Vernando Permana. banyak orang yang memanggilnya Nando, seorang siswa yang dikenal berekspresi datar. namun banyak siswi-siswi yang mengidolakan nya, tidak ada seorang siswi manapun yang bisa menembus dinding hati beku nya Nando.
Sampai takdir yang mempertemukan dirinya dengan seorang gadis ceria bernama Monisha Listiani yang biasa dipanggil Mona, kisah hidup dan kisah cintanya berawal dari situ.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PHB | 07. Keusilan Mona.
"Gila kamu Mon, barbar banget sumpah" Kata Novia yang tak henti-hentinya terkejut.
Mona yang sudah tenang itu langsung menoleh ke Novia.
"Kalau kita di bully, gitu cara lawan orang yang berani merundung kita, itu cara yang baik melawan pembullyan, karena ini menyangkut harga diri Nov, tapi jangan kelewatan batas sampai bunuh-bunuhan"
"Gak ah kalau caranya gitu Mon, aku takut malah" Novia yang orang nya kalem, di ajarin barbar jelas dia menolak.
"Iya udah kalau gitu, jadi anak baik-baik aja, jangan ikutin saya yang sudah hilang arah gara-gara mental dari kecil dibuat hancur terus sama orang tua"
"...." Novia menghening, gak tau mau jawab apa kalau sudah bahas masalah serius tentang hidup kelam nya seseorang.
Nando tiba-tiba lewat dengan polosnya, dia sendiri ingin ke atas rooftop sekolah, Mona melihat dan terpaku menatap punggung pria itu dari tempat duduk nya.
"Kenapa dilihatin terus? Suka ya?" Sembur Novia.
"Amit-amit jangan sampai" Mona bergidik merinding.
Novia tertawa "HAHAHA, ingat! ada pepatah mengatakan kalau benci bisa jadi cinta"
"Horor banget, gak akan aku jatuh cinta sama orang gila macam dia!"
Disana, Nando sudah ada di rooftop. Niat nya dia akan menghisap rokok yang dia beli di Alfamart, karena emang sehabis makan dia rutin melakukan ini saat jam istirahat.
Netranya sambil memandang wajah Mona yang masih bercengkrama dengan Novia.
Hisapan demi hisapan rokok telah di hembus Nando dengan tenang, sampai tak sadar kalau puntung rokok sudah hampir habis. Nando langsung mematikan rokok nya, lalu memasukan nya ke dalam kantung baju, dia bangkit dan pergi dari rooftop sekolahan.
Saat melewati tempat sampah, barulah puntung rokok yang Nando simpan langsung dibuang disana.
Jam istirahat telah selesai, mereka yang terlibat perkelahian kecil tadi langsung belajar seperti biasa, setiap materi yang diberikan telah Mona laksanakan dengan baik.
Sampai waktu tak kerasa sudah mulai sore, bel pulang pun sudah mulai berkumandang.
Novia kembali menawarkan tumpangan sepeda motor untuk Mona, tapi Mona menolak karena emang dia sudah ada motor untuk fasilitas ke sekolah.
Kedua gadis itu meninggalkan ruangan kelas, tapi tidak untuk pria jangkung itu, dia masih terpaku dengan layar kaca ponsel nya.
Menggulir layar ke atas dan kebawah, karena Nando lagi membaca jadwal tanding boxing yang akan berlangsung minggu depan, sial nya hari itu hari dimana dia akan tanding basket untuk memeriahkan acara ulang tahun sekolah.
"Kok bisa bentrok jadwal nya?" Keluh dalam hati Nando.
Kepalanya mendongak tipis dan terpaku saat lihat ponsel Mona yang tertinggal di kolong meja belajar nya.
Dia langsung bangkit dari duduk untuk mengambil ponsel gadis itu.
Dari arah parkiran, Novia mengerut kening saat Mona mendadak sibuk mengurus isi dalam tas nya.
"Kenapa mon?" Tanya Novia.
"Sorry Nov, kamu pulang duluan aja ya, saya mau balik kelas, ponsel ketinggalan disana kayak nya, soalnya di tas saya tidak ada"
"Yaudah, kamu pulang hati-hati ya"
"Iya siap, kamu juga ya... Kalau gitu saya langsung balik ke kelas dulu" Mona langsung berlari kecil, setelah meninggalkan Novia yang sudah menjalankan mesin motornya.
Di dalam kelas, Mona terus menungging melihat kolong meja, netra nya tidak sama sekali melihat keberadaan ponsel nya.
"Kok gak ada, padahal taruh disini loh" Mona Panik nya bukan main, isi dalam ponsel itu banyak dokumen penting, salah satunya rekening e-wallet yang banyak saldonya.
Barangkali dia salah liat, dia terus merogoh kolong meja itu secara detail dari sudut ke sudut, bahkan semua kolong meja lain Mona jelajahi.
Mona mengacak-acak rambutnya sendiri, karena mulai frustasi dengan kecerobohan nya.
Dia pun berlari meninggalkan kelas nya untuk menginfokan berita kehilangan ke ruang informasi sekolah.
Saat di pertigaan koridor, pelarian Mona terhenti, netranya menangkap tubuh pria yang sangat menyebalkan baginya, Nando lagi menyenderkan punggung nya ke tembok menatap area lapangan dengan santai.
Nando menoleh sejenak, kemudian dia menatap kembali ke arah depan dengan tenang.
"Eh kamu tau ponsel saya gak?" Mona memberanikan diri untuk bertanya.
"Gak" Jawab singkat Nando.
"Seriusan sih, kamu yang terakhir pulang soalnya..."
Wait
"Jangan-jangan kamu sengaja pulang lama untuk ngambil ponsel saya kan?"
Nando tertawa tipis gak niat, lucu sekali melihat tingkah laku gadis itu yang tiba-tiba menuduh dirinya.
Tanpa bertele-tele Nando langsung mengeluarkan ponsel Mona dari saku celana nya "Yang ini?"
"Demi apa sih! Tuh kan bener kamu mencuri ponsel saya!"
"Ada buktinya gak saya tanya?" Kata Nando dengan tatapan dingin.
"Iya ada, itu buktinya ponsel saya ada di tangan kamu?!"
"Gak percaya kalau ni ponsel punya kamu, coba kamu jawab ponsel nya merek apa?"
Nando sedikit iseng hanya untuk mengetes soal indentitas ponsel nya.
"Sumpah demi apa sih, itu ponsel saya, mau jawab apapun pokoknya itu milik saya"
"Ya tinggal kamu jawab apa susahnya"
"IPHONE 15 PRO MAX!" Teriak Mona yang, kesal sekali rasanya di permainkan seperti itu.
"Oh" Sepatah kata dari manusia datar satu itu. Membuat Mona semakin kesal.
"Dih kamu tuh ya! Itu jelas-jelas wallpaper ponsel nya gambar foto saya, kamu buta apa gimana sih!" Sewot Mona. Matanya mulai berkaca-kaca. Kesal nya bahkan sudah dipuncak.
"Hmm. oke, yaudah kamu jangan nangis segala, cengeng banget" Nando memberikan ponsel nya ke Mona.
"Jadi orang jangan ngeselin coba!"
Mona langsung mengambil ponsel dari tangan Nando.
Setelah itu dia kembali melangkah menuju ke parkiran, tapi berhenti sejenak dengan senyuman iblis yang tiba-tiba mengembang.
Nando melanjutkan bersandar santai di tembok, dia langsung menoleh ke arah Mona saat gadis itu memanggil namanya.
"Oh iya kemarin ada gosip yang beredar kalau sekolah ini angker kalau sudah sore, sering ada sesosok makhluk gentayangan muncul"
Nando menaikan satu alis, selama Nando disini bahkan dia tidak pernah lihat hantu.
"Arghh... Tuh kan bener ada di belakang lu"
Mona menakutinya, Nando membulat mata tipis, dia langsung menoleh ke belakang dan melihat tidak ada siapa-siapa, Tiba-tiba ...
"Hi... Hi... Hi.." Mona menjahili sedikit dengan kedua tangan menghadap ke depan, serta rambutnya terurai menutupi wajah.
"Random banget sih nih orang" Kata dalam hati Nando sambil menatap datar.
Mona yang berniat menakuti terbilang sia-sia, karena tidak ada perubahan wajah dari Nando yang emang pada dasarnya sudah berjodoh dengan wajah datarnya.
"Dah lah, saya mau pulang"
Mona mengibaskan rambut halus nya, hidung Nando mendadak mencium semerbak wangi shampo strawberry.
Nando mengerut kening, menatap tubuh gadis random itu yang sudah mulai menjauh, lebih random lagi saat dia berlari melompat sambil memutar kan badan seperti cinderella.
"Gadis idiot"