Mendadak Jadi Istri Miliarder

Mendadak Jadi Istri Miliarder

01

°

°

°

A-a-pa... pergi dari rumah? Risna kabur begitu maksudnya, Pak?" tanya Akmal pada Pak Rusli. Pemuda itu begitu syok mendengar perkataan calon mertuanya yang datang mengabarkan bahwa Risna calon istrinya kabur dari rumah.

"Iya, Nak," jawab Rusli lirih.

Akmal tampak frustasi dengan berbagai pertanyaan memenuhi benaknya. Padahal besok mereka akan menikah tapi pengantin wanitanya malah kabur. Apa kata orang nanti?

"Pak Rusli... tolong, Anda ceritakan bagaimana kronologinya?" pinta Pak Deni.

"Karena sejak pagi saya belum melihat Risna anak saya, maka..." Pak Rusli lantas menceritakan dari awal kejadiannya tanpa di tambahkan dan dikurangi.

Pak Deni tampak mengangguk-anggukkan kepala mencoba menelaah apa yang terjadi, agar tidak salah dalam mengambil keputusan.

Sementara Akmal sendiri dari tadi terus menghubungi ponsel Risna calon istrinya, namun hanya ada jawaban nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan.

"Begini saja, Pak Rusli. Sebaiknya sekarang Bapak dan Ibu segera mencari Risna, mungkin dia belum jauh," saran Pak Deni.

"Baik, Pak! Kami akan mencari Risna sampai ketemu. Kalau seandainya Risna sudah pulang apakah Bapak sekeluarga, terutama Nak Akmal masih mau memaafkan dan menerima anak kami?" tanya Pak Rusli ragu-ragu.

"Bagaimana denganmu, Mal? Apa kamu masih mau menerima andai Risna kembali?" tanya Pak Deni.

"Iya, aku mau, Yah," jawab Akmal.

"Nah, Bapak dengar sendiri kan? Jadi begitu Pak Rusli menemukan Nak Risna sebaiknya langsung menghubungi kami," jawab Pak Deni.

"Baiklah kalau begitu, Pak, Bu, dan Nak Akmal, terimakasih dan maaf telah mengganggu waktunya. Kami mohon pamit." Pak Rusli dan Bu Rahma lalu bangkit dari duduknya dan bersalaman dengan calon besan mereka.

"Tidak apa-apa, Pak. Semoga Nak Risna segera ditemukan," ucap Pak Deni.

Setelah mengucapkan salam, Pak Rusli dan Bu Rahma langsung pamit dan meninggalkan rumah calon besannya.

"Ada apa, Nak?" tanya Bu Marini ibunda Akmal yang baru saja keluar dari dapur.

"Risna pergi dari rumah, Bun. Dia kabur," ujar Akmal lirih.

"Astaghfirullah... bagaimana mungkin, Nak? Pernikahan kalian tinggal besok, apalagi semua undangan sudah terlanjur disebar. Lalu..." Bunda Marini tidak melanjutkan kata-katanya. Beliau bahkan hampir saja limbung andai Pak Deni sang suami tidak segera menahan tubuhnya.

"Sabar, Bu. Pak Rusli sekarang sedang mencari keberadaan Risna. Semoga bisa segera diketemukan," ucap Pak Deni.

"Bagaimana jika asumsi Bapak itu salah? Dan mereka sengaja ingin mempermalukan kita!" Bunda Marini mulai terisak, membayangkan kemungkinan terburuk.

°

Hari mulai beranjak siang dan terik matahari kian terasa menyengat kulit. Namun semua itu bukan penghalang bagi pasangan suami istri itu, untuk terus menyusuri jalanan beraspal. Menjelajahi setiap area keramaian yang mereka temui guna memastikan sang anak berada di sana.

Kekhawatiran dan kegelisahan jelas kentara melanda hati serta pikiran Pak Rusli dan Bu Rahma. Pasalnya pihak keluarga Akmal sudah memberikan bantuan sejumlah uang yang tidak sedikit untuk biaya pesta. Tentu hal itu semakin membuat mereka dihantui perasaan ketakutan andai Risna benar-benar kabur.

Hingga menjelang sore hari, tak menemukan anak gadisnya, Pak Rusli dan Bu Rahma memutuskan untuk pulang ke rumah. Namun ketika mereka tiba di rumah, keduanya justru dikejutkan dengan keberadaan anak gadisnya yang sedang tertidur meringkuk di kamar.

"Astaghfirullah al'adzim, Risna! Darimana kamu...? Bapak sama ibu berkeliling ke sana kemari mencari keberadaan kamu! Kenapa ponsel juga tidak bisa dihubungi, hahhh!" Dengan geram Bu Rahma mengoyang-goyangkan tubuh Risna dengan kasar saking kesalnya

"Ris, bangun, Nak! Katakan pada kami, tadi kamu ke mana?" tanya Pak Rusli seraya menepuk pelan bahu anak gadisnya.

Sementara Bu Rahma langsung berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada. Pandangannya tajam ke arah gadis yang masih tergolek di atas kasur.

Perlahan Risna bangkit dari tidurnya dan mengucek matanya yang terlihat sembab.

"Kamu tadi darimana, hemmm? Jawab ibu Risna, jangan diam saja!" tegas Bu Rahma.

Risna hanya menggeleng tanpa menatap ibunya. Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah jendela. "Sebaiknya pernikahannya dibatalkan saja. Risna belum siap untuk menikah," ujar Risna santai.

"Apa kamu bilang...? Batal...? Astaghfirullah...! Kamu ini sudah tidak waras atau bagaimana, Risna! Membatalkan pernikahan setelah semua terlanjur begini? Terus mau ditaruh mana muka orangtuamu ini, Risna...!" teriak Bu Rahma dengan hati bergemuruh dikuasai amarah.

"Daripada setelah menikah nanti kita bercerai, Bu," jawab Risna.

"Jangan terlalu emosi, Bu. Ingat nanti darah tinggi Ibu kumat." Pak Rusli memperingatkan.

"Astaghfirullah al'adziiim!" Bu Rahma beristighfar seraya menepuk dadanya yang terasa sesak bagai terhimpit beban yang sangat berat. Ya memang berat, karena pasti jika pernikahan dibatalkan tentu akan menanggung rasa malu yang tak terbayangkan oleh mereka sebelumnya.

"Risna, sebaiknya kita segera pergi ke rumah Nak Akmal, dan minta maaf pada keluarga mereka." Pak Rusli bergegas keluar namun langkahnya terhenti tatkala mendengar perkataan anak gadisnya.

"Kenapa harus meminta maaf, Pak? Kita kan tidak salah apa-apa sama mereka." Ucapan Risna sontak memancing amarah Bu Rahma semakin menjadi.

 "Sebenarnya kamu tadi darimana dan ketemu sama siapa, Risna! Kenapa kamu jadi berubah seperti ini? Tidakkah kamu memikirkan perasaan Bapak dan ibu, hahhh!" marah Bu Rahma lalu menghempaskan bahu anak gadisnya dengan kasar.

Akhirnya dengan berat hati Bu Rahma meminta Pak Rusli untuk menghubungi calon besannya dan mengabarkan jika Risna sudah pulang.

°

 Sementara itu Akmal sendiri baru saja pulang setelah seharian berkeliling, mencari Risna calon istrinya. Dia tidak ingin hanya diam berpangku tangan saja, didatanginya tempat-tempat yang pernah dikunjungi bersama Risna. Enam bulan kebersamaan mereka telah banyak keduanya menghabiskan waktu bersama dan menjelajahi daerah wisata. Bahkan restoran, kafe, dan warung kaki lima semua dia datangi namun nihil.

Akmal mengingat kembali pertemuannya dengan Risna. Keduanya diperkenalkan oleh salah seorang teman. Pribadi Risna yang malu-malu juga lemah lembut tutur katanya, membuat Akmal terpesona. Beberapa bulan saling mengenal, Akmal menyatakan perasaannya. Bak gayung bersambut, ternyata Risna juga menyimpan perasaan yang sama. Akmal kemudian membawa Risna ke rumah, memperkenalkannya pada kedua orangtua dan kehadirannya langsung diterima dengan baik oleh Pak Deni dan Bunda Marini.

Singkat cerita, karena sudah merasa cocok dan yakin dengan pilihan hatinya, Akmal pun menyampaikan keinginannya untuk meminang Risna. Tentu saja hal itu disambut baik oleh kedua orang tua mereka masing-masing dan langsung menentukan hari pernikahan. Bahkan Risna sendiri yang memilih kebaya dan gaun pengantinnya.

Tok tok tok

Akmal segera beranjak dari tempat tidurnya, untuk membukakan pintu.

"Bunda... ada apa?" tanya Akmal

"Sebaiknya segera bersiap kita akan ke rumah Pak Rusli. Risna sudah pulang!" titah Bunda Marini.

"Baik, Bund."

Setelah bundanya berlalu, Akmal segera bersiap. Dia tersenyum senang mendapatkan kabar Risna pujaan hatinya sudah kembali.

°

Akhirnya malam itu juga Akmal beserta keluarga mendatangi rumah Pak Rusli. Tak butuh waktu lama hanya dua puluh menit perjalanan tibalah Akmal beserta kedua orang tuanya di rumah Pak Rusli.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, silakan Pak, Bu, Nak Akmal." Pak Rusli dan Bu Rahma meyambut kedatangan calon besan dan calon menantunya dengan suka cita, meskipun hatinya diliputi perasaan bersalah.

"Maaf, Pak, Bu. Apa benar Risna sudah pulang?" tanya Akmal.

"Iya benar, Nak. Dia ada di kamarnya, sebentar ibu panggil dulu." Bu Rahma beranjak dari tempat duduknya dan berlalu ke belakang untuk memanggil Risna.

Bunda Marini menangkap adanya keraguan dan kecanggungan dari sikap tuan rumah. Suasana hening seketika, atmosfer udara di ruang tamu itu seolah terhenti dan kosong, menampilkan helaan napas panjang serta dalam dari masing-masing individu yang berada di sana.

"Maaf, Pak Rusli. Jika memang Nak Risna sudah pulang, kenapa tidak langsung mengajaknya menemui kami?" Suara Pak Deni memecah keheningan.

Wajah tegang bercampur gelisah tercetak jelas pada Pak Rusli. Bahkan beliau langsung menundukkan kepala tak sanggup menerima tatapan yang begitu mengintimidasi dari tamunya.

Tak berselang lama keluar kembali bersama dengan Risna dan Bu Rahma. Kemudian dengan kepala tertunduk Risna duduk di hadapan Akmal. Dia seperti enggan menatap mantan calon suaminya.

"Maafkan kami, Pak Deni beserta keluarga. Sebenarnya kami merasa malu jika harus datang ke rumah Bapak. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena kami tidak bisa melanjutkan pernikahan ini." Pak Rusli langsung berbicara pada pokok permasalahan.

"Apa maksud Bapak tidak bisa melanjutkan pernikahan ini? Apa itu artinya..." Akmal tidak sanggup berkata lagi, tenggorokannya terasa tercekat, dan bibirnya bergetar hebat, wajahnya berubah pias.

"Maafkan kami, Nak Akmal. Risna mengatakan belum siap untuk menikah dan meminta pernikahan ini dibatalkan."

Jdeeerrr

°

°

°

Hallo readers setiaku...😍

Selamat berjumpa kembali di cerita baru Moms TZ . Semoga betah menemani moms ya.

Jangan lupa kritik dan sarannya yang membangun, asal jangan menghujat. Berkarya tidak mudah, mohon dukungannya, terimakasih 🙏🙏🙏😍😍😍

Terpopuler

Comments

ora

ora

Ini ceritanya Akmal nya Arbi kah?

2025-01-05

1

F.T Zira

F.T Zira

Akmal... yg suka nyelonong,, buka pintu tanpa ketuk .. apa lagi ya..
akmal yg itu bukan??

2025-01-05

1

ora

ora

Hay, Ibu ... aku menyimak awal bab.
Semangat untuk cerita barunya, dan sukses selalu💪💪💪🥰❤️

2025-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!