SRI

Hampir tidak ada satu orang pun di ibu kota ini yang memanggil dirinya dengan nama itu, kecuali orang dari desanya, benar saja, saat Sri menoleh ke arah suara, dua orang wanita tengah mendekat ke arahnya membuat wajah Sri tiba tiba memucat akibat di landa ketakutan, tanpa pikir panjang Sri langsung mengambil langkah seribu berlari menjauh dari dua wanita yang sialnya kini malah mengejarnya itu.

"Sri, tunggu!" Panggil mereka sambil berlarian mengejar Sri yang pontang panting berlari dengan tangan yang sibuk membawa tas besar membuat langkah kakinya sedikit kesulitan untuk berlari kencang melarikan diri kejaran dua orang wanita yang tak lain adalah Tutik sahabat durjana nya dan satu orang lagi yang sampai saat ini masih membuat Sri kebingungan dan tidak habis pikir karena Tutik bersama dengan Reni, yang merupakan istri ke tiga Darto, tuan tanah buaya darat itu.

"Mau lari kemana lagi?" tiba tiba entah bagaimana ceritanya Tutik sudah menghadangnya di ujung jalan, sementara saat berbalik badan hendak berbalik arah, Reni sedang berdiri sambil terengah engah karena kelelahan mengejarnya.

"Apa mau kalian? Jangan halangi jalan ku, aku hanya ingin pulang. Aku juga tidak akan mempermasalahkan tentang kamu yang berniat menjual ku waktu itu, tapi menjauh lah dari hidup ku!" ujar Sri dengan tatapan marah pada Tutik, jujur saja sesungguhnya Sri masih menyimpan dendam yang sangat besar pada wanita yang mengaku sahabatnya itu.

"Pulang? Jangan mimpi kau bisa kembali lagi ke desa, menjauh lah dari desa jika kau masih ingin hidup dengan tenang!" Bukan Tutik yang menjawab kemarahan Sri, namun Reni yang berteriak menjawab Sri dengan kemarahan yang sama besarnya atau mungkin bahkan lebih, membuat Sri mengernyitkan keningnya, dia merasa jika selama ini tidak pernah mempunyai masalah apapun dengan istri ke 3 Darto itu, lantas mengapa Reni seperti sangat membencinya?

Jika kebencian Reni terhadapnya karena dirinya yang hampir menjadi istri ke empat suaminya, bukankah itu tidak pernah terjadi? Terlebih saat Darto datang melamar ke rumahnya, Reni bahkan terlihat paling happy, dia terlihat begitu ikhlas di madu, bahkan duduk di sampingnya dan mengatakan jika sebentar lagi mereka akan menjadi saudara, di depan semua orang yang hadir saat acara lamaran itu bahkan Reni mengatakan akan menganggapnya sebagai adiknya sendiri karena akan menjadi istri ke empat suaminya, lalu apa yang terjadi sekarang ini justru sikapnya terasa sangat berlawanan.

"Mbak Reni ada masalah apa ya, dengan ku? Bukankah kita tidak punya masalah apa apa?" merasa penasaran dan juga sudah terjebak tidak bisa lari kemanapun, akhirnya Sri mencoba untuk berbicara secara baik baik dengan kedua wanita itu.

"Tentu saja kau punya masalah dengan ku, karena kau keganjenan dan sering menggoda suami ku sampai suami ku tergila- gila dengan mu." kata Reni.

"Mbak, aku tidak pernah sedikit pun menginginkan suami mu, lagi pula kalau memang aku menginginkannya, untuk apa aku melarikan diri dari pernikahan itu." tepis Sri.

"Kau melarikan diri? Lebih tepatnya kau pergi karena ajakan Tutik yang aku suruh untuk membawa mu pergi dari kampung ke sini agar pernikahan kau dan suami ku gagal, namun kerjaannya tidak beres, padahal aku sudah memberinya satu unit mobil baru sebagai upahnya agar kau tidak pernah kembali ke kampung, namun dia serakah, ingin mendapatkan uang lagi dengan cara menjual mu dan akhirnya kamu kabur, aku sudah banyak keluar uang untuk menyingkirkan mu dari kampung, jadi jangan harap kau bisa kembali lagi ke sana dan mimpi menjadi istri ke empat suami ku!" beber Reni yang akhirnya membuka kedoknya sendiri.

Cerita panjang lebar yang di uraikan reni tentu saja membuat Sri kaget, dia tidak menyangka jika Reni dan Tutik ternyata bekerja sama untuk berbuat jahat padanya, padahal rasa rasanya dia tidak pernah sekalipun mengusik hidup mereka.

"Dan kau juga harus bertanggung jawab atas tutupnya usaha salon kecantikan ku, gara gara kau menolak dan menyerang bang Codet, tempat usaha ku di obrak abrik sampai harus tutup karena tidak ada karyawan atau pelanggan yang berani untuk datang ke tempat ku lagi, dasar wanita pembawa sial!" tanpa di sadari ternyata tiba tiba Tutik sudah mendekat ke arah Sri dan menjambak rambut panjang Sri dari belakang sampai kepalanya terdongak.

"Aww,,, aduh,,, tolong,,, tolong aku,,,,!" Teriak Sri yang akhirnya mengambil jalan terakhir yaitu meminta pertolongan, namun sayangnya jalan itu terlampau sepi, saat ada dua orang wanita muda lewat pun tidak satu pun berani menolongnya, apalagi Reni dan Tutik mengatakan pada mereka jika Sri adalah pelakor dan merebut suaminya, terlebih dengan sikap cuek orang orang kota yang tidak mau terlibat dengan urusan pribadi orang lain, jadi Sri hanya bisa meringis kesakitan sambil berusaha melepaskan tangan Tutik dari rambutnya.

Sebutan pelakor atau wanita selingkuhan memang seketika membuat orang hilang simpati, seperti yang kini di alami Sri meski dirinya tengah mengalami perundungan oleh Reni dan Tutik, tidak ada yang mau menolongnya, bahkan ibu-ibu yang lewat melihat kejadian itu justru malah terlihat puas ketika seorang wanita yang di labeli sebagai pelakor mendapatkan tindak kekerasan di depan umum, miris memang karena nyatanya orang orang di kota besar banyak yang sudah kehilangan empatinya untuk sesama.

"Hei,,, lepaskan dia!" Teriak seorang pria yang tiba tiba saja muncul entah dari mana.

"Aku akan melaporkan kalian pada kepolisian atas tuduhan penganiayaan jika kalian tidak melepaskannya!" lanjut pria itu seraya memberikan ancaman yang akhirnya membuat Reni dan Tutik tidak berkutik.

"Pak Fajar,,,," seru Sri yang menyadari jika pria yang saat ini sedang berdiri tidak jauh darinya itu tidak lain adalah Fajar, asisten Regan.

Sontak Sri langsung berlari mendekat ke arah Fajar untuk meminta perlindungan, sementara kedua wanita itu saling bertatapan, tidak menyangka jika Sri akan di selamatkan oleh pria yang dandanannya terlihat perlente dengan setelan jas plus dasi, karena dalam kesehariannya saat bekerja dandanan Fajar memang seperti itu karena dia sering bertemu orang penting termasuk mendampingi Regan untuk rapat bersama para petinggi jadi dia harus selalu siap dengan penampilan yang rapi dan formal.

"Jangan ikut campur urusan kami, dia itu pelakor, perebut suami ku!" ujar Reni.

"Jangan sembarangan bicara, dia kekasih ku. Sekali lagi kalian memfitnahnya aku akan menuntut kalian!"

"K-kekasih?" ujar Reni dan Tutik hampir bersamaan, begitupun dengan Sri yang juga kaget hampir bersamaan dengan kedua wanita itu saat Fajar mengakui dirinya sebagai kekasihnya, hal itu sungguh di luar prediksinya.