan Tama yang sadar atau tidak, merangkul bahu Aruna menuju ruangan periksa kandungan.

Tanpa keduanya sadari, ada seorang perempuan menatap penuh selidik pada mereka.

"Itu bukannya, Tama? Dia kenapa bisa dirumah sakit? Ke dokter kandungan lagi. " celetuknya, matanya menyipit memastikan sesuatu. "Itu bukannya, ARUNA? Ngapain mereka berdua ke dokter kandungan?! "

Mata melotot tajam, mengingat sesuatu. "Berarti gosip soal Tama sama Alana putus itu, beneran? " kagetnya, dia salah satu pengagum hubungan Tama dan Alana, dan berita beberapa hari lalu yang mengatakan kalau hubungan antara Tama dan Alana telah putus. Cukup menggemparkan dan banyak yang tidak menyangka atas berita tersebut, "Berarti Tama dan Alana putus karena ada orang ketiga? Dan orang ketiga itu adalah, Aruna?"

"Gak nyangka, Aruna yang terlihat pendiam dan gak neko-neko ternyata perebut pacar orang! Dasar perempuan munafik! " dia mengeluarkan ponselnya dan memotret foto Tama dan Aruna yang terlihat masuk kedalam ruangan periksa kandungan.

"Aruna ternyata licik juga, pasti dia kasih tubuhnya buat ngerebut Tama sampai hamil dan minta Tama buat tanggung jawab, Kalau gua upload foto ini di forum grup angkatan, pasti bakalan banyak yang ngehate, Aruna. Biar tau rasa, siapa suruh jadi perusak hubungan orang! Dasar pelakor! " hinanya, dia dengan cepat menyimpan kembali ponselnya di saku belakang celananya. Menatap tajam pada pintu dokter kandungan sebelum pergi dari tempatnya.

Dia pastikan berita ini akan menggemparkan, dan orang-orang akan menghina Aruna karena sudah menjadi pelakor dan perusak hubungan Tama dan Alana.

••••••

Keesokan harinya. Aruna tampak begitu damai tengah mengelap meja makan, beberapa menit yang lalu dia dan Tama baru saja menyelesaikan sarapan pagi. Laki-laki yang berstatus suami Aruna itu lantas pamit menemui teman-temannya saat menyelesaikan sarapan bersama.

Aruna tidak mencegah, tidak memiliki kekuasaan untuk mengatur hidup Tama. Walau keduanya sudah menikah dan Tama yang terlihat memperlakukannya dengan baik, bukan berarti Aruna dengan berani mengatur apa saja yang ingin dilakukan laki-laki itu.

Dengan bersenandung. Aruna menatap puas seisi ruang tamu apartemen yang terlihat rapi dan bersih, dia baru menyelesaikan bersih-bersih apartemen tadi sebelum memasak. Saat semua pekerjaannya telah selesai di kerjaannya, Aruna melangkah menuju sofa, dia butuh istirahat sambil menyalakan televisi di depannya.

Aruna menikmati tayangan film di depannya, cukup terhibur. Namun, semuanya terganggu saat suara deringan ponsel miliknya berbunyi sangat nyaring. Aruna berpaling, mengambil ponselnya yang ternyata tergeletak diatas sofa empuk yang didudukinya, terhimpit ke dalam pada garis ujung sofa.

"Rara? " gumamnya, melihat siapa yang tengah meneleponnya, yang ternyata sahabat baiknya.

Aruna menekan ikon tombol hijau, dan membawa ponselnya di depan telinga. "Ya, kenapa, Ra? "

"Gawat! Gawat, Aruna! " suara Rara di ujung telepon sana terdengar tergesa-gesa, membuat Aruna tidak sadar menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya.

"Pelan-pelan, Ra. Bicaranya, coba tarik nafas dulu, baru bicara dengan pelan-pelan. Gawat kenapa, hm? Sampai kamu kayak ngos-ngosan begitu. "

Rara tidak mengidahkan ucapan Aruna, dia dengan terburu-buru kembali berbicara. "Di forum grup angkatan kita, Na. Gawat! Foto lo sama Tama tersebar di grup! "

Aruna mengernyit dahinya bingung, "Foto? Foto apa yang tersebar, Ra? Kamu jangan buat aku panik. "

"Lo cek sendiri di grup angkatan kita, Ra. Gua matiin dulu teleponnya. "

'Tut'

Sambungan telepon tersebut langsung terputus begitu saja oleh Rara. Aruna menatap bingung pada layar ponselnya yang menggelap, karena penasaran. Dia membuka forum grup angkatan seperti apa yang dikatakan Rara tadi.

Seketika nafas Aruna memburu, terdapat fotonya bersama Tama yang di ambil dari belakang. Posisi keduanya yang sangat dekat dengan Tama yang merangkul bahu Aruna, yang lebih menggemparkan lagi, keduanya terlihat hendak masuk ke ruang periksa dokter kandungan.

Nafas Aruna semakin sesak, saat komentar orang-orang pengagum Tama dan Alana yang menggunjingnya tanpa ampun. Ujaran kebencian, cacian, juga segala hal yang tidak pantas untuk di katakan.

xxAngelxxx : Gila! Dasar gak punya malu!

Cindy127 : Gua gak nyangka kalau pelakornya modelan begini, kok bisa ya? Masih cantikan juga Alana! Oh, lupa. Pelakor kan gak perlu cantik, yang penting gatal! Dasar pelakor jahan*m! M*ti aja lo!

Tama_Alana'fams : B*tch! Dasar perusak hubungan orang, mending lo ngaca deh, lo gak ada apa-apanya dibanding Alana!

MissingYou : Dia bukannya Aruna, ya? Terkenal pendiamnya disekolah, gak nyangka gua kalau ternyata sifat aslinya begini, wkwkw. Dasar pelakor, perusak hubungan orang!

Aruna melemparkan ponselnya hingga tergeletak di lantai, air matanya lolos berjatuhan membasahi pipinya. Dia menggeleng kuat kepalanya sambil menarik rambutnya, Aruna ketakutan. Semua yang dipikirkannya dulu, sekarang terjadi juga.

"Enggak! Aku bukan pelakor! Aku bukan perusak hubungan orang! " Aruna menggeleng kuat kepalanya, semua rentetan komenan buruk orang-orang padanya terus berputar di otaknya.

Pikirannya terbayang akan tatapan tajam dan sinis orang-orang padanya. Tidak! Aruna takut, Aruna tidak mau ini terjadi.

"Enggak.... Aku bukan pelakor! Ini semua bukan kehendak aku, aku bukan perusak hubungan orang. " Aruna terduduk jatuh di bawah lantai, berulang kali memukul kepalanya– berusaha menghilangkan bayang-bayang m*kian orang-orang padanya.

"Aruna! "teriakan Tama terdengar saat laki-laki itu baru saja membuka pintu apartemen dengan tergesa-gesa, dia kaget dan panik akan keadaan Aruna.

Aruna tidak memperdulikan teriakan Tama tersebut, dia masih senantiasa memukul terus kepalanya.

" Aruna, stop! " Tama menghampiri Aruna yang tergeletak tidak berdaya di bawah lantai yang begitu dingin, dia berusaha menarik tangan Aruna yang masih terus memukul kepalanya. "Aruna, stop. Jangan kayak gini. " setelah berhasil menahan kedua tangan Aruna, Tama memeluk erat tubuh Aruna yang bergetar karena menangis.

"K-kenapa? Kenapa mereka semua jahat, Tama? Aku bukan pelakor, aku bukan perusak hubungan kamu sama Alana, aku bukan seperti apa yang mereka bilang, Tama. " katanya terbata-bata dan bergetar, meremat baju Tama dengan kuat.

"Aku gak ada niatan sama sekali buat ngerusak hubungan kalian, Tama. Aku gak mau! Siapa yang mau jadi perusak hubungan orang? Aku bukan pelakor! " Aruna mendongakkan kepalanya, menatap wajah Tama dengan tatapan penuh terluka.

"Aku memang suka sama kamu, Tama. Tapi bukan berarti aku dengan tega ngambil milik orang lain, aku gak sejahat itu, walau kenyataan sekarang aku udah ambil kamu dari Alana. " tangannya yang meremat kuat baju Tama terlepas, dia duduk terjatuh dengan linglung di bawah lantai. "Ini semua bukan keinginan aku, Tama. Aku sama sekali gak berniat buat ngelakuin ini. "

Tama menatap sedih dan prihatin atas kondisi Aruna yang begitu kacau, hatinya terenyuh. Ini bukan salah Aruna, ini salahnya. Karena perbuatan kejinya, Aruna malah terkena dampaknya.

Tama pulang ke apartemen dengan terburu-buru saat Adit memberitahukan soal forum grup angkatan mereka yang membahas soal fotonya bersama Aruna di rumah sakit kemarin, entah siapa yang sudah kurang ajar mengambil foto keduanya dengan diam-diam dan mengupload nya di forum grup.

Melihat keadaan Aruna yang begitu menyedihkan ini, hati Tama tiba-tiba berdenyut nyeri. Dia sempat baca komenan orang-orang yang menghina Aruna dengan kata-kata yang tidak baik, semua ini salahnya. Karena perbuatannya, membuat perempuan polos di pelukannya yang kena.

1
Arieee
semangat Thor up nya q selalu menunggu 🥰
Sandri Ratuloly: makasih banyak atas dukungannya 😍😍
total 1 replies
Arieee
pergi Aruna cari kebahagiaan u sendiri💪💪💪💪💪💪💪💪👍👍👍👍👍👍👍
Arieee
Aruna 👍👍👍👍👍👍💪👍💪👍💪👍 berjuang utk kebahagiaan gak usah berharap ma tama
Black Moon
Thor, ini Helena siapa ya? Apa nama panjang Aruna 😁
Arieee
si Cindy belum kualat aja😡😡😡😡😡😤😤😤😤😤😤😤😤😤bukan hidup situ yg rusak kenapa jadi hakim
Black Moon
ko aku ngerasa, kalo Alana ini nantinya bakal jadi duri ya. Apalagi ditambah sama Tama yg memang ga tegas buat jadi suami 🤔
Sandri Ratuloly: masih labil jadi gak begitu tegas jadi suami, apalagi dia nikahin Aruna karena kepaksa😌🤭
total 1 replies
Arieee
approve ma temen" nya Tama yang waras😆👍👍👍👍👍👍👍
Sandri Ratuloly: untung teman-temannya gak gebukin kepala tama🤣
total 1 replies
Black Moon
setuju sama Aruma, kalo udah lahiran tinggalin aja laki modelan begitu. Ga cocok juga disebut laki-laki, lebih cocok disebut kaum berdaster 😒
Arieee
percuma gak ada sadar nya😡😡😡😡
Arieee
pergi aja lah si mertua juga gak peka 😡
Black Moon
Sejujurnya, ini menguras emosi 😭
Black Moon: Author sendiri kuat banget begadang sampe jam segini, tidur dulu Thor 🤭😁
Sandri Ratuloly: tidur kak, kamu kuat banget begadang baca cerita sampai jam segini😭😭
total 2 replies
Black Moon
Emang Dit, temen kamu itu 🤬🤬🤬🤬🤬 aku pun esmosi. Harus 🤾 pake bakiak
Black Moon
Aruna beruntungnya kamu punya keluarga yang sayang banget sama kamu, apalagi ini bukan keluarga sedarah. Jadi terhura, eh salah. Terharu maksudnya
Black Moon
Dasar laki-laki 🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
Black Moon
jahatnya, minimal peluklah dulu sahabat kamu Ra 🤬
Arieee
ya diusut lah laporin polisi biar tau rasa yang nyinyir 😡😡😡😡😡😡😡gak tau cerita nya eh bikin cerita sendiri
Sandri Ratuloly
bagussss
Arieee
Aruna 👍👍👍💪💪💪
Arieee
tuh kan sudah q duga 😤😤😤😤😤😤😤
Arieee
karma nya harus pedihhhh ya😤😤😤😤😤😤😤😤😤😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!