Arsya di paksa pulang ke rumah untuk mengasuh sang kakak,dan setelah sang kakak tiada Arsya di paksa menjadi pengganti,karena memiliki wajah yang hampir sama persis.
yang pada awalnya Arsya terpaksa pada akhirnya Arsya terbiasa hingga tanpa sadar Arsya menjadikan sang kakak setengah dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DBS
"Arsya ngabarin kamu ngak Ver,kalo dia ngak masuk?"tanya Bimo, karena sudah beberapa hari Arsya tidak masuk kerja.
"ngak, Arsya ngak ngabarin kenapa dia ngak ke cafe!"
"mungkin dia sakit!" lanjut Vera setelah berpikir sebentar.
Bimo terlihat begitu mengkhawatirkan Arsya sekarang,tidak biasanya Arsya ngak memberi dia kabar seperti saat ini, padahal biasanya setiap pulang kerja mereka akan saling bertukar pesan.
Tapi sekarang,Arsya bahkan ngak membalas satu pun pesan dari nya.
...----------------...
"dia sudah bangun kak?"
"kau yakin menjaganya dengan baik di sana?"
"kau tidak usah khawatir Aslan!"jawab Rara dengan nada suaranya yang terlihat sangat kesal, karena Aslan yang terus menghubungi nya.
"aku akan terus khawatir sampai kakak bakalan memberikan izin untuk aku ke apartemen kakak!"
"terserah padamu! Capek tau Aslan ladenin kamu yang kayak anak kecil,aku sibuk!,jangan pernah telpon aku lagi!"
"Kak tunggu dulu!"ucap Aslan,tapi Rara sudah terlanjur mematikan sambungan telponnya.
Dan dengan begitu kecewa Aslan menaruh asal telepon genggam nya di atas meja.
"tuan Aslan. sebentar lagi anda harus menghadiri meeting bersama tuan Rico di restoran x!"ucap asisten Aslan yang sudah sedari tadi menunggu Aslan selesai dengan telponnya.
Aslan merasa sangat badmood sekarang,ingin sekali dia menghampiri Arsya,tapi apa boleh buat. Rara tidak mengizinkannya,dan sekarang Aslan juga harus ikut meeting, semakin membuat mood nya buruk.
"apa aku boleh untuk tidak ikut?"
"tidak bisa tuan! Anda terus saja menolak nya,dan sekarang tuan Rico sendiri yang berpesan pada saya agar anda harus hadir di meeting ini!"
"Hem baiklah!" jawab Aslan lesu.
.
.
.
Tiba di restoran yang dimaksud, Aslan melangkah masuk dengan begitu percaya diri, semua wanita terlihat menatap ke arahnya dengan ekspresi kagum,tapi Aslan terlihat tidak peduli.
"ah aku ingin kembali!"rengek Aslan dalam hati karena tidak ingin ikut meeting dengan papanya,tapi meski begitu kakinya tetap melangkah masuk ke dalam ruang VIP tempat Rico berada.
"Papa pikir kamu tidak akan datang!"ucap Rico saat melihat Aslan.
"apa boleh, kalau iya aku akan pergi!"jawab Aslan dengan begitu santai.
"tidak ada pergi-pergi lagi, klien sudah dalam perjalanan!"
"duduklah dengan baik!"perintah Rico karena melihat Aslan yang sangat tidak serius.
"ada apa dengannya?"tanya Rico pada asisten Aslan yang baru masuk.
"entahlah tuan! Beberapa hari ini tuan Aslan selalu bersikap seperti itu!" jelas asisten Aslan.
"apa kamu sedang patah hati Aslan?"tanya Rico pada anaknya.
Meski tidak menjawab nya dengan mulut, Raut wajah Aslan seakan mengiyakan apa yang di pikirkan oleh Rico sekarang.
"apa itu gadis yang diceritakan oleh Mama mu?"
"eum,aku ingin menikah dengan nya,tapi sepertinya dia tidak mau!"
"kau ingin menikah!"ucap Rico membulatkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang dikatakan Aslan.
"iya,menikah. Papa akan memberi restu kan?"
"emang yakin gadis itu mau, bukankah tadi kamu bilang kalau dia belum setuju!"
"Papa yakin dia akan menolak mu!"ejek Rico lagi.
perkataan Rico memang tidak bisa Aslan bantah, karena itu benar. tapi bukan berarti Aslan akan menyerah,saat nanti dia kembali bertemu dengan Arsya,dia berencana untuk mengungkapkan perasaan nya.
...----------------...
Rian yang baru pulang dari kampus, terlihat melangkah masuk kedalam rumah nya dengan begitu lesu,langkah kakinya menelusuri setiap penjuru rumah.
Raut wajahnya kian berubah,dengan begitu cepat dia memasuki kamar sang Mama karena khawatir.
"Ma!"panggil Rian tapi masih tidak ada orang di kamar itu.
"apa Mama bersama Papa?"
"tapi kan tadi pagi Papa bilang akan pulang terlambat malam ini!"
"terus kemana Mama!"gumam Rian semakin khawatir.
tiba-tiba,Rian teringat kalau ada satu ruangan yang dia lewati tanpa memeriksa,dan dengan begitu cepat dia kembali melangkah menuju ke ruangan tersebut,dan benar saja.baru membuka pintu Rian sudah bisa melihat sang Mama tertidur sambil memeluk boneka kesayangan kakaknya.
Rian menghembus nafasnya lega dan menyelimuti tubuh Anna dengan selimut.
"Mama membuat Rian khawatir!"gumam Rian sembari menatap wajah Anna yang terlelap.
Rian semestinya tidak terlalu khawatir dengan Anna, karena kondisi Anna masih seperti biasa nya, hanya saja ketika Anna mencemaskan sesuatu maka Anna kerap kali hilang kendali,dan itu yang ditakutkan Rian, apalagi Anna hanya tinggal seorang diri di rumah.
"kamu baru pulang Rian?"
"iya Ma. Rian baru aja pulang, Mama kenapa tidur disini?"
"Mama hanya merindukan kakakmu!. Apa kakak mu baik-baik saja di luar sana?"tanya balik Anna dan mendudukkan tubuhnya.
"Mama tenang saja!. Kakak ada yang jagain kok!"jawab Rian sedikit berbohong dengan kondisi Arsya.
Sikap Anna terlihat begitu misterius,siapa yang dikhawatirkan Anna sekarang,Arsya apa Senja,apa Anna sudah mengganggap Arsya sebagai anaknya?, mungkin untuk sekarang haya Anna sendiri yang tau.
disisi lain Arsya masih begitu betah menutup matanya,tapi Rara tidak pernah menyerah untuk membantu Arsya kembali, setiap ada waktu Rara akan terus mengajak Arsya berbicara meski tidak ada jawaban dari Arsya,tapi Rara tau kalau Arsya pasti bisa mendengar semua ucapannya.
"kamu tidak penasaran siapa aku Arsya?"tanya Rara sambil menatap Arsya lewat pantulan cermin didepannya.
"kalau kmu penasaran bukalah matamu!"
"aku tidak memaksamu. hanya saja aku ingin kamu tau kalau aku disini untuk membantu mu!"
Saat sudah siap dengan makeup nya, Rara terlihat melangkah menghampiri Arsya untuk berpamitan.
"aku akan keluar untuk menemui pasien ku!"
"pikirkan lah lagi keputusan mu. Apa kamu yakin untuk terus seperti ini?"
"aku akan pergi! Istirahat lah!."pamit Rara dan melangkah keluar kamar.
.
.
.
"gue hanya tidak mau kembali kecewa!!"