Pernikahan yang awal bahagia harus goyah saat sang mantan istri dari suami Delia Ismawati kembali dari Hongkong. Mampukah Delia mempertahankan rumah tangganya dengan Husni sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khaula Azur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 32
"Yakin cuma hanya karena anak-anak? Kamu pikir aku bodoh, Hahh? Aku sudah menyuruh anak buahku mengawasi kamu! Dan ternyata kamu berusaha mendekati mantan suami kamu, dan bahkan kamu berusaha merusak rumah tangga mantan suami kamu dengan istrinya." Doni
Rindu menelan ludahnya, ia tak menyangka kekasihnya diam-diam menyuruh anak buahnya memata-matai dirinya.
"Kamu mau kemana, Don?." Tanya Rindu saat Doni bangkit dari duduknya dan hendak melangkah kakinya pergi.
"Kamu pikir setelah kamu mempermainkan aku, aku masih ingin bersama dengan kamu?." Doni dengan menyunggingkan bibirnya keatas.
"Maksud ka- kamu apa Don?." Tanya Rindu.
"Sebenarnya aku datang menemuimu karena ingin memutuskan hubungan kita, mulai sekarang kita PU..TUS..!." Doni dengan lantangnya.
"OKE! Kamu pikir aku senang pacaran sama kamu? Asal kamu tahu sebenarnya boss Adnan lah, yang sudah menyuruh aku pacaran sama kamu. Kamu tahu kenapa? Karena dia ingin memenangkan tender dari perusahaan kamu! Dengan cara menyuruh aku mendekatimu ya, supaya dia yang mendapatkan tender itu." Rindu dengan senyum meremehkan.
Darah Doni mendidih rupanya ia sudah di tipu oleh wanita yang di hadapannya. Ia kira Rindu tulus ingin menjalin hubungan dengannya.
Tangan Doni mencengkram dagu sang kekasih, Eh ralat mantan kekasih.
"Ternyata kamu wanita bermuka dua, bodohnya aku sudah tertipu sama kamu." Doni amarahnya, ia melepas dagu Rindu begitu saja. Pria berusia tiga puluh satu tahun itu pun melenggang pergi. Meninggalkan Rindu sendiri dan sebagai gantinya makanan pesanan mereka biarlah Rindu yang membayarnya. Hal itu membuat Rindu kesal setengah mati.
"Dasar pria br*Ng**k, dia ninggalin aku dan aku yang harus membayar semua makanan ini?." Gerutu Rindu kesal, menatap makanan yang tersaji di atas meja.
Sementara itu di tempat berbeda, Mia dan Husni datang ke rumah orang tua Delia, Mia benar-benar Sudah merindukan sang Mama, ia terus merengek memaksa ayahnya untuk menemui Delia, kini ayah dan anak itu sudah berdiri di depan pintu rumah orang tua Delia, Husni memencet bel rumah. Seseorang dari dalam membukakan pintu depan, muncul seorang pria paruh baya berdiri di hadapan mereka.
"Eh.. Ada Cucu Kakek! Ayo masuk.. Nak Husni, ayo." Abah Herman ramahnya mempersilahkan menantu dan cucu sambungnya masuk.
Mia dan Husni melangkah masuk rumah.
"Maaf ya, Yah. Kami datang kemari sore-sore, Mia merengek minta ketemu mamanya!." Husni tak enak hati dan sungkan.
"Ya, gapapa, Hus. Kalian, kan. Bagian keluarga kami juga, jadi gak usahlah ngerasa sungkan. Kalian bebas kesini kapan pun kalian mau!." Abah Herman menepuk bahu menantunya.
"Kakek, Mama mana?." Tanya Mia tak sabaran.
"Ada di kamarnya, tadi sih katanya lagi siap mau solat ashar dulu." Jawab Abah Herman giliran mengelus rambut belakang cucunya, gemas.
"Ayah, Kakek! Mia ke kamar Mama dulu ya!." Mia tanpa persetujuan kakek dan ayahnya pun melipir ke kamar Delia.
"Nak Husni sebenarnya ada yang ingin abah bicarakan sama kamu!." Abah Herman.
Deg..
Hati Husni deg-degan dan gugup apalagi melihat wajah serius Abah Herman, mertuanya.
"Bi- bicara apa ya, Bah?." Tanya Husni gugup. Mungkinkah Delia sudah menceritakan rumah tangganya pada sang mertua. Dalam pikiran Husni.
"Abah tahu, sebenarnya hubungan kalian berdua sedang tidak baik-baik saja, kan? Delia memang tidak mengatakan apapun pada Umi, mau pun bicara dengan Abah, tapi tanpa Delia katakan pun kami sudah menduga rumah tangga kalian sedang bermasalah." Abah Herman dengan wajah serius seketika ketegangan pun terjadi diantara kedua pria beda generasi itu.
"Iya, Bah, Husni akui rumah tangga kami sedang gak baik-baik saja." Husni jawabnya jujur.
"Apa boleh Abah tahu, masalah apa sampai membuat Delia meninggalkan rumah kalian?."
"Hanya salah paham saja kok, Bah! Itu sebabnya saya datang kesini ingin memperbaiki rumah tangga kami." Husni tak menjelaskan secara gamblang.
"Baguslah, tapi kalau sekiranya kamu sudah tidak mencintai Delia lagi, atau kamu sudah bosan dengan anak Abah, jangan sakiti putri Abah, jangan main tangan, kamu bisa kembalikan Delia lagi pada Abah, Abah akan membawa pulang anak Abah." Abah Herman.
"Enggak, Bah! Husni masih mencintai Delia, Bah.. tolong bantu aku untuk membujuk Delia memaafkan aku dan kembali ke rumah kami lagi, tolong Bah.." Husni dengan memohon sambil beringsut berlutut di hadapan Abah Herman dengan wajah yang sudah basah oleh air matanya.
Abah Herman tak tega melihat menantunya menangis dan berlutut memohon.
"Sudahlah, Nak Husni. Tidak perlu berlutut seperti ini, saya mengerti kamu masih muda, Sering kali ego masih terbawa. Tapi ingat jangan sekali kali kamu mempermainkan putri Abah." Abah Herman mengingatkan menantu dengan mengepuk- epuk punggungnya.
"Baik, Bah!." Husni.
Mia masuk kamar Delia dan berdiri di belakang mama sambungnya yang sedang melaksanakan kewajibannya yaitu sholat.
Setelah selesai sholat Mia memanggilnya.
"Mama.." panggil Mia. Delia yang sedang melipat mukenanya pun menoleh ke belakang.
"Mia.." panggil Delia. Ia merentangkan kedua tangannya meminta anaknya untuk memeluknya. Mia pun langsung berhambur memeluk Delia.
"Mah, Mia kangen sama Mama." Mia Isak tangisnya terdengar.
"Iya, sayang. Mama juga kangen sama Mia." Delia mencium pucuk kepala Mia. Ia menangis haru, kini kerinduannya kepada sang putri sambung terbayar sudah. Mereka kembali saling memeluk erat.
"Mah.. kata ayah mama marah sama ayah, itu sebabnya mama pergi dari rumah." Mia memberi tahu mamanya setelah mereka melepas pelukannya.
"Maafin Mama ya, sayang! Udah ninggalin Mia." Delia.
"Yang harusnya minta maaf ayah, Mah! Ayah yang udah bikin mama marah." Mia polosnya. Delia terkekeh mendengarnya.
"Selama Mama pergi, Mia kesepian, Mah! Ayah juga seperti tidak semangat." Mia adunya.
Delia terus mendengarkan anaknya berbicara sesukanya.
"Nak Husni, kamu menginap saja di sini, ini sudah malam, belum lagi perjalanan dari sini ke rumahmu itu hampir satu jam. Nanti kamu pasti capek, kamu nginap sini saja ya." Abah Herman.
"Husni tidak keberatan, Yah! Itu Kalau Delia mengizinkan." Husni melirik kearah istrinya. Sementara yang di lirik menampakan wajah bengisnya. Tentu saja Delia merasa keberatan, namun melarang pun percuma, keputusan ada di tangan sang Abah. Jika Abah sudah bersabda siapapun tak ada yang berani membantahnya. Dan hal itu pun di manfaatkan oleh Husni, yang mendapatkan dukungan dari sang ayah mertua.
"Hore.. ayah nginap di sini, kan. Yah?." Mia memastikan.
"Tanya sama Mama, kalau Mama bolehin ayah nginep, ayah mau kok nginep di sini." Husni menarik turunkan matanya. Delia semakin geram di buatnya.
"Gimana, Mah? Bolehkan?." Mia.
Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen.
kmu ntti x dapat penggan ti..
yg lebih baik segalax ...