Umar yang menikahi sekarang gadis karena insiden yang dialami keduanya, kisah cinta rumit keduanya karena ternyata sang Istri memiliki orang yang dia cintai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Pemimpin Keturunan Ahmad
Umar menatap tajam perempuan yang sengaja menjebak adiknya itu sehingga melakukan perzinaahan, walau menurut adiknya dia tidak sengaja melakukannya.
"Kau memasukkannya ke dalam Aryan?? Tanya Umar dengan tajam.
" Tidak kak, demi Allah, aku memang menyentuhnya hanya tak pernah memasukkannya, aku membuat berbalik kemudian menggesek dari belang dengan kasar dan cepat agar keluar, seperti yang kulakukan seperti biasa, aku segaja menguncinya kak agar aku bisa membuatnya terperdaya agar aku bisa keluar walau dalam kritis sekalipun".
"Oke, kalian pasti ingat bukan semua orang yang ikut menjebak kalian semua?? Tanya Umar dengan tajam.
"Tentu kak, dan kamu, kamu disuruh mereka kesini untuk minta pertanggungjawaban agar adik saya menikahi kami begitu?? Tanya Umar kepada Perempuan ini.
Perempuan ini hanya menunduk ketakutan melihat betapa wibawa dan tegasnya seorang kakak Tertua Dari keturunan Ahmad ini, dia bisa dengar Bahwa dia adalah lelaki berwibawa, tenang, dan penuh dengan kejutan yang membuat orang bisa jantungan.
"Oke, baik Aryan dan Arjun kalian berdua sebutkan semua teman kalian yang ikut dan siapa orangtua dan apa usaha mereka".
Keduanya pun bergantian menyebutkan nama anak dan orangtua serta usaha mereka.
"Ummi, Abi, bisakah aku melakukan sesuatu pada mereka?? Tanya Umar meminta izin.
Walau dia pemimpin bagi adik-adik, dia tidak pernah melangkahi wewenang orangtuanya kecuali darurat dan harus dia putuskan sendiri.
"Nak ingat mereka masih punya keluarga nak". Shofiyah mengingatkan anaknya, dia memang akan mberikan pelajaran pada anak-anak itu tapi dia tak mau jika anaknya menjadikan mereka yatim atau bangkrut.
"Tenang saja ummi, ummi pasti tahu bagaimana aku". Ucap Umar dengan sopan.
"Baik akan ku perlihatkan padamu siapa yang kalian semua hadapi". Ucapnya dengan seringai iblis.
Umar mengambil handphonenya dan menelpon orangtua mereka yang menjebaknya termasuk orangtua wanita yang ada dihadapan mwreka ini.
Dia tampak pucat mendengar perkataan dan rentetan tanggapan kelaurga mereka dan sebantar lagi mereka semua akan datang kesini.
"Hallo, maaf ini siapa?? Tanya dari seorang laki-laki.
"Apa benar ini dengan pak Adam, kepala Yayasan Sekolah Tauhid?? Tanya Umar dengan sopan.
"Benar, memang ini siapa?? Tanyanya lagi memastikan.
Aisyah yang mendengar suara bariton ayahnya sekarang gemetaran dan ketakutan, bisa dilihat jelas oleh keluarga Shofiyah.
"Saya Umar Khoir Ahmad, pemimpin Yayasan Keluarga Ahmad, anda pasti mengenal saya bukan?? Tanya Umar dengan sopan.
"Ya Allah nak Umar, kita sudah lama tak berbincang, kamu apa kabar nak?? Tanya Paruh baya di seberang telpon.
"Alhamdulillah paman, kabarku baik, aku ingin menyampaikan sesuatu, tapi sebelumnya apa paman sibuk?? Tanyanya dengan sopan.
"Astaga untuk nak Umar, paman pasti tidak sibuk". Tawanya pelan.
"paman bisa saja, kalau begitu, paman bisa kerumah??, Kebetulan ada putri anda juga disini". Ucap Umar memandang Aisyah dengan tajam.
"Baiklah nak, dirumah yang mana??
"Rumah besar keluarga paman, bagaimana??, Apa paman bisa??
"Tentu nak, paman akan kesana sekarang, apa orangtuamu juga ada?? Tanyanya dengan antusias.
"Iya paman, aku tunggu yah, assalamualaikum". Ucap Umar mematikan telponnya sepihak tanpa memberikan kesempatan orang di seberang tidak sempat menjawab.
" Waalaikum salam". Ucap nya melihat hape ternyata susah dimatikan duluan, tumben sekali pikirnya jika Umar yang terkenal dengan adab bisa tiba-tiba tidak sopan seperti itu pada yang lebih tua.
"Aku langsung saja kesana, daripada aku penasaran". Ucapnya bergegas berangkat kerumah keluarga besar Ahmad.
Umar memandang mereka semua sedangkan Ummi dan abi nya menatap bangga Umar yang tetap mendahulukan adab dan pemahaman agamanya sebelum bertindak.
"Karena Aku lahir dan dibesarkan oleh seorang perempuan, kami selalu menjaga dan memuliakan perempuan, apa yang kalian lakukan pada kedua adikku, iru artinya kau dan temanmu adalah gadis murahan yang tak pantas dimuliakan". Ucap nya dengan sarkas dan kasar.
"Memang ini kedengaran kasar tapi kata itu pantas bagi perempuan yang tak bisa menjaga Harkat dan Martabat, tubuh dan bahkan kemaluannya pada lelaki yang tidak halal dan kamu sengaja melakukannya, kamu bisa mendefinisikan seperti apa kata-kata itu padamu??".
Aisyah mengangkat wajahnya menatap tajam Umar dengan penuh amarah, dia tidak terima dikatai seperti itu oleh orang lain.
"Kenapa, tidak terima??, Beritahukan aku bahasa atau nama apa yang pantas ku sematkan padamu atas apa yang kau lakukan itu?? Tanya Umar dengan sarkas.
Aisyah yang mendengar itu, kembali menundukkan kepalanya, benar, dia sengaja menggoda Aryan dengan tanpa busana dan seperti dialah yang memulainya, bukankah itu benar yang dikatakan Umar??
"Kamu tahu, kamu anak satu-satunya ayahmu, segala tumpuan dan kasih sayangnya serta harapannya ada padamu, kelak kamu bisa menikah dengan baik, tersegel, suci luar dalam, menurutmu setelah ayahmu tahu apakah dia tidak akan jantungan??, Aku tidak perlu memberitahu bukan??, Kamu pasti mengerti maksudku dan tujuanku".
Aisyah yang sadar perkataan pedas dan kasar Umar sangat penuh akan nasehat dan dia baru sadar sekarang, apalagi ayahnya punya penyakit riwayat jantung, dia tidak ingin membaut ayahnya kenapa-kenapa .
Aisyah langsung berlutut dan melipat tangannya dengan penuh tangisan, bayangan wajah ayahnya menari-nari di pelupuk matanya, dan dia sangat mencintai dan menyayangi ayahnya.
"Tolong jangan libatkan ayahku, aku mohon, ayahku punya riwayat penyakit jantung, aku mohon". Ucap Aisyah dengan memelas.
"Tapi sayangnya kau sendiri yang menggali kubur ayahmu Aisyah". Ucap Umar dengan dingin.
"Tolong, aku hanya punya dia satu didunia, aku tidak akan menuntut apapun, tapi tolong jangan libatkan ayahmu, tolong". Ucapnya dengan mengubah, dia mendekati Umar dan Umar mundur sehingga Shofiyah terpaksa berdiri karena tak mau anaknya menyentuh perempuan ini.
Wajah Shofiyah tajam dan sangat dingin, wajah manis yang biasa terhias di wajahnya berganti dengan tatapan berbeda.
"Kamu tahu, andai kamu laki-laki, maka bersiaplah untuk mati di tangan anakku". Ucapnya dengan dingin.
Aisyah menelan ludahnya kasar, mendapatkan tatapan tajam dan maut dari Shofiyah. Dia tidak tahu dibalik senyum dan dinginnya mereka, mereka punya tatapan tajam bak pisau melesat tajam.
"Kamu khawatir jika ayahmu tahu, terus kamu pikir bagaimana dengan anak-anak saya setelah kalian jebak, mereka bukan takut pada kami, tapi pada Allah". Ucap Shofiyah menyuruh anak itu duduk.
" Sayang sekali perbuatanmu tak seelok namamu nak". Shofiyah menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Terus kamu mengatakan semuanya selesai jika kamu tidak meminta pertanggungjawaban pada Aryan dan Arjun atas apa yang kalian alami, terus jika suatu saat orang-orang yang bekerja sama mengatakan hal itu kembali, bagaimana ayahmu??
"Dengar baik-baik nak, aku mengajari semua anakku mengambil keputusan sendiri dan tentu saja harus ada pertimbangan matang dan logis jadi berharaplah ayahmu tidak jantungan setelah ini".
Kalau boleh kasih masukan dikit, Umar nyelamatin si wanita yang mau bundir di jembatan atau dimana lah. Si wanita depresi karena cowoknya. Karena kasihan dan ingin mengayomi takut kejadian terulang, Umar ngelamar wanita itu. Nah.. di situ tuh.. baru jalan cerita lika-liku ketulusan Umar menyadarkan isterinya sembari mencoba meraih hatinya. Maaf ya mbak, aku sok-sokan ngasih saran segala. Moga sehat dan sukse selalu. Semangat!