Jasmine D'Orland, seorang duchess yang terkenal dengan karakter jahat, dituduh berselingkuh dan dihukum mati di tempat pemenggalan di depan raja, ratu, putra mahkota, bangsawan, dan rakyat Kerajaan Velmord.
Suaminya, Louise, yang sangat membencinya, memenggal kepala Jasmine dengan pedang tajamnya.
Sebelum kematiannya, Jasmine mengutuk mereka yang menyakitinya. Keluarganya yang terlambat hanya bisa menangisi kematiannya, sementara sebagian bersorak lega.
Namun, enam bulan sebelum kematian itu, Jasmine terlahir kembali, diberi kesempatan kedua untuk mengubah nasibnya yang tragis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan Ku Balas Satu - Persatu
Setelah selesai makan, Jasmine menatap meja yang telah penuh dengan piring-piring kotor. Dengan satu isyarat, ia meminta Lianne untuk memanggil beberapa pelayan untuk membersihkan semua piring itu.
"Lianne, panggil pelayan untuk membereskan piring-piring ini," kata Jasmine, suaranya tetap tenang namun tegas.
Lianne segera mengangguk dan melangkah ke pintu. Beberapa pelayan yang berdiri di luar segera masuk, wajah mereka tunduk, penuh ketakutan, dan segera mulai membereskan meja dengan cepat, seolah ingin segera keluar dari ruangan tersebut. Jasmine memperhatikan mereka dengan tajam, matanya tidak pernah lepas dari setiap gerakan mereka.
Jasmine mengambil buku laporan yang ada di meja. Dengan seksama, ia mulai memeriksa catatan stok bahan makanan dan pengeluaran yang tercatat. Setiap angka yang tertulis ia perhatikan dengan seksama, namun semakin lama, wajahnya mulai berubah menjadi serius.
"Hmm, ini tidak beres..." gumam Jasmine dalam hati.
Ia terus memeriksa buku itu, menemukan sesuatu yang jelas salah. Pengeluaran dan bahan stok tidak sesuai dengan yang ada di lapangan. Harga bahan makanan tercatat lebih tinggi dibandingkan harga pasar yang sebenarnya. Jasmine menatap buku itu dengan tatapan mencurigakan, bibirnya tersenyum tipis.
"Pasti ada yang bermain-main dengan laporan ini," pikir Jasmine, seraya menyeringai. "Bukankah yang menangani ini adalah pelayan yang dibawa oleh wanita licik itu? Sangat menarik, kenapa gak dari dulu aku melihatnya, sungguh bodoh kau, Jasmine."
Dengan penuh keyakinan, ia menutup buku itu dan mengangkat pandangannya.
"Anne, panggil kepala pelayan Harold ke sini. Aku ingin berbicara dengannya," perintah Jasmine tanpa ragu.
Lianne mengangguk dan segera meninggalkan ruangan. Beberapa saat kemudian, Kepala Pelayan Harold tiba, melangkah masuk dengan wajah sedikit terkejut. Ia tidak mengerti mengapa tiba-tiba Duchess Jasmine meminta dirinya untuk datang.
"Salam Duchess, ada yang bisa saya bantu?" tanya Kepala Pelayan dengan hati-hati, wajahnya penuh pertanyaan.
"Saya ingin Anda menyerahkan semua laporan keuangan dan segala hal yang berhubungan dengan pengeluaran rumah tangga ke tangan saya hari ini harus ada di depan aku. Bawa semua nya sekarang juga." kata Jasmine dengan nada suara yang tak bisa dibantah.
Kepala Pelayan terlihat terkejut. Selama ini, itu bukanlah hal yang biasa dilakukan oleh Duchess. Biasanya, Duke Louise lah yang mempercayakan semua hal tersebut kepada para pelayan.
Meskipun ia adalah pelayan yang loyal kepada Duke Louise, ia juga tetap menghormati Duchess Jasmine. Dengan ekspresi yang lebih tenang dan tidak terburu-buru, ia menanggapi perintah tersebut.
"Baik, Duchess," jawab Harold dengan suara yang tenang, berusaha untuk tetap profesional. "Saya akan segera mengambil semua laporan yang diperlukan dan membawanya ke kamar Anda."
"Tunggu," kata Jasmine menghentikan langkah Harold. "Pastikan semuanya lengkap. Jangan ada yang tertinggal."
Harold mengangguk dengan serius. "Tentu, Duchess. Saya akan segera kembali dengan semua dokumen yang Anda minta."
Jasmine mengangguk dengan tegas, mata nya tetap fokus pada laporan yang ada di atas meja, tampak tidak terpengaruh oleh ketegangan yang tercipta. Ia tidak peduli dengan status Harold, yang meskipun bekerja untuk Duke Louise, tetap harus menjalankan perintahnya sebagai Duchess.
"Terima kasih," kata Jasmine singkat, tanpa menatap Harold.
Kepala Pelayan Harold kembali membungkuk dengan penuh hormat, lalu dengan langkah tenang meninggalkan kamar Duchess Jasmine untuk mengambil semua laporan yang diminta.
Setelah Harold keluar, Lianne berdiri di samping Jasmine, memperhatikan perubahan sikap majikannya.
Setelah beberapa saat, terdengar suara ketukan pintu.
Tok! Tok! Tok!
Lianne berjalan ke arah pintu, membuka pintu setelah diberi isyarat oleh Duchess Jasmine.
Didepan Lianne, kini ada Kepala Pelayan Harold dengan membawa tumpukan laporan keuangan kediaman Duke Clair. Ia masuk dengan hati-hati, menundukkan kepala dan melangkah mendekatkan tumpukan kertas itu ke meja tempat Jasmine duduk.
“Duchess, saya membawa laporan yang Anda minta. Semua laporan keuangan rumah tangga, serta pengeluaran bulan lalu ada di sini.” Harold meletakkan tumpukan laporan dengan hati-hati di atas meja.
“Terima kasih, Harold. Letakkan di sini.” Jasmine mengangguk pelan, memberikan sedikit senyuman tipis yang masih mengandung kesan dingin. Matanya fokus pada tumpukan laporan yang dibawa oleh Harold. Sambil merapikan rambutnya, Jasmine mulai memeriksa laporan tersebut dengan penuh perhatian.
“Apakah Anda ingin saya menemani Anda dalam memeriksa laporan ini, Duchess?” Suara Harold terdengar penuh hormat, namun ada sedikit rasa cemas, takut jika ia mengganggu.
“Tidak perlu, Harold. Cukup biarkan saya memeriksa semuanya sendiri untuk saat ini. Anda boleh melanjutkan tugas lain Anda.” Jasmine berbicara dengan suara yang tenang namun jelas. Ia lebih suka mengerjakan ini sendirian tanpa ada gangguan.
“Baik, Duchess. Jika ada yang bisa saya bantu, jangan ragu untuk memanggil saya.” Harold membungkuk hormat, lalu berjalan mundur perlahan dan siap untuk keluar dari ruangan. Namun, sebelum ia sepenuhnya pergi, Jasmine memanggilnya kembali.
“Harold, tunggu sebentar. Siapkan teh dan makanan ringan untukku. Anne, pergilah ke dapur dan bantu Harold.” Jasmine mengalihkan pandangannya sejenak dari laporan keuangan itu dan memberi perintah dengan nada lembut tapi tegas.
“Tentu, Duchess.” Lianne segera beranjak dari tempatnya bersama dengan Harold, pergi menuju dapur.
Sementara Duchess Jasmine kembali mengambil salah satu buku laporan keuangan itu.
Beberapa saat kemudian, Harold dan Lianne tiba. Mereka melihat Duchess Jasmine, memegang salah satu buku laporan keuangan dengan intens membaca setiap lembarannya.
Mereka mulai menata makanan dan minuman didekat Duchess Jasmine.
“Apakah ada hal lain yang Anda butuhkan, Duchess?”
ucap Harold memutuskan untuk bertanya lebih lanjut, meskipun ia tahu bahwa Jasmine sedang sibuk dengan laporan-laporan tersebut.
“Tidak ada yang perlu Anda khawatirkan. Saya hanya ingin menikmati waktu saya sendiri sedikit lebih lama.”
Jasmine tersenyum tipis, kemudian melanjutkan memeriksa laporan keuangan yang ada di hadapannya.
“Tentu saja, Duchess. Saya akan menunggu di luar jika Anda membutuhkan sesuatu.” Dengan itu, Harold memberikan anggukan terakhir dan keluar dari ruangan, membiarkan Jasmine untuk menikmati waktu sendirinya.
Setelah Harold pergi, Jasmine kembali memfokuskan diri pada laporan keuangan.
Setelah berjam-jam tenggelam dalam laporan keuangan, Jasmine tetap duduk dengan anggun di kursinya. Di hadapannya, lembaran demi lembaran laporan tersebar rapi, sementara pikirannya terus bekerja tanpa henti. Lianne berdiri di dekatnya, memperhatikan dengan penuh perhatian, siap memenuhi kebutuhan majikannya kapan saja.
Jasmine merapikan beberapa lembar laporan, kemudian berhenti sejenak untuk menghela napas panjang. Ia memandang ke arah Lianne.
“Anne, aku membutuhkan kertas kosong dan alat tulis. Ambilkan untukku.” perintah Duchess Jasmine dengan nada bicaranya tegas namun tidak kasar, mencerminkan dirinya yang kini lebih berwibawa dan percaya diri.
“Baik, Duchess. Saya akan segera mengambilnya.”
Lianne mengangguk cepat dan melangkah keluar dari ruangan. Ia tahu betapa serius majikannya sekarang. Melihat perubahan ini, Lianne merasa bangga dan bersemangat untuk membantu.
Selama Lianne pergi, Jasmine kembali memeriksa beberapa laporan yang ada di depannya. Ia merapikan lembaran yang sudah ia periksa ke satu sisi, sementara laporan yang belum diperiksa ia letakkan di sisi lainnya. Sesekali, ia mengetukkan jari ke meja, berpikir dengan saksama.
Tak lama kemudian, Lianne kembali dengan kertas kosong, pena, dan tinta. Ia berjalan mendekati meja dan meletakkannya dengan hati-hati di depan Jasmine.
“Ini, Duchess. Apakah ada hal lain yang Anda butuhkan?” ucap Lianne dengan nada suaranya penuh hormat, namun ia tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya tentang apa yang akan dilakukan Jasmine.
“Cukup ini saja untuk sekarang. Terima kasih, Anne. Kau boleh duduk di sana dan menunggu, jika aku membutuhkan sesuatu.”Jasmine mengambil pena, mencelupkannya ke tinta, dan mulai menulis di kertas kosong itu. Gerakan tangannya anggun namun tegas, setiap kata yang ia tulis mencerminkan pemikiran matang yang ada di benaknya.
Sementara Jasmine menulis, Lianne duduk di tempat yang ditunjukkan oleh Duchess Jasmine, memperhatikan dalam diam. Sesekali, ia melirik ke arah laporan yang tersebar di meja, mencoba menebak apa yang sedang direncanakan oleh majikannya.
Setelah beberapa waktu, Jasmine berhenti menulis dan memandang hasil tulisannya. Ia menyeringai tipis, merasa puas dengan apa yang telah ia buat.
Duchess Jasmine duduk dengan tenang di kursinya, menyusun lembaran terakhir laporan yang telah ia tulis ulang. Keringat kecil mengalir di pelipisnya, namun raut wajahnya menunjukkan kepuasan. Ia melipat rapi setiap kertas dan memasukkannya ke dalam amplop bersegel khusus. Lianne, yang berdiri di sampingnya, memandang tuannya dengan penuh perhatian.
"Anne, aku ingin kau mengantar amplop ini ke pengadilan Hukum Hitam secepatnya. Dan bawa laporan keuangan ini bersamamu, masukkan kedalam tas atau apapun agar tidak dilihat oleh orang lain."
"Saya mengerti, Yang Mulia. Apa ada pesan tambahan yang harus saya sampaikan di sana?" tanya Lianne dengan penuh keyakinan.
"Tidak perlu. Yang perlu kau lakukan adalah menyerahkan amplop ini pada hakim yang bertugas di sana, lalu kembali tanpa banyak bicara. Jangan sampai isi amplop ini dilihat oleh siapa pun, bahkan kepala pelayan Harold."
"Saya paham, Duchess. Saya tidak akan mengecewakan Anda." jawab Lianne penuh dengan keyakinan.
Jasmine mengangguk puas dan mengibaskan tangannya, memberi tanda pada Lianne untuk pergi.
Lianne pergi undur diri membawa laporan keuangan dan amplop itu dan pergi sesuai dengan perintah dari Duchess Jasmine.
Saat pintu tertutup, Jasmine menghela napas dalam. Pikirannya mulai memikirkan langkah berikutnya.